Bagi sebagian orang namanya begitu sangat indah untuk didengar, tatkala namanya disebut-sebut, banyak orang yang ingin tahu dan semakin ingin tahu, apa, siapa, dan seperti apa dia sebenarnya?.

Tak terkecuali saya, setali tiga uang dengan orang kebanyakan, saat melihat namanya terpampang dengan jelas dalam program Nuansa Pagi disalah satu TV Swasta, Sabtu, 26 April 2008.
Dengan gambar-gambar / ilustrasi yang melatarbelakangi “penampilannya”, keingintahuan saya semakin tak tertahankan.

Saya menunggu, dan terus menunggu, tetapi pada saat yang bersamaan perasaan cemas dan khawatir mulai menghantui diri saya.
Saya takut, jangan-jangan dia, “Monika” yang ada di depan mata saya ini akan memupus harapan saya, dan mungkin saja rekan-rekan yang lain di perusahaan ini.

Betapa tidak, jika apa yang saya khawatirkan dan takutkan ini menjadi kenyataan maka inilah kali yang kedua (setidaknya dalam waktu setahun ini), saya dan juga (seharusnya) anda semua pantas mengurut dada.

Lebih lanjut tentang ”Monika”

Benar saja, pada hari itu Jum’at 25 April 2008, bertempat di Bendung Katulampa, Bogor, Jawa barat, salah seorang anggota Wantimpres (Dewan Pertimbangan Presiden), Subur Budi Santosa meresmikan digunakannya pemakaian alat pendeteksi ketinggian air (baca : pendeteksi banjir).

Alat ini bernama ”Monika” (Monitor Informasi Ketinggian Air), sebuah alat yang akan sangat membantu ribuan KK (Kepala Keluarga) yang bermukim di daerah aliran sungai Ciliwung, mulai dari hulu sampai ke hilir.

Bukan hanya keluarga yang tinggal di daerah aliran sungai tersebut, daerah-daerah sekitarnya seperti Depok dan bahkan ibukota Jakarta akan sangat beruntung dengan adanya alat ini.

Informasi ketinggian air, yang berpotensi minimbulkan banjir akan dapat di akses via SMS, setiap hari dan selama 24 Jam!

Karena shock, saya tidak mengikuti dan mengetahui lebih lanjut ”siapa gerangan yang melahirkan” ”Monika” ini.

Bayangkan betapa saya (dan seharusnya anda semua) tidak akan shock, jika alat ini sukses, maka si ”Monika” ini akan digunakan di seluruh Indonesia!.

Tahukah anda berapa jumlah sungai di seluruh Indonesia yang melintasi kota-kota besar, dan daerah / kawasan industri strategis?

Luar biasa, suatu kesempatan yang sangat langka, dan tak akan terbang percuma.

Bukankah itu berarti telah mengambil / menggerogoti pangsa pasar yang seharusnya untuk INTI?

Apa yang salah dengan kehadiran “Monika”

Apa yang akan dilakukan dan mampu diberikan oleh “Monika” kepada masyarakat adalah sama dengan yang dikembangkan dan dibuat oleh teman-teman kita di INTI.

Kalau kita tidak mau mengatakan dan menyamakan kualitas dan performance “Monika” sama dengan yang kita punya, itu lain persoalan dan harus kita buktikan.

Untuk sementara waktu kita bisa katakan tidak sama, karena mereka memanggilnya “Monika”, sedangkan (produk) kita dinamakan FEWS (Flood Early Warning System).

FEWS adalah solusi sistem prediksi dan peringatan dini bencana banjir.
Sistem ini dapat melakukan pengukuran jarak jauh, mengumpulkan, menyimpan, dan menganalisis data hasil pengukuran serta melakukan prediksi aliran sungai untuk rentang waktu ke depan.

Intinya FEWS akan memberikan peringatan dini jika diprediksi akan terjadi banjir.

Penulis tidak mengatakan bahwa “Monika” telah menjiplak teknologi FEWS kita, tetapi jika melihat output yang dihasilkan, tak ada salahnya kita semua melakukan introspeksi.

Barangkali kita tidak ketat dalam mengamankan dokumen, barangkali kita terlalu banyak bicara sementara produk masih dalam proses uji kelayakan, dan lain-lain, dan lain-lain sebagainya.

Yang menjadi sangat penting untuk kita pertanyakan saat ini adalah, mengapa eksistensi produk FEWS kita belum (banyak) terdengar/(digunakan)?.

Mengapa “Monika” dapat menyalip langkah para Account Manager kita?

Saatnya berubah

Pengalaman pertama (baca : kekagetan) penulis setidaknya dalam setahun terakhir ini atas didahuluinya unjuk kerja produk INTI di mata customer adalah dengan diluncurkannya layanan Listrik Pra Bayar oleh PLN.

Pelanggan tidak perlu lagi susah dalam mengantri, tinggal beli ‘token’ (isi ulang KwH) maka, selanjutnya terserah konsumen untuk mengatur pemakaian.

Pangsa pasar untuk ini sungguh sangat besar, target PLN Distribusi Jabar Banten saja, pertengahan tahun 2008 seluruh konsumen bisa menikmati layanan ini.

Bukankah INTI juga punya produk KwH Meter “Praska”?, yang salah satunya ada system token?

Kita boleh dan dapat mengatakan bahwa, jika KwH Meter “Praska” INTI bisa dan telah digunakan di PLN Bali, mengapa untuk PLN Jabar Banten ”trophinya” belum berhasil kita raih?

Masih belum cukup kencangkah para AM kita berlari?

Tak ada jalan lain, jika INTI ingin sukses dan tidak disalip terus ditikungan, kita mesti semakin meningkatkan kerja sama, saling bahu membahu dan terus menjaga kekompakan.

Jangan sampai terjadi dan berulang, INTI yang saat ini tengah gencar-gencarnya berusaha keras untuk menjual produk ICN, yang merupakan salah satu "Genuine Produk"nya INTI, hasil karya putera-puteri terbaik INTI, tetapi suatu ketika produk dengan fungsi dan teknologi yang sama justru di launching oleh pihak lain.

Hal tersebut jangan sampai terjadi, jangan sampai pernah kita dengar dan lihat.

Sungguh menyedihkan jika hal tersebut menjadi kenyataan.Tentu akan menjadi musibah besar bagi INTI.

Tidak ada lagi target Divisi, yang ada dan harus menjadi perhatian bersama adalah target INTI.(INTI/HM)


"'Monika'"   |   Dibaca 339 kali   |   0 Komentar    |   Login untuk berkomentar   

Komentar