Dikirim pada 2007-12-12 11:45:54 Oleh Admin
Masih ingat ketika Komut kita memberikan arahan dalam RADIN 2005, beliau mengatakan bahwa: “Saya melihat perubahan besar yang dilakukan PT. INTI masih didasari oleh reaksi spontan untuk bertahan hidup…..saya rasa ini saat yang tepat bagi kita untuk sama-sama memikirkan bagaimana perjalanan PT. INTI ke depan. Saya ingin kita lebih sistematis dalam menghadapi tantangan dan perubahan ke depan.â€Sekarang di akhir 2007, apakah kita masih seperti yang digambarkan Komut kita?
Ada 3 kelompok orang yang mempunyai pendapat berbeda: kelompok pertama mengatakan bahwa saat ini kita lebih parah dari tahun sebelumnya; kelompok kedua mengatakan bahwa apa yang disampaikan Komut pada 2005 masih relevan dengan saat ini; yang ketiga, kelompok yang ingin menyenangkan direksi mengatakan bahwa sebenarnya kita sudah lebih bagus.
Jika kita menggunakan template kriteria ekselen dari Baldrige, lihat â€Steps Toward Mature Processes†gejala yang digambarkan oleh Komut di atas masih merupakan langkah awal dari suatu proses menuju pendewasaan. Dalam langkah ini Baldrige menyebutnya â€Reacting to Problemsâ€, gejalanya adalah dimana operasi ditandai oleh aktivitas ketimbang proses, dan mereka sangat responsif terhadap kebutuhan-kebutuhan atau persoalan-persoalan yang sangat mendesak. Penetapan tujuan masih belum baik atau tidak jelas.(lihat Criteria for Performance Excellence, hal. 54)
Jika kondisi seperti ini dikonvert ke dalam score, maka scorenya adalah pada band terendah dari 8 band yang apa pada kriteria Baldrige atau berkisar pada 0-275 dari maksimal 1000 atau disebut juga Early Development.
Kesimpulan di atas masih merupakan hipotesis, tetapi benarkah hipotesis tersebut? Ini masih harus dibuktikan. Lalu bagaimana caranya?
Untuk mengetahui posisi kita dalam skala kriteria ekselen Baldrige, kita perlu mendatang assessor independent, untuk itu kita perlu mengikuti Indonesian Quality Award (IQA). Untuk mengikuti IQA kita perlu keberanian –dari 50 BUMN yang sudah komit, baru 19 yang ikut IQA. Keberanian yang dimaksud adalah keberanian menerima kenyataan dan keberanian untuk menghadapi peluang-peluang perbaikan yang pasti sangat banyak dan menantang, sementara dukungan dari senior leader masih sangat terbatas.
Pada November 2006 kita mendaftarkan diri untuk ikut IQA dan 20 Agustus 2007 kita di assess oleh Examiner independen dari IQA. Tetapi sebelum dilakukan assessment Dirut mengusulkan untuk mendatangkan pakar Baldrige senior dari Telkom, yaitu Pak Lukito untuk pencerahan.
Pak Lukito adalah spesialist dalam Baldrige selain sebagai konsultan juga sebagai Examiner Senior di IQA. Pada akhir ceramahnya, beliau menanyakan kepada saya sebagai sesama Examiner, â€berapa kira-kira score PT. INTI?†, saya menjawab, â€Jika PT. INTI mendapat 300 sudah beruntung†Lalu jawab beliau sambil bergurau, â€Kecian deh lo.â€
Akhirnya tiba saat yang ditunggu-tunggu tiba, pada 6 Desember 2007 di Hotel Borobudur, Jakarta, diumumkan hasil assessment lengkap oleh IQA. Dari PT. INTI diwakili oleh Pak Philips dan 2 orang diundang sebagai Examiner yang terlibat pada tahun 2007 (Djaelani dan Tyasno). Sementara dari perusahaan-perusahaan lain diwakili oleh Dirut dan Direkturnya dan menyertakan beberapa stafnya. Posisi PT. INTI ada pada band 0-275 (paling bawah) dengan score 262, hasil selengkapnya diurut dari score yang paling rendah sebagai berikut:
1. PT INTI, Early Development, Score 262
2. PT Angkasa Pura I, Early Result
3. PT Angkasa Pura II, Early Result
4. PT Asuransi Kesehatan ( ASKES), Early Result
5. PT Bali Tourism Development Corporation, Early Result
6. PT Krakatau Bandar Samudra, Early Result
7. PT Krakatau Industrial Estate Cilegon, Early Result
8. PT PLN, Early Result
9. Perum Perhutani, Early Result
10. Perum Perumnas, Early Result
11. PT Adhi Karya, Tbk, Early Improvement
12. PT Krakatau Steel, Early Improvement
13. PT TASPEN, Early Improvement
14. PT BNI, Tbk, Good Performance
15. PT Pertamina, Good Performance
16. PT Petrokimia Gresik, Good Performance
17. PT Perkebunan Nusantara III, Good Performance
18. PT Waskita Karya, Good Performance
19. PT Wijaya Karya, Good Performance
Kesimpulannya bahwa apa yang menjadi hipotesis (dugaan sementara) ternyata terbukti bahwa score kita masih di bawah 300, tepatnya 262. Perusahaan yang telah 34 tahun berdiri masih pada posisi “early developmentâ€, sepertinya perusahaan ini tidak pernah learning.
Lalu apa yang salah di perusahaan?
Secara garis besar dapat dilihat pada deskripsi Band score 0-276, band number 1., sebagai berikut:
“The organization demonstrates the early stages of developing and implementing approaches to Category requirements, with deployment lagging and inhibiting progress. Improvement efforts focus on problem solving. A few important results are reported, but they generally lack trend and comparative dataâ€
Silahkan lihat hasil assessment selengkapnya untuk PT. INTI termasuk umpan balik di Knowledge Tree http://pusbispro.inti.net/knowledgeTree/browse.php?fFolderId=406
Ini adalah “brutal factâ€, harapannya –paling tidak menurut Dirut Rekayasa Industri-adalah ini akan menumbuhkan kesadaran baru untuk mulai bangkit dan bahu membahu dalam memperbaiki nasib perusahaan, bukan saling menyalahkan.
â€Nasib bukanlah masalah kesempatan, melainkan masalah pilihan, karena itu nasib bukan sesuatu untuk ditunggu melainkan sesuatu untuk dicapai.â€
Kepada Direksi, senior leaders, dan karyawan yang peduli pada perusahaan ini, silahkan memberikan masukan –arahan, tanggapan, saran, kritik, dll.- sebanyak-banyaknya atas hasil assessment ini.
Mochamad Djaelani
Ada 3 kelompok orang yang mempunyai pendapat berbeda: kelompok pertama mengatakan bahwa saat ini kita lebih parah dari tahun sebelumnya; kelompok kedua mengatakan bahwa apa yang disampaikan Komut pada 2005 masih relevan dengan saat ini; yang ketiga, kelompok yang ingin menyenangkan direksi mengatakan bahwa sebenarnya kita sudah lebih bagus.
Jika kita menggunakan template kriteria ekselen dari Baldrige, lihat â€Steps Toward Mature Processes†gejala yang digambarkan oleh Komut di atas masih merupakan langkah awal dari suatu proses menuju pendewasaan. Dalam langkah ini Baldrige menyebutnya â€Reacting to Problemsâ€, gejalanya adalah dimana operasi ditandai oleh aktivitas ketimbang proses, dan mereka sangat responsif terhadap kebutuhan-kebutuhan atau persoalan-persoalan yang sangat mendesak. Penetapan tujuan masih belum baik atau tidak jelas.(lihat Criteria for Performance Excellence, hal. 54)
Jika kondisi seperti ini dikonvert ke dalam score, maka scorenya adalah pada band terendah dari 8 band yang apa pada kriteria Baldrige atau berkisar pada 0-275 dari maksimal 1000 atau disebut juga Early Development.
Kesimpulan di atas masih merupakan hipotesis, tetapi benarkah hipotesis tersebut? Ini masih harus dibuktikan. Lalu bagaimana caranya?
Untuk mengetahui posisi kita dalam skala kriteria ekselen Baldrige, kita perlu mendatang assessor independent, untuk itu kita perlu mengikuti Indonesian Quality Award (IQA). Untuk mengikuti IQA kita perlu keberanian –dari 50 BUMN yang sudah komit, baru 19 yang ikut IQA. Keberanian yang dimaksud adalah keberanian menerima kenyataan dan keberanian untuk menghadapi peluang-peluang perbaikan yang pasti sangat banyak dan menantang, sementara dukungan dari senior leader masih sangat terbatas.
Pada November 2006 kita mendaftarkan diri untuk ikut IQA dan 20 Agustus 2007 kita di assess oleh Examiner independen dari IQA. Tetapi sebelum dilakukan assessment Dirut mengusulkan untuk mendatangkan pakar Baldrige senior dari Telkom, yaitu Pak Lukito untuk pencerahan.
Pak Lukito adalah spesialist dalam Baldrige selain sebagai konsultan juga sebagai Examiner Senior di IQA. Pada akhir ceramahnya, beliau menanyakan kepada saya sebagai sesama Examiner, â€berapa kira-kira score PT. INTI?†, saya menjawab, â€Jika PT. INTI mendapat 300 sudah beruntung†Lalu jawab beliau sambil bergurau, â€Kecian deh lo.â€
Akhirnya tiba saat yang ditunggu-tunggu tiba, pada 6 Desember 2007 di Hotel Borobudur, Jakarta, diumumkan hasil assessment lengkap oleh IQA. Dari PT. INTI diwakili oleh Pak Philips dan 2 orang diundang sebagai Examiner yang terlibat pada tahun 2007 (Djaelani dan Tyasno). Sementara dari perusahaan-perusahaan lain diwakili oleh Dirut dan Direkturnya dan menyertakan beberapa stafnya. Posisi PT. INTI ada pada band 0-275 (paling bawah) dengan score 262, hasil selengkapnya diurut dari score yang paling rendah sebagai berikut:
1. PT INTI, Early Development, Score 262
2. PT Angkasa Pura I, Early Result
3. PT Angkasa Pura II, Early Result
4. PT Asuransi Kesehatan ( ASKES), Early Result
5. PT Bali Tourism Development Corporation, Early Result
6. PT Krakatau Bandar Samudra, Early Result
7. PT Krakatau Industrial Estate Cilegon, Early Result
8. PT PLN, Early Result
9. Perum Perhutani, Early Result
10. Perum Perumnas, Early Result
11. PT Adhi Karya, Tbk, Early Improvement
12. PT Krakatau Steel, Early Improvement
13. PT TASPEN, Early Improvement
14. PT BNI, Tbk, Good Performance
15. PT Pertamina, Good Performance
16. PT Petrokimia Gresik, Good Performance
17. PT Perkebunan Nusantara III, Good Performance
18. PT Waskita Karya, Good Performance
19. PT Wijaya Karya, Good Performance
Kesimpulannya bahwa apa yang menjadi hipotesis (dugaan sementara) ternyata terbukti bahwa score kita masih di bawah 300, tepatnya 262. Perusahaan yang telah 34 tahun berdiri masih pada posisi “early developmentâ€, sepertinya perusahaan ini tidak pernah learning.
Lalu apa yang salah di perusahaan?
Secara garis besar dapat dilihat pada deskripsi Band score 0-276, band number 1., sebagai berikut:
“The organization demonstrates the early stages of developing and implementing approaches to Category requirements, with deployment lagging and inhibiting progress. Improvement efforts focus on problem solving. A few important results are reported, but they generally lack trend and comparative dataâ€
Silahkan lihat hasil assessment selengkapnya untuk PT. INTI termasuk umpan balik di Knowledge Tree http://pusbispro.inti.net/knowledgeTree/browse.php?fFolderId=406
Ini adalah “brutal factâ€, harapannya –paling tidak menurut Dirut Rekayasa Industri-adalah ini akan menumbuhkan kesadaran baru untuk mulai bangkit dan bahu membahu dalam memperbaiki nasib perusahaan, bukan saling menyalahkan.
â€Nasib bukanlah masalah kesempatan, melainkan masalah pilihan, karena itu nasib bukan sesuatu untuk ditunggu melainkan sesuatu untuk dicapai.â€
Kepada Direksi, senior leaders, dan karyawan yang peduli pada perusahaan ini, silahkan memberikan masukan –arahan, tanggapan, saran, kritik, dll.- sebanyak-banyaknya atas hasil assessment ini.
Mochamad Djaelani
Saya ingin memberikan masukan kalau ini juga bisa diterima oleh semua karyawan.
Mulai sekaranglah kita bangkit dari kenyataan dan apa yang ada dengan akan menumbuhkan kesadaran baru untuk mulai bangkit dan bahu membahu dalam memperbaiki nasib perusahaan menurut Dirut Rekayasa Industri.
Nasukan saya adalah dengan memberikan kunci sukses dengan teknik SABAR.
Caranya :
- Betapa 'SABAR' merupakan KEKUATAN TAK TERKIRA yang mampu MELEDAKKAN ENERGI POTENSIAL Anda...
- Inilah DAYA UNGKIT menundukan diri sendiri untuk meraih kesuksesan
- SABAR bukan sekedar PENGETAHUAN. Tapi ENERGI PENGGERAK, modal dasar untuk meniti karir cemerlang.
- SABAR, JALAN KEHIDUPAN MERAIH KABAIKAN DUNIA DAN AKHIRAT!, Niscaya Anda akan merasakan pelbagai khasiatnya!
Para karyawan semuanya yang dimuliakan Allah....
Pinjam waktumu sejenak untuk melalui jalan ini, sebuah jalan yang memberikan keluangan waktu untuk tafakur dan merenung. MEMIKIRKAN, MENANCAPKAN DALAM HATI DAN PIKIRAN SEBUAH KONSEP YANG DIPETIK DARI QUR'AN SUCI yakni SABAR.Seringnya kata ini disebut ALLAH AZZA WA JALLA dalam AL QUR'AN mengindikasikan betapa konsep ini bak samudera hikmah yang tak habis ditulis dengan tinta dari air yang ada dibumi.
Sesungguhnya kata SABAR tak hanya dapat disampaikan saat menghadapi musibah, namun juga bijak bila disampaikan pada orang yang tengah menerima anugerah.
SABAR tidak hanya digunakan ketika kita mengalami Mutasi. Tapi, saat Promosi pun kita harus tetap bersabar.
Demikian saya sampaikan masukan untuk semua karyawan, sebenarnya masih ada SABAR adalah separuh Iman dan KEYAKINAN adalah seluruh Keimanan.