Dikirim pada 2007-12-04 18:09:20 Oleh admin
Apakah anda pernah menjadi Negosiator? Atau pernah memainkan peran sebagai Negosiator? Jika anda menjawab belum, berarti anda salah, karena semua orang pernah menjadi Negosiator.
Peran sebagai Negosiator (perunding) hampir dipastikan akan dijalani semua orang dalam interaksinya sebagai makhluk sosial.
Bayi sekalipun sebenarnya telah melakukan peran itu, bersama ibunya dia akan bernegosiasi, dan yang menakjubkan si bayi selalu memenangkan perundingan tersebut.Untaian kata dan sejumlah mainan yang ditawarkan tidaklah menggoyahkan sikap si bayi dan membuatnya mundur untuk memuluskan apa yang dia inginkan.
Betapa tidak, dengan kekuatan tangisnya, si ibu akan mengaku kalah dan menyerah, sembari memenuhi keinginan si bayi untuk menikmati ASI.
Dalam kondisi ini si bayi lebih banyak menggunakan strategi menang – kalah (padahal dia belum ngerti ya?), jarang dia menggunakan strategi menang – menang.
Pada saat dia terapkan strategi menang – menang, si bayi akan asyik dengan mainan yang diberikan ibunya, sementara Ibu dapat meneruskan pekerjaan rutinnya, seperti memasak dan membersihkan rumah.
Jadi kita semua, mulai dari bayi hingga seusia sekarang ini akan selalu memainkan peran sebagai Negosiator (perunding) dalam segala aktifitas yang dilakukan.
Contoh yang lain, dalam membuat kesepakatan jadwal belajar, bermain, dan waktu tidur anakpun kita akan melakukan perundingan dengan mereka.
Tujuan utama perundingan adalah mengakhiri perbedaan yang menghalangi tercapainya suatu kesepakatan.
Agar suatu perundingan berhasil, maka diperlukan kerelaan semua pihak yang berunding, terutama atas kesepakatan akhir dari perundingan.
Dengan demikian berarti aktifitas perundingan tidaklah harus selalu dikaitkan dengan transaksi / aktifitas bisnis.
Apa yang dimaksud perundingan (bisnis)?, perundingan (bisnis) adalah proses tawar menawar atas serangkaian perkara untuk mencapai kesepakatan.
Misal, dalam transaksi bisnis kita mungkin sering dongkol / iri mendengar atau bahkan melihat rival bisnis kita berhasil menawar dengan harga sangat rendah sebuah barang yang sangat kita minati.
Begitu juga dengan proyek, walaupun kita telah menekan harga serendah mungkin masih saja kita kalah dengan pesaing kita. Padahal margin yang kita ambil, udah pas banget. Apakah pesaing kita banting harga dengan konsekuensi rugi?, tentu saja tidak!
Lalu dimana letak kesalahannya?
Mungkin saja kita lupa bahwa sejatinya, dalam hal merundingkan syarat bisnis yang lebih baik, dituntut keterampilan dan pengetahuan professional atas pokok perkara dan tahapan –tahapan perundingan.
Tahapan–tahapan perundingan dimaksud adalah:
Kebanyakan orang mengira dirinya adalah seorang Negosiator (perunding) kawakan. Tetapi apakah memang betul dia negosiator kawakan?, kriteria apa saja yang harus dipenuhi oleh seseorang jika ingin disebut seorang negosiator kawakan?
Seorang negosiator (perunding) kawakan akan selalu datang ke tempat perundingan dengan membekali dirinya akan semua hal rinci yang penting bagi pihak yang diwakilinya, dan itu semua sudah dalam penguasaannya.
Hal–hal rinci tersebut misalnya penguasaan materi yang akan dirundingkan, paham akan kondisi/tempat perundingan, lawan berunding yang akan dihadapi, materi mana yang akan diperjuangkan dengan segenap kemampuan, materi mana yang boleh/akan dilepas, dan lain sebagainya.
Jadi, jika ingin memenangkan perundingan dan berhasil menjadi seorang Negosiator kawakan, maka kita haruslah:
Bagi anda yang saat ini menjalani peran sebagai seorang Negosiator maka pertanyaan yang pantas untuk diajukan pada anda adalah, "apakah anda telah mempersiapkan diri anda dengan baik?"
Peran sebagai Negosiator (perunding) hampir dipastikan akan dijalani semua orang dalam interaksinya sebagai makhluk sosial.
Bayi sekalipun sebenarnya telah melakukan peran itu, bersama ibunya dia akan bernegosiasi, dan yang menakjubkan si bayi selalu memenangkan perundingan tersebut.Untaian kata dan sejumlah mainan yang ditawarkan tidaklah menggoyahkan sikap si bayi dan membuatnya mundur untuk memuluskan apa yang dia inginkan.
Betapa tidak, dengan kekuatan tangisnya, si ibu akan mengaku kalah dan menyerah, sembari memenuhi keinginan si bayi untuk menikmati ASI.
Dalam kondisi ini si bayi lebih banyak menggunakan strategi menang – kalah (padahal dia belum ngerti ya?), jarang dia menggunakan strategi menang – menang.
Pada saat dia terapkan strategi menang – menang, si bayi akan asyik dengan mainan yang diberikan ibunya, sementara Ibu dapat meneruskan pekerjaan rutinnya, seperti memasak dan membersihkan rumah.
Jadi kita semua, mulai dari bayi hingga seusia sekarang ini akan selalu memainkan peran sebagai Negosiator (perunding) dalam segala aktifitas yang dilakukan.
Contoh yang lain, dalam membuat kesepakatan jadwal belajar, bermain, dan waktu tidur anakpun kita akan melakukan perundingan dengan mereka.
Tujuan utama perundingan adalah mengakhiri perbedaan yang menghalangi tercapainya suatu kesepakatan.
Agar suatu perundingan berhasil, maka diperlukan kerelaan semua pihak yang berunding, terutama atas kesepakatan akhir dari perundingan.
Dengan demikian berarti aktifitas perundingan tidaklah harus selalu dikaitkan dengan transaksi / aktifitas bisnis.
Apa yang dimaksud perundingan (bisnis)?, perundingan (bisnis) adalah proses tawar menawar atas serangkaian perkara untuk mencapai kesepakatan.
Misal, dalam transaksi bisnis kita mungkin sering dongkol / iri mendengar atau bahkan melihat rival bisnis kita berhasil menawar dengan harga sangat rendah sebuah barang yang sangat kita minati.
Begitu juga dengan proyek, walaupun kita telah menekan harga serendah mungkin masih saja kita kalah dengan pesaing kita. Padahal margin yang kita ambil, udah pas banget. Apakah pesaing kita banting harga dengan konsekuensi rugi?, tentu saja tidak!
Lalu dimana letak kesalahannya?
Mungkin saja kita lupa bahwa sejatinya, dalam hal merundingkan syarat bisnis yang lebih baik, dituntut keterampilan dan pengetahuan professional atas pokok perkara dan tahapan –tahapan perundingan.
Tahapan–tahapan perundingan dimaksud adalah:
- Persiapan perundingan
- Posisi kita dalam perundingan tersebut (pengusul atau penerima usul)
- Kesediaan untuk meninjau ulang semua hal yang dirundingkan
- Saat berunding, dalam hal ini, mau memberi dan menerima atas hal yang diperundingkan.
Kebanyakan orang mengira dirinya adalah seorang Negosiator (perunding) kawakan. Tetapi apakah memang betul dia negosiator kawakan?, kriteria apa saja yang harus dipenuhi oleh seseorang jika ingin disebut seorang negosiator kawakan?
Seorang negosiator (perunding) kawakan akan selalu datang ke tempat perundingan dengan membekali dirinya akan semua hal rinci yang penting bagi pihak yang diwakilinya, dan itu semua sudah dalam penguasaannya.
Hal–hal rinci tersebut misalnya penguasaan materi yang akan dirundingkan, paham akan kondisi/tempat perundingan, lawan berunding yang akan dihadapi, materi mana yang akan diperjuangkan dengan segenap kemampuan, materi mana yang boleh/akan dilepas, dan lain sebagainya.
Jadi, jika ingin memenangkan perundingan dan berhasil menjadi seorang Negosiator kawakan, maka kita haruslah:
- Mengetahui beberapa tahapan penting dalam proses perundingan serta strategi dalam melaksanakannya
- Memiliki sikap yang tegas, dan konsisten terhadap materi perundingan
- Menguasai langkah-langkah pendekatan dalam menghadapi lawan / mitra runding
- Mampu mengendalikan jalannya perundingan
- Membuat agenda perundingan dengan lebih baik
Bagi anda yang saat ini menjalani peran sebagai seorang Negosiator maka pertanyaan yang pantas untuk diajukan pada anda adalah, "apakah anda telah mempersiapkan diri anda dengan baik?"
Sekarang bayinya telah berjanggut, lebat pula, maka kami yakin hasil perundingannya akan lebih banyak menguntungkan karyawan sebanyak dan selebat janggut yang disandangnya.