Dikirim pada 2007-11-14 15:26:32 Oleh admin
Assalamualaikum,
Satu hal yang membuat saya senang adalah dengan semakin banyaknya rekan-rekan yang mulai aktif datang ke kafe gaulnya Jaring.
Kafe gaul kita ini, tentu bukanlah seperti kafe kebanyakan yang kita kenal, tempat minum sambil bersantai, tempat bertemunya pelaku bisnis, tempat dilaksanakannya acara–acara keluarga, dan lain-lain.
Kafe gaul yang kita maksud disini adalah suatu wadah/sarana yang telah disediakan admin bagi pembaca Jaring untuk bertransaksi, bisa terkait bisnis, ide, saran, pendapat, dan lain sebagainya.
Dari pengamatan di lapangan, pengunjung kafe gaulnya Jaring, secara mengejutkan jauh melampaui jumlah pengunjung Kafe Natali yang berada di samping gedung GPT INTI.Kenapa bisa demikian?, salah satunya karena GRATIS!
Anda tidak percaya?, cobalah anda masuk ke kafe gaulnya Jaring, dijamin, anda akan menemukan beragam pembeli, penjual, dan komoditas yang ditawarkan.
Bagi anda yang belum pernah berkunjung, panduan yang mungkin bisa sedikit membantu adalah melalui jalur “warga inti gabung yukâ€.
Ok? Selamat berkunjung!
Berikut ini pengalaman/pengamatan saya dari beberapa kali masuk ke kafe gaulnya jaring. Yang saya perhatikan adalah bahwa dari hari ke hari pengunjung datang silih berganti, ada yang sengaja datang untuk menjual, kemudian pergi dan mungkin datang di lain waktu untuk melihat dagangannya, dilirik pembeli atau tidak.
Ada yang datang, memang sengaja hanya untuk sekedar melihat-lihat (betul–betul hanya melihat, lalu pergi).
Ada yang datang melihat-lihat, lalu timbul rasa penasaran, untuk kemudian tertantang melakukan transaksi.
Karena memang..., auranya kafe gaul ini memang lain dari pada kafe kebanyakan. Untuk bertransaksi kadang dibutuhkan keberanian, sebab kadang ada yang setengah malu–malu datang dan melakukan transaksi dengan menyembunyikan identitasnya (bisa memakai noname atau alias)
Tapi itu tidaklah mengapa, dibandingkan dengan yang datang hanya sekedar melihat–lihat saja.
Iya kan?
Wassalam
Dari seorang yang selalu menyempatkan diri berkunjung ke kafe gaul.
Harmen Mesta
Satu hal yang membuat saya senang adalah dengan semakin banyaknya rekan-rekan yang mulai aktif datang ke kafe gaulnya Jaring.
Kafe gaul kita ini, tentu bukanlah seperti kafe kebanyakan yang kita kenal, tempat minum sambil bersantai, tempat bertemunya pelaku bisnis, tempat dilaksanakannya acara–acara keluarga, dan lain-lain.
Kafe gaul yang kita maksud disini adalah suatu wadah/sarana yang telah disediakan admin bagi pembaca Jaring untuk bertransaksi, bisa terkait bisnis, ide, saran, pendapat, dan lain sebagainya.
Dari pengamatan di lapangan, pengunjung kafe gaulnya Jaring, secara mengejutkan jauh melampaui jumlah pengunjung Kafe Natali yang berada di samping gedung GPT INTI.Kenapa bisa demikian?, salah satunya karena GRATIS!
Anda tidak percaya?, cobalah anda masuk ke kafe gaulnya Jaring, dijamin, anda akan menemukan beragam pembeli, penjual, dan komoditas yang ditawarkan.
Bagi anda yang belum pernah berkunjung, panduan yang mungkin bisa sedikit membantu adalah melalui jalur “warga inti gabung yukâ€.
Ok? Selamat berkunjung!
Berikut ini pengalaman/pengamatan saya dari beberapa kali masuk ke kafe gaulnya jaring. Yang saya perhatikan adalah bahwa dari hari ke hari pengunjung datang silih berganti, ada yang sengaja datang untuk menjual, kemudian pergi dan mungkin datang di lain waktu untuk melihat dagangannya, dilirik pembeli atau tidak.
Ada yang datang, memang sengaja hanya untuk sekedar melihat-lihat (betul–betul hanya melihat, lalu pergi).
Ada yang datang melihat-lihat, lalu timbul rasa penasaran, untuk kemudian tertantang melakukan transaksi.
Karena memang..., auranya kafe gaul ini memang lain dari pada kafe kebanyakan. Untuk bertransaksi kadang dibutuhkan keberanian, sebab kadang ada yang setengah malu–malu datang dan melakukan transaksi dengan menyembunyikan identitasnya (bisa memakai noname atau alias)
Tapi itu tidaklah mengapa, dibandingkan dengan yang datang hanya sekedar melihat–lihat saja.
Iya kan?
Wassalam
Dari seorang yang selalu menyempatkan diri berkunjung ke kafe gaul.
Harmen Mesta