Oleh Sahat Parasian - SBU JasTek

Banyak yang bertanya sambil lewat bertemu teman sesama karyawan, ada yang langsung menelepon untuk menanyakan semua peristiwa musibah yang dialami oleh kami selaku tim survey yang berjumlah 3 orang ke daerah Riau Tepatnya Kabupaten Rokan Hilir ibu kota Bagansiapi-api.


Untuk itulah kami mencoba menguraikan melalui tulisan mengenai peristiwa musibah tersebut agar tidak menjadi simpang siur atas peristiwa tersebut dan kami tidak lagi menceritakan satu persatu setiap pertanyaan atau yang menanyakan langsung pada kami, dan hal ini kami lakukan agar kamipun saat –saat ini tidak dahulu mengenang atau mengingat-ingat dahulu peristiwa tragis tersebut dan harap kepada Teman-teman Karyawan memaklumi kondisi ini.

Kami bertiga mendapatkan Tugas untuk melakukan Survey Lokasi yang memberi tugas adalah SBU JASTEK dan sekaligus sebagai penanggung jawab Proyek ini. Kami bertiga adalah Sahat Parasian dari SBU JASTEK ( Koordinator tim ), Asep Lukman dari SBU SENTRAL serta Tatang Ahya dari SBU AKSES. Berangkat dari Bandung tanggal 7 Maret 2001 dan tibalah pada hari yang sama di Bagansiapi-api pada jam 22.30 dengan menempuh perjalanan darat yang melelahkan dari Pekanbaru. Kami langsung menginap disalahsatu Hotel dikota tersebut itupun setelah sebelumnya mencari hotel yang sesuai dengan kemampuan kami ternyata hotel kelas bawah saat itu telah penuh dan kami cari lagi sana-sini dengan sangat terpaksa masuklah kami disalah satu Hotel yang paling besar di Kota tersebut, ingat kalau di Bandung sekelasnya Hotel Melati I.


Tanggal 8 Maret 2001 itu adalah hari kedua kami di kota Bagansiapi-api dan kami pagi hari langsung melapor ke kantor Bupati Kabupaten Rokan Hilir dan menemui Asisten 3 pembantu Bupati dan kami dapat menemui dan saling memperkenalkan dan menjelaskan maksud pekerjaan tersebut akhirnya Asisten 3 menunjuk Kabag Umum setempat untuk menemani kami selama melakukan survey tersebut dan juga sekaligus sebagai Koordinator Proyek dipihak PEMDA setempat.


Kemudian saat itu juga kami melaksanakan Survey Pertama di Kecamatan Bangko ( dahulu Kecamatan Bagansiapi-api ) dan berjalan dengan lancar dan semua aparat kecamatan mendukung jalannya Survey tersebut itu bisa kami lakukan sampai jam 14.00. Selajutnya sore hari kami melanjutkan kembali Survey kelokasi Kecamatan Sinaboi kurang lebih perjalanan 1,5 jam dari Bagansiapi-api dengan menggunakan Kendaraan Roda Dua ( Motor ) maklum jalan raya menuju lokasi tersebut belum ada. Setelah tiba kami langsung menuju tempat tinggal Bapak Camat setempat dan kemudian langsung menuju lokasi untuk melakukan Survey. Kurang lebih jam 18.30 kami beserta rombongan kembali ke Bagansiapi-api dengan perjalanan yang sangat sedikit terganggu adanya binatang Ular dan binatang kecil yang sangat menggangu mata saat mengendarai Motor.


Tanggal 9 Maret 2001 yang seharusnya kami tidak melakukan Survey kelokasi dikarenakan kami akan meminjam Site Plan Pembangunan Kantor Kecamatan Sinaboi di kantor Dinas Pekerjaan Umum setempat ( DPU ) . Apa yang terjadi ,pada jam 8.00 kami mendapatkan informasi bahwa Kami harus berangkat ke Lokasi Survey dimana bertepatan Kepala Camatnya dan 3 orang kepala Desanya ada di Bagansiapi-api yang akan kembali menuju ke Kecamatan yang akan kami Survey yaitu Kecamatan Kubu. Ternyata Camat dan 3 kepala Desa sama-sama menginap di Hotel yang sama yang akhirnya kami saling memperkenalkan diri dan merencanakan semua rencana perjalanan kami bersama-sama.


Jam 9.00 kami sama-sama berangkat dari Hotel menuju ke pelabuhan kurang lebih 4 Km yang kami jalani dengan menggunakan Becak menuju pelabuhan. Dan staf dari Kecamatan sudah mempersiapkan dengan sistim carter Kapal Motor atas persetujuan dari Kepala Camat ( Bpk . Drs Fery ). Untuk diketahui sebetulnya hari itu pelayaran resmi ke Kecamatan Kubu tidak ada karena Kebiasaan Hari Jum’at pelayaran libur yang jelas pada saat itu juga tim survey PT.INTI sudah mempertimbangkan hal tersebut dan hanya setuju mengikuti Koordinator rombongan pada saat itu adalah Kepala Camat Kubu.


Jam 10.00 Kami dan Rombongan berangkat menuju Kecamatan Kubu dengan tanpa menanyakan dahulu jenis Kapal atau Ferry apa yang membawa kami ke tempat tujuan yang jelas kami hanya mengikuti keadaan saat itu, ternyata diluar dugaan kami Kapal Motor yang kami tumpangi adalah jenis Pongpong atau kapal Klotok ( panjang 4-5 meter lebar 2 meter ) tetapi kami pasrah saja terus mengikuti perjalanan tersebut tanpa ada sedikitpun kompromi atau tidak setuju dengan menggunakan Kapal Motor tersebut.


Kurang lebih 45 menit perjalanan setelah keluar dari Muara Sungai Rokan masuk ke wilayah laut kami dihentakkan dengan hentakan suara keras dibawah Kapal Motor tesebut dan langsung saat itu juga Kapal Motor tersebut pada posisi miring ( bagian Depan kapal posisi keatas dan bagian Belakang pada posisi masuk keair ). Selidik dari kejadian adalah bahwa bagian bawah Kapal Motor tersebut menabrak kayu Bubu ( diameter 25 Cm ) yang selanjutnya menancap pada bagian ruang mesin Kapal tersebut. Kapal pada posisi tersebut semua penumpang yang berjumlah 11 ( sebelas ) orang dan salah satunya adalah anak laki-laki usia kurang lebih 3 tahun pada posisi panik tidak tahu apa yang harus diperbuat dan kami hanya mendengar suara Komando dari ABK ( anak buah kapal ) sebagai berikut : Selamatkan diri masing-masing !, cari kayu !, kalau punya uang pegang dan ikat ! sementara 2 ABK tersebut sudah mendahului kami terejun kelaut dengan anaknya tersebut. Tianggallah kami masih tertinggal dikapal tersebut sementara kapal sudah semakin tenggelam karena terisi air. Akhirnya kami masing-masing juga mengikuti ABK untuk loncat kelaut yang pada saat itu arus air sedang derasnya dengan menggunakan macam-macam alat yang kami bawa yang akhirnya sebagai pelampung yaitu kayu papan dan Jeriken bekas oli. Jadi benda itulah yang menemani kami sementara kami hanyut di laut dan akhirnya kami semua terpencar-pencar dihempas oleh arus air laut di perairan Selat Malaka . Kami merasakan kami dibawa hanyut ketengah lautan ,kemudian dihannyutkan kembali mendekat tepi ( tepi yang masih jauh kedaratan ) begitulah kejadian berulang-ulang diombag-ambing yang tidak jelas kemana kami selanjutnya. Apa yang terjadi !, kami dan seluruh penumpang 11 orang tersebut akhirnya selamat semuanya dengan keberadaan kondisi masing-masing yang berlainan.


Informasi yang kami dapat adalah pertama kali yang diselamatkan oleh nelayan adalah ABK dan anaknya, setelah 2 jam terapung-apung , kemudian Bapak Camat dan Satu Kepala Desa 2 jam setelah terapung-apung dan terhempas ditolong ditengah laut, kemudian Bapak Tatang Ahya ( SBU AKSES ) 2,5 jam setelah terhempas dan terapung-apung ditolong ditengah laut bersama dengan Satu Kepala Desa. Bapak Asep Lukman ( SBU SENTRAL ) setelah dihemas dan terombang-ambing selama 4 jam dan akhirnya terhempas ditepi pantai dengan salah seorang Kepala Desa dan akhirnya ada pertolongan dari nelayan yang lewat 15 menit kemudian. Sedangkan Bapak Sahat Parasian ( SBU JASTEK ) setelah terombang-ambing dan terhempas selama 4 jam dan akhirnya terhempas ditepi pantai dan masih tinggal ditepi pantai tersebut setelah berjuang dipantai lumpur ( sampai selutut bila berjalan )dan terlihat dilumpur cakar dan tapak binatang setelah selama 1 jam baru ada nelayan yang menghampiri dan kebetulan mendekat ketepi akhirnya mau menolong untuk menghantar ketujuan dan Bapak Sahat Parasian lah yang terakhir ditemukan pada peristiwa itu. Untuk diketahui bahwa seluruh penumpang terkecuali anak ABK dibadan hanya tertinggal pada umumnya adalah celana dalam dan kaus kutang / singlet kalaupun ada yang masih membawa bajunya yang dipakai pada saat itu. Juga segala perlengkapan alat kerja yang dibawa tim PT.INTI dan peralatan kantor pihak Kecamatan beserta semua barang pribadi hanyut dan terlepas pada saat kejadian musibah tersebut.


Kurang lebih jam 19.00 setelah kami bertemu kembali dengan yang mengalami musibah di tempat Bapak Camat kami mendapatkan pertolongan pertama dari Dokter Puskesmas dan sempat pula dokter tersebut memberikan suntikan kepada kami khususnya yang meminum air laut. Dengan inisiatif Bapak camat kami mengadakan syukuran dengan warga setempat dengan memanggil yatim piatu dan orang-orang yang tidak mampu dikecamatan tersebut dan acara berlangsung hingga larut malam.


Pada malam itupula kami memutuskan akan kembali ke Bagansiapi-api .itupun dengan pertimbangan yang sangat berat karena bila kami kembali ke Bagansiapi-api akanmenggunakan rute perjalanan yang sama hanya dengan menggunakan Kapal Motor yang agak besar ( Ferry ). Dan dengan dihantar oleh Bapak Camat dan Aparat Kecamatan kami dilepas pulang. Berangkatlah kami dari Kecamatan Kubu pada tanggal 10 Maret 2001 pada jam 09.00 dengan rasa perasaan malu karena kami bertiga menggunakan Celana dan Kaus ( T’shirt ) bahkan semua yang kami pakai adalah milik Bapak Camat dan ada kelucuan pada saat itu dimana semua yang kami pakai tersebut tidak ukurannya pada umumnya adalah yang kedodoran..Tiba di Bagansiapi-api tepat jam 11.00 dan sudah dijemput oleh aparat PEMDA Kabupaten Rokan Hilir. Setelah kami ditempatkan di Hotel yang sudah dipesan oleh mereka.Dan dengan perasaan yang masih bimbang .lemas dan lunglai kami usahakan untuk mengontak kepada siapa kami melapor karena pada saat itu kantor PT.INTI SEDANG LIBUR ( Sabtu dan Minggu ) dan kami bertiga sepakat pada saat itu jangan memberitahukan dahulu kepada pihak keluarga. Ternyata Bpk Asep Lukman mengubungi salah satu karyawati di Bagian SE SBU SENTRAL yaitu Ibu Teti untuk menghubungi salah satu AssManya ( Bpk. Sudayat ) yang selanjutnya agar menghubungu kami di Hotel kami menginap. Akhirnya kami menceritakan kejadian peristiwa musibah yang kami hadapi setelah Bpk. Sudayat menghubungi kami dan kami sarankan supaya berita
ini disampaikan kepada Atasan kami masing-masing atau yang terkait dengan Proyek Tersebut.


Malam harinya kabar dari mereka yang kami tunggu-tunggu akhirnya datang juga mulai dari Ibu Ernawati Djamin , Bapak Adi Sulaksono dan Bpk Robby Gunadi. Akhirnya Bapak Adi Sulaksono memutuskan akan mengirimkan Akomodasi kami pada hari Senin pada saat PT.INTI buka Kantor. Dengan jaminan harus ada Pemegang Rekening Bank setempat. Akhirnya dengan mencari Nomor Rekening Bank dan kami mendapatkan Nomor Rekening salah Satu Karyawan Hotel kami dapat menerima kiriman Uang dari Bagian Tanbendra SBU JASTEK melalui Informasi Bapak Yaya Hudaya untuk akomodasi untuk kami Pulang ke Bandung.


Pada hari minggu barulah terasa sakit pada bagian tubuh kami ,kami rasakan badan seluruhnya sakit/pegal, muka melepuh dan berwarna hitam karena terbakar, dan merasakan demam dan kami hanya meminum obat yang diberikan oleh dokter puskesmas tersebut.


Akhirnya Tibalah saat nya kami meninggalkan Kota Bagan-siapi pada tanggal 13 Maret 2001 menuju Pekanbaru dengan dihantar Kendaraan yang dikemudikan oleh Bpk Maen dari Bandung yang baru sampai pada hari Minggu Tanggal 11 Maret 2001 di Bagansiapi-api yang seyogyanya turut dalam Survey tersebut untuk lokasi-lokasi yang lain. Tanggal 14 Maret 2001 jam 09.45 kami Tinggalkan Kota Pekanbaru menuju Jakarta dan akhirnya kami tiba di Bandung pada jam 18.30 WIB,dengan badan yang masih lemas dan merasakan demam.


Demikianlah sekelumit perjalanan peristiwa musibah yang dialami oleh 3 karyawan PT.INTI dan peristiwa ini kami nyatakan benar adanya bukan sebagai karangan yang dibuat-buat dan juga dapat memberikan jawaban kepada yang masih ingin bertanya kepada kami yang ingin mengetahui peristiwanya dan kami akhirnya sajikan dengan lengkap dan akhirnya kamipun sedikit menghindari dari Trauma yang masih kami hadapi dalam peristiwa tersebut bila ada yang menanyakan kepada kami secara utuh.


Sedikit Komentar dari peristiwa ini :


  1. Tim yang berangkat adalah nama-nama yang sudah dipertimbangkan sesuai dengan bidang Profesionalnya dan bukan ditentukan oleh satu orang ( yaitu oleh tim yang ditunjuk ) oleh Manajemen Maksudnya adalah, agar yang mempunyai prasangka dan memberikan isu-isu dalam hal ini harap mengoreksi diri dan jangan peristiwa ini dijadikan isu murahan untuk kepentingan pribadi yang tidak diikut sertakan terlibat dalam proyek ini. Sadarlah, ingat trauma masih berlangsung sampai saat ini.!

  2. Kami lakukan pekerjaan ini hanyalah untuk melakukan tugas yang dibebankan oleh Perusahaan secara Profesional kepada mitra kerja yang baru yaitu PEMDA.

  3. Ada banyak yang menanyakan kepada kami perihal tindakan dari Manajemen PT.INTI , apa yang sudah dilakukan ? :

    • SBU JASTEK sudah melakukan Tidakan atas Pemulangan kami ke Bandung dengan mengirimkan Akomodasi dan bahkan sudah mengijinkan membuat daftar barang hilang yang kami pribadi miliki SEBAGIAN BERUPA UANG MUKA SUDAH KAMI PEROLEH.

    • Hal-hal lain TINDAKAN Manajemen PT.INTI, berkaitan dengan peristiwa ini kami tidak bisa menjawab ( Bisa hubungi Pihak-pihak yang terkait ).

Yang kami hadapi dan masih kami rasakan pada saat ini adalah :

Bayang-bayang kejadian dalam Musibah Tersebut / Trauma.


Dari kami yang mengalami musibah : Sahat Parasian, Asep Lukman ,Tatang Ahya.



"Tragedi Survey Proyek OtDa Riau"   |   Dibaca 630 kali   |   3 Komentar    |   Login untuk berkomentar   

Komentar

User Image
@ pada 5 April 2001 - 08:12
Untuk Sahabatku Sahat P, Asep L dan Tatang A, saya ikut trenyuh dengan kejadian yang telah menimpa anda bertiga, Hanya Allah SWT yang telah menyelamatkan anda bertiga.
Wajar dan manusiawi sekali teman-teman masih mengalami trauma, saya tidak membayangkan kalau hal tersebut terjadi pada saya.

Mungkin cerita ini baru merupakan sebagian dari cerita-cerita yang dialami oleh kawan-kawan diunit manapun yang tugasnya berada dilokasi, dalam hal ini secara pribadi menambah bukti bagi saya bahwa dedikasi, perjuangan dan komitment pegawai PT. INTI masih tinggi.

Perjuangan teman-teman untuk tetap survive untuk diri sendiri, keluarga, lingkungan dan perusahaan akan mendapat balasan dari Allah SWT, amin....


dody dradjat / keuangan
ext. 2318.
 
User Image
@hotma pada 4 April 2001 - 17:58
Pertama kita perlu mengucapkan syukur kepada Tuhan bahwa Sahat Parasian (SBU JASTEK), Asep Lukman (SBU SENTRAL) dan Tatang Ahya (SBU AKSES) dapat kembali dalam keadaan selamat, meskipun sampai saat ini masih mengalami trauma.

Belajar dari pasca-peristiwa ini, kita melihat bahwa manajemen PT. INTI seolah-olah tidak peduli dengan nasib karyawan yang mengalami musibah ini. Bahkan dalam radin ke-XII pun tidak disinggung mengenai peristiwa ini, minimal perusahaan menunjukkan perhatiannya.

Salut untuk SBU JASTEK dengan proaktif telah menyediakan akomodasi untuk kepulangan serta menggantikan barang-barang yang hilang. Tetapi hal ini tidaklah cukup.
Menurut saya PT. INTI seharusnya memberikan kompensasi tertentu (jangan berdalih bahwa tidak ada aturannya !!! ) kepada mereka bertiga, karena dalam peristiwa ini bukan saja materi yang hilang, melainkan juga non-materi, seperti trauma yang berkepanjangan, lagipula pada saat terjadi peristiwa ini mereka sedang melaksanakan tugas perusahaan.

Kompensasi ini untuk menunjukkan rasa peduli perusahaan terhadap karyawannya, sehingga dalam waktu yang tidak terlalu lama, ketiga teman kita ini dapat recover seperti sediakala.

Ingat teman-teman walau tidak kita inginkan, bahwa peristiwa seperti ini dapat saja terjadi pada diri kita.
 
User Image
@ pada 4 April 2001 - 17:38
Pertama kita perlu mengucapkan syukur kepada Tuhan bahwa Sahat Parasian (SBU JASTEK), Asep Lukman (SBU SENTRAL) dan Tatang Ahya (SBU AKSES) dapat kembali dalam keadaan selamat, meskipun sampai saat ini masih mengalami trauma.

Belajar dari pasca-peristiwa ini, kita melihat bahwa manajemen PT. INTI seolah-olah tidak peduli dengan nasib karyawan yang mengalami musibah ini. Bahkan dalam radin ke-XII pun tidak disinggung mengenai peristiwa ini, minimal perusahaan menunjukkan perhatiannya.

Salut untuk SBU JASTEK dengan proaktif telah menyediakan akomodasi untuk kepulangan serta menggantikan barang-barang yang hilang. Tetapi hal ini tidaklah cukup.
Menurut saya PT. INTI seharusnya memberikan kompensasi tertentu (jangan berdalih bahwa tidak ada aturannya !!! ) kepada mereka bertiga, karena dalam peristiwa ini bukan saja materi yang hilang, melainkan juga non-materi, seperti trauma yang berkepanjangan, lagipula pada saat terjadi peristiwa ini mereka sedang melaksanakan tugas perusahaan.

Kompensasi ini untuk menunjukkan rasa peduli perusahaan terhadap karyawannya, sehingga dalam waktu yang tidak terlalu lama, ketiga teman kita ini dapat recover seperti sediakala.

Ingat teman-teman walau tidak kita inginkan, bahwa peristiwa seperti ini dapat saja terjadi pada diri kita.