Dikirim pada 2006-11-14 10:51:36 Oleh Admin
Industri telekomunikasi di Indonesia khususnya yang menggunakan produk lokal atau buatan Indonesia, masih kurang terdengar gebrakannya. Selama ini industri telekomunikasi indonesia dikuasai produk-produk luar negeri yang kiprahnya sudah tidak diragukan lagi. Untuk bersaing dengan pihak asing tersebut, pelaku industri telekomunikasi di Indonesia harus bersatu membentuk suatu strategi baru yang dapat digunakan di era globalisasi.Departemen Perindustrian berinisiatif untuk membuat working group dengan konsep klaster, di mana nanti para pemangku kepentingan atau stakeholder di bidang industri telekomunikasi dapat menjalin suatu kerja sama untuk memajukan bidang telematika atau lazimnya disebut ICT (Information and Communication Technology) Indonesia.
Pembentukan working group ini diawali dengan presentasi dari pihak konsultan PT Multi Grahita Nusantara yang diwakili oleh Syamsudin untuk mendefinisikan klaster yang dimaksud dan untuk mengadakan riset awal potensi working group.
Pertemuan awal dilakukan di INTI pada hari Jum’at, 3 Nopember 2006 dengan dihadiri oleh beberapa pejabat dari INTI, di antaranya Bambang Sumadi, Azis Nugroho, dll., perwakilan dari PT LEN, Taufik Hasan dari PT Telkom Tbk, PT CMI, Dinas Perindustrian Jabar, BHTV (Bandung High Tech Valley), Suhono HS (Dosen ITB), PT Multi Grahita Nusantara sebagai konsultan, dan lain-lain.
Ramon Bangun dari Departemen Perindustrian selaku Dirjen IATT mengatakan “dalam kaitan ini, kita mencoba melihat potensi yang sangat memungkinkan berdasarkan riset pendahuluan yang dilakukan oleh PT Multi Grahita Nusantara, industri telekomunikasi sepertinya mengelompok di Bandung. Jadi saya pikir ini adalah suatu hal yang dapat dikembangkanâ€.
Ide working group ini ini juga lahir dari konsep BHTV (Bandung High Tech Valley) di mana kota Bandung diharapkan dapat menjadi pusat industri telekomunikasi Indonesia.
Pembagian klaster yang dilakukan melalui diagnosis oleh PT Multi Grahita Nusantara terbagi atas tiga layer, dimana layer pertama adalah layer terkait, yaitu pelaku klaster yang memberikan naungan, memfasilitasi, mengkoordinir, dan menciptakan iklim kondusif. Di dalam ini terdapat Pemerintah Pusat, Pemda Jabar, asosiasi bisnis (dalam KADIN) dan lain-lain (kelompok masyarakat, konsumen).
Layer kedua ialah layer inti, yaitu para pelaku bisnis yang terdiri dari pemasok, champion, dan pengguna. Munculnya pemasok asing pada layer inti dinilai kurang tepat, sebab tujuan dari pembentukan working group ini adalah untuk memajukan industri telekomunikasi dalam negeri.
Layer terakhir, yaitu layer pendukung, adalah para pelaku bisnis yang dalam kaitannya dengan perusahaan champion bersinggungan langsung dengan aktivitas bisnis pendukung. Semua stakeholder dapat berpartisipasi dan tidak ada pihak yang merasa tidak dilibatkan.
Departemen Perindustrian menyarankan agar segera dibentuk working group yang sekretariatnya direncanakan bertempat di Dinas Perindustrian Jabar. Dengan demikian apabila klaster ICT nasional sudah terbentuk akan dapat disusun road map ICT untuk jangka panjang, dan tentunya akan lebih jelas pembagian kue ICT untuk masing-masing pelaku bisnis ICT di dalam negeri ini. Semoga.
Oleh: Kasino / Ita / Tia / Didit
Pembentukan working group ini diawali dengan presentasi dari pihak konsultan PT Multi Grahita Nusantara yang diwakili oleh Syamsudin untuk mendefinisikan klaster yang dimaksud dan untuk mengadakan riset awal potensi working group.
Pertemuan awal dilakukan di INTI pada hari Jum’at, 3 Nopember 2006 dengan dihadiri oleh beberapa pejabat dari INTI, di antaranya Bambang Sumadi, Azis Nugroho, dll., perwakilan dari PT LEN, Taufik Hasan dari PT Telkom Tbk, PT CMI, Dinas Perindustrian Jabar, BHTV (Bandung High Tech Valley), Suhono HS (Dosen ITB), PT Multi Grahita Nusantara sebagai konsultan, dan lain-lain.
Ramon Bangun dari Departemen Perindustrian selaku Dirjen IATT mengatakan “dalam kaitan ini, kita mencoba melihat potensi yang sangat memungkinkan berdasarkan riset pendahuluan yang dilakukan oleh PT Multi Grahita Nusantara, industri telekomunikasi sepertinya mengelompok di Bandung. Jadi saya pikir ini adalah suatu hal yang dapat dikembangkanâ€.
Ide working group ini ini juga lahir dari konsep BHTV (Bandung High Tech Valley) di mana kota Bandung diharapkan dapat menjadi pusat industri telekomunikasi Indonesia.
Pembagian klaster yang dilakukan melalui diagnosis oleh PT Multi Grahita Nusantara terbagi atas tiga layer, dimana layer pertama adalah layer terkait, yaitu pelaku klaster yang memberikan naungan, memfasilitasi, mengkoordinir, dan menciptakan iklim kondusif. Di dalam ini terdapat Pemerintah Pusat, Pemda Jabar, asosiasi bisnis (dalam KADIN) dan lain-lain (kelompok masyarakat, konsumen).
Layer kedua ialah layer inti, yaitu para pelaku bisnis yang terdiri dari pemasok, champion, dan pengguna. Munculnya pemasok asing pada layer inti dinilai kurang tepat, sebab tujuan dari pembentukan working group ini adalah untuk memajukan industri telekomunikasi dalam negeri.
Layer terakhir, yaitu layer pendukung, adalah para pelaku bisnis yang dalam kaitannya dengan perusahaan champion bersinggungan langsung dengan aktivitas bisnis pendukung. Semua stakeholder dapat berpartisipasi dan tidak ada pihak yang merasa tidak dilibatkan.
Departemen Perindustrian menyarankan agar segera dibentuk working group yang sekretariatnya direncanakan bertempat di Dinas Perindustrian Jabar. Dengan demikian apabila klaster ICT nasional sudah terbentuk akan dapat disusun road map ICT untuk jangka panjang, dan tentunya akan lebih jelas pembagian kue ICT untuk masing-masing pelaku bisnis ICT di dalam negeri ini. Semoga.
Oleh: Kasino / Ita / Tia / Didit