INI dia, salah satu lahan bisnis di sektor perikanan, yang merupakan bisnis masa depan. Pemeliharaannya mudah, rasa dagingnya enak dan gurih, pasarnya juga tidak susah. Bahkan sering dijadikan, bahan substitusi pengganti. Seperti halnya, pengganti ikan jambal roti dan kakap pada industri makanan. Karena selain bentuknya yang mirip, juga tekstur dagingnya renyah. Untuk menyelami lebih jauh bisnis ikan ini, Untuk menelusuri liku-liku bisnis ini, kami menurunkan beberapa tulisan yang berkaitan dengan prospek bisnis, teknik budi daya, dan kisah sukses dalam budidaya ikan Patin
1. Prospek Bisnis

PATIN, nama ikan asal sungai Mahakam Kalimantan dan sungai Musi Sumatera ini, belum begitu dikenal luas masyarakat. Namun, kalau melihat prospeknya, komoditi perikanan yang satu ini sangat cerah dan sangat menjanjikan.

Betapa tidak menjanjikan, ikan yang memiliki rasa dagingnya yang lezat dan gurih ini, memiliki nilai jual yang sangat tinggi. Malahan, akhir-akhir ini, ikan patin ini menjadi ladang usaha yang menggiurkan. Selain itu, membudayakannya pun sangat mudah dan tidak memerlukan perlakuan khusus.

Kelebihan lainnya, seperti dituturkan Endang Yuman, petani ikan patin dari Kuningan, dari hari ke hari permintaannya terus meningkat. Malahan sekarang, selain dari rumah makan dan konsumsi rumah tangga, ikan patinpun banyak diminta kalangan industri makanan, seperti industri pembuatan kerupuk Kakap dan kerupuk Palembang.

Selain permintaan ikan patin konsumsi, masih menurut Endang, permintaan akan benihpun terus bertambah. Makanya, setiap bulannya tidak kurang dari 20.000 ekor benih ikan patin terjual, dengan harga berkisar antara Rp 500 - Rp 600/ekor.

Pemenuhan permintaan ikan patin konsumsi, dan benih sebanyak ini cukup merepotkan. “Jadi jangan jauh-jauhlah, memperhitungkan kebutuhan pasar luar negeri. Untuk permintaan pasar lokal pun sudah kelabakan,” katanya.

Pada hakikatnya, pemeliharaan ikan patin memang relatif mudah. Namun bukan berarti tidak masalah, dalam hal di luar teknisnya, seperti misalnya serangan hama dan penyakit. Memang, serangan hama dan penyakit, terhadap ikan patin ada.

Biasanya, hama pada pemeliharaan ikan patin yang secara langsung adalah predator, yaitu, semacam mahluk yang menyerang dan memangsa ikan patin, di antaranya berang-berang. Sedangkan penyakitnya adalah, terganggunya kesehatan ikan patin yang diakibatkan parasit atau nonparasit.

Hama bersifat sebagai predator yang memangsa, pada budidaya ikan patin, jelas Endang, kemungkinan serangan hama lebih banyak dialami pada usaha pembesaran, sebab budidaya ini dilakukan di alam terbuka.

Secara garis besar, katanya, penyakit patin bisa dikelompokkan menjadi dua, yaitu penyakit noninfeksi dan penyakit infeksi. Penyakit noninfeksi adalah, penyakit yang timbul akibat adanya gangguan faktor yang bukan patogen. Umpamanya, keracunan makanan dan kekurangan gizi.

Sedangkan penyakit akibat infeksi, biasanya timbul karena gangguan organisme patogen. Penyebab infeksi biasanya, serangan parasit, jamur, bakteri, atau virus. Tapi, hingga saat ini, belum terdengar wabah penyakit tertentu yang menghantui usaha budidaya ikan patin.


Patin Roti

Ikan patin ini, karena memiliki tektur daging yang hampir menyamai ikan jambal, banyak dipakai sebagai bahan baku pembuatan ikan asin jambal roti. Seperti dikatakan Endang Yuman, sekarang ini di Jakarta, ikan patin menjadi bahan baku utama untuk pembuatan ikan asin jambal roti.

Pengalihan bahan baku ikan asin ini, disebabkan semakin langkanya ikan jambal yang merupakan bahan utama pembuatan ikan asin. Makanya tidak heran, jika banyak pengusaha asin jambal roti yang beralih ke ikan patin.

Selain itu, sekarang di Jakarta, ikan patinpun sudah dijadikan bahan pengganti ikan lele, yang biasa dijajakan oleh para pedagang makanan pecel lele. Tapi ikan patin yang dijual di para pedagang pecel lele itu, ikan patin yang berukuran kecil, mungkin sekilo 4 ekor.

Karena di Jakarta para pedagang pecel lele sudah beralih ke ikan patin, katanya, bukan hal yang mustahil kalau di Bandung atau di kota-kota besar lainnya, akan terjadi hal sama. Kalau kondisi ini sudah terjadi, pasar ikan patin akan semakin menjanjikan.

Kemungkinan, ikan patin akan mengalahkan ikan-ikan yang sudah dulu dibudidayakan.
Malahan, masih di Jakarta, ujar Endang, ikan patin yang dijual di restoran-restoran besar seporsinya bisa mencapai Rp 25.000 an. Ini yang disajikan dalam menu Sop. Mungkin lebih mahal lagi, untuk ikan patin yang disajikan dalam menu-menu lainnya yang lebih istimewa.


Pasar Terjamin

Prospek cerah ikan patin ini, diakui pula Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Kuningan, Drs.Ir.H. Durachman. Menurutnya, ikan patin memiliki prospek yang bagus ke depannya. Sebab, selain pemeliharaannya relatif mudah, ikan patin ini juga bisa dipelihara “barengan” dengan jenis ikan lainnya.

Pakannyapun tidak aneh-aneh. Selain itu, ikan patin ini memiliki nilai jual yang cukup menggiurkan, yaitu antara Rp 7.000 s/d Rp 12.000/kg-nya. Bandingkan dengan harga ikan mas yang cuma Rp 6.500/kg.

“Tapi yang paling penting pasarnya juga jelas. Ada pihak yang mau menampung, berapapun stock ikan yang didrop,” kata Durachman, seraya menambahkan, untuk Kabupaten Kuningan, penampungnya adalah Endang Yuman sendiri.

Kelebihan lainnya, dari ikan yang memiliki nama latin Pangasius ini, katanya, meskipun dipelihara hingga ukuran besar, harganya tidak akan jatuh. “Kalau ikan lele Ôkan, makin besar makin murah harganya. Ikan patin sebaliknya, makin gede makin mahal harganya,” timpalnya.

Di kolam perikanan Kuningan, ikan patin terberat yang dimiliki Endang Yuman seberat 8 kg. Tetapi di kolamnya di Jakarta, Endang mengaku punya seekor ikan patin seberat 15 kg.

Meskipun memiliki prospek yang cerah, tambah Durachman, bukan berarti budidaya ikan patin tanpa kendala. Sebab, sampai saat ini, harga benih ikan patin masih relatif mahal dan langka. Apalagi kalau dibandingkan, dengan harga benih ikan mas.

Untuk benih ikan mas ukuran 5 s/d 8 cm, harganya sekitar Rp 250/ekor, sedangkan harga benih ikan patin di bawah 8 cm, berkisar antara Rp 500 s/d Rp 700/ekor. Berarti lebih dari dua kali lipatnya. Selain itu, pembibitannya masih susah, kalau harus menggunakan cara alamiah. Dan ikan patin belum bisa dipijahkan, seperti perkawinan ikan umumnya.-



2. Teknik Budidaya

IKAN patin, yang rasa dagingnya lezat dan gurih ini, ternyata membudidayakannya tidaklah terlalu sulit. Sebab, budidaya ikan patin, tidak memerlukan perlakuan khusus. Apalagi bagi pemula, budidayanya cukup dengan pola pembesaran saja.

Seperti dituturkan Endang Yuman (42), Petani ikan patin asal Desa Haurkuning, Kecamatan Kadugede, Kabupaten Kuningan, budidaya ikan patin sangat mudah sekali. Dan, kelebihan lainnya, ikan patin ini tahan sekali terhadap hama.

Sebagai langkah awal, lanjutnya, siapkan kolam pembesaran (ukuran disesuaikan dengan banyaknya ikan yang akan dibesarkan). Sebelum ikan dimasukan, kolam terlebih dahulu harus dikeringkan. Maksudnya, untuk membunuh kuman atau bibit penyakit dan parasit yang bisa merugikan.

Dan jangan lupa, kolam ditaburi kotoran ayam (pupuk kandang) dan kapur secukupnya. Pengapuran diperlukan untuk memperbaiki pH tanah, dan mematikan bibit penyakit maupun hama ikan. Lama pengeringan minimal 2 hari, tetapi bisa juga lebih dari 2 hari.

Setelah proses pengeringan selesai, rendam kolam dengan air kira-kira ketinggiannya 20 cm selama 2 atau 3 hari. Maksud perendaman kolam ini, untuk merangsang tumbuhnya jasad-jasad renik, yang akan menjadi makanan ikan.

Sedangkan mengenai konstruksi kolam pembesaran ikan patin, tidak memerlukan kriteria khusus. Artinya, bisa kolam dasar tanah dengan pematang dibeton, atau juga bisa di kolam beton sepenuhnya.


Suka Air Dalam

Di habitatnya, ikan patin ini menyukai perairan yang agak dalam. Maka sebelum penebaran, sebaiknya air kolam sudah mencapai ketinggian 1,5 meter. Tapi ingat, penebaran ikan boleh dilakukan bila kondisi air telah stabil.

Artinya, pengaruh pupuk sudah hilang dan makanan alami sudah cukup tersedia. Mengenai kepadatan ikan dalam kolam harus disesuaikan dengan ukuran kolam. Dan penebaran bibit sebaiknya dilakukan pada pagi hari atau sore hari.

Masih menurut Endang Yuman, pada pembesaran ikan patin ini pemberian pakan mutlak harus diberikan, sebab untuk memacu pertumbuhannya. Pakan itu bisa berupa pelet, atau sisa-sisa kegiatan dapur. Jumlah pakan tambahan, biasanya sekitar 5% dari bobot total ikan perhari. Pemberian pakan tambahan, dilakukan dua kali sehari.

Setelah 6 bulan berjalan, ikan patin siap untuk dipanen. Biasanya setelah 6 bulan, ikan patin mempunyai bobot rata-rata 1kg/ekor atau siap untuk dikonsumsi. Demi keamanan, pemanenan ikan patin sebaiknya tidak dilakukan langsung dengan tangan, tetapi pergunakanlah alat-alat seperti, serok, waring, dan scoop net. Hasil tangkapan panen, tampunglah ikan di tempat khusus yang ada aliran airnya. Maksudnya, agar ikan tetap segar.-



C. Kisah Sukses

Endang Yuman, Kecewa oleh Bank Memacunya Jadi Mandiri


JATUH bangun sebagai petani, sudah terjadi berulangkali. Namun yang paling membuatnya kesal, dan prihatin tiada berakhir adalah terhadap pelayanan bank. Maka dari itu, baik menyimpan uang maupun minta kredit pada bank, kini tidak dilakukan lagi.
“Kapok,” ujar Endang Yuman, petani rempah-rempah yang kini beternak ikan patin, ketika ditanya alasannya. Ketika itu dia mendapatkan bantuan kredit bank, untuk bertani cengkeh. Namun malang, bencana menimpanya. Sementara hutang tidak ada garansi, artinya harus dilunasi pula.

Menyadari kepahitan yang pernah dialaminya, Endang Yuman, jadi prihatin terhadap sesamanya. Maka dia pun bangkit bersama uluran tangan pamannya dari Jakarta, untuk beralih usaha ke ternak ikan patin. “Tapi bertani rempah-rempah, juga masih berlanjut,” kata Endang yang kini jadi pembina kelompok “Jembar Harja” yang beranggotakan 49 orang di Desa Haurkuning RT 06/02 No. 552, Kecamatan Kadugede, Kuningan.

Ketertarikannya terhadap ikan patin, terjadi sekitar bulan Maret 2000. “Paman saya di Jakarta, sudah terlebih dahulu membudidayakan ikan yang termasuk liar ini. Kalau di Jawa Barat, bisa jadi saya pelopornya,” kata Endang di kawasan peternakannya yang tertata apik dan bersatu dengan ternak kambing PE.


Gampang Dipelihara

Satu alasan utama, mengapa dia memilih ikan patin, karena gampang pemeliharaannya. Tanpa diberi pakan pun, bisa berkembang biak. “Kalaupun diberi pelet atau bekas makanan, maka itu menjadi makanan tambahan saja. Tidak diberi pun tak apa-apa,” kata Endang meyakinkan.

Selain itu, ikan patin dipercaya suatu saat bisa mengalahkan menu-menu dari ikan. Baik ikan mas, gurame, lele maupun kakap. Duri yang minim serta kepalanya yang empuk, merupakan salah satu alasan di samping dagingnya yang sedap dimasak dalam berbagai cara sajian.

Patin juga sudah mulai mudah diperoleh, baik di toko-toko swalayan maupun pasar dalam skala terbatas. Terhadap Endang juga sudah mulai ramai orang memesan, baik untuk tujuan pembibitan, penjualan kembali maupun untuk konsumsi langsung secara eceran.

“Saya juga sanggup, menjadi penampung ikan patin dari para peternak mana pun, baik yang membeli bibitnya dari saya maupun tidak,” ungkap Endang menawarkan diri.

Dalam waktu dekat, peternakannya itu akan diresmikan Bupati Kuningan. “Kami akan menyajikan menu-menu masakan ikan patin dalam berbagai cara. Ini dalam rangka pemasyarakatan saja,” tambahnya.

Ungkapannya beralasan, karena ternyata para penyuluh peternakan pun awalnya belum mengetahui bahwa ikan patin bisa dibudidayakan, ada di Kuningan serta menghasilkan keuntungan yang sangat menjanjikan. -


"Ikan Patin, Bisnis Masa Depan"   |   Dibaca 1194 kali   |   0 Komentar    |   Login untuk berkomentar   

Komentar