Dikirim pada 2003-10-09 08:58:14 Oleh SDMAdmin
Ulat yang satu ini, kendati memang menjijikan tapi mudah jadi uang. Selama orang-orang maniac burung, masih tetap menekuni kegemarannya, maka selama itu pula ulat ini banyak dibutuhkan.Tidak Pernah Kehilangn Pasar Ulat Hongkong
Pengantar
Ulat yang satu ini, kendati memang menjijikan tapi mudah jadi uang. Selama orang-orang maniac burung, masih tetap menekuni kegemarannya, maka selama itu pula ulat ini banyak dibutuhkan. Namanya ulat Hongkong, karena memang didatangkan dari Hongkong. Kini bisnis ulat yang satu ini, banyak dibutuhkan oleh para maniac burung. Dan tentu saja, usaha ini bisa dikembangkan menjadi bisnis sampingan maupun utama. Nah untuk mengetahui budidaya ini, kami menurunkan beberapa tulisan yang berkaitan dengan prospek bisnis, cara budidaya, dan kisah sukses dalam bisnis ulat hongkong yang kami ambil dari majalah mingguan Mitra. Semoga bermanfaat.
A. Prospek Bisnis Ulat Hongkong
Pendahuluan
ULAT memang binatang menjijikan. Bagi kaum hawa apalagi, umumnya mereka akan lari terbirit-birit bila melihat hewan larva ini. Tapi tunggu dulu, ini bukan sembarang ulat. Namanya ulat hongkong. Konon kabarnya diberi nama itu karena H. Koko orang yang pertama membudidayakannya, secara tidak sengaja membawa langsung dari Hongkong. Itu pun tidak banyak, hanya satu bungkus korek api.
Singkat cerita, setelah 10 hari dipelihara, ulat-ulatnya telah berubah menjadi kumbang. Dan selang satu minggu, di dalam kotoran kumbang muncul ulat-ulat kecil. Koko pun berinisiatif membudidayakannya, dan ternyata meski dengan peralatan seadanya perkembangannya cukup baik.
Berbagai ternak peliharaan, seperti burung, ayam dan ikan setelah diberi ulat hongkong sebagai makanan tambahan ternyata pertumbuhannya cukup baik. Bahkan untuk burung, setelah diberi tambahan ulat ini suaranya menjadi lebih merdu dan nyaring.
Tidak heran, seiring dengan besarnya kebutuhan pakan ternak yang bersifat alami, permintaan ulat hongkong ini demikian besar. Karena selain dapat dikonsumsi hewan peliharaan, juga dipandang sebagai alternatif pakan tambahan yang cukup murah untuk budidaya udang, swike, dll.
Besarnya pakan ternak yang bersifat alami ini, disebabkan harga berbagai pakan buatan pabrik saat ini harganya cukup mahal. Kadang-kadang, mutunya kurang sesuai dengan yang diharapkan konsumen, kata seorang peternak ulat hongkong, Asep Ependi didampingi Kepala Divisi Layanan Konsultasi UKM LSM LEIMA, Dra. Neneng Nurbaeti Amin, SE yang kini tengah membina para peternak ulat hongkong di Jabar.
Meski demikian, besarnya permintaan pakan alternatif ini tampaknya belum dapat terpenuhi, mengingat masih sedikitnya kapasitas pasokan ulat hongkong yang dibudidayakan peternak.
Meskipun beberapa daerah di Cianjur, Lembang Kab, Bandung dan daerah lainnya telah mulai mengembangkannya.
Rasanya jarang, ada ulat yang dikirim dikembalikan lagi. Bahkan setiap waktu, permintaan terus meningkat. Umumnya permintaan datang dari Lampung, Bogor, Jakarta, Jateng, Medan hingga Aceh. Rata-rata setiap bulannya, tidak kurang dari 5 ton saya mengirim ulat ke berbagai daerah itu, ungkap seorang penampung (bandar) ulat hongkong, Tatang Koswara (43) saat ditemui MB di rumahnya.
Ajakan Bermitra
Menurut Tatang, ulat yang ia tampung dari peternak harganya tidak dipatok. Biasanya kalau tingkat panen lagi sepi, ia beli antara Rp 7.000 hingga 7.500 per kg. Tapi kalau lagi banyak (booming), harga bisa turun antara Rp 3.000 hingga Rp 4.000/kg. Kini ia menjual ke pasaran dengan harga Rp 8.000/kg.
Enaknya meski pasokan dari peternak sedang banjir, ulat yang saya lempar ke langganan saya di daerah selalu habis. Pembayarannya juga tunai. Bahkan untuk pengiriman ke luar Jawa, saya minta uang ditransfer duluan, ungkap mantan peternak yang beralih profesi jadi penampung sejak tahun 80-an. Bahkan sering terjadi, ia sendiri kekurangan modal untuk membeli hasil panen peternak, yang saatnya berlangsung secara bersamaan.
Penggemar domba tangkas ini, juga mengakui kalau akhir-akhir ini banyak peternak ulat hongkong yang bangkrut akibat kekurangan modal. Menurutnya kondisi ini tidak perlu terjadi, kalau peternak tersebut menguasai proses pemeliharaan sampai saat panen.
Memang saat ini harga pakan, seperti ampas tahu harga mencapai Rp 5.000 per karung, dedak Rp 700/kg dan pur Rp 100.000/karung. Sehingga dengan melambungnya harga pakan tersebut, banyak peternak bermodal pas-pasan yang kelimpungan. Untuk itu, Tatang mengajak peternak pemula maupun yang sudah berjalan, untuk bermitra dengannya.
Artinya ia siap memberikan bimbingan, menyediakan pakan sampai menampung hasil panen peternak. Saya harapkan kalau pola kemitraan ini bisa terwujud, diharapkan kehidupan ekonominya bisa terangkat. Mudah-mudahan, kita tidak mendengar lagi adanya peternak ulat hongkong yang bangkrut, tegasnya.
Namun ia kini menyayangkan, banyaknya bandar lain yang mencatut namanya agar bisa dijual ke langganannya. Padahal sama sekali saya tidak bermitra dengan dia (bandar lain ). Memang konsumen saya mulai dari Jakarta, Medan hingga Aceh rata-rata dalam memilih bandar sangat selektif. Mereka hanya mau menerima, pasokan ulat hanya dari saya, ungkap Atang, yang banyak membina peternak hingga mencapai keberhasilan.-
B. Budidaya Ulat Hongkong
Pemilihan Induk
1.Untuk pemilihan induk, usahakan tidak lebih dari 2 kg, agar ulat yang jadi kepompong ukurannya bisa besar-besar (rata-rata panjang 15 mm dan lebar 4 mm . Sedangkan ulat dewasa dengan ukuran panjang rata-rata 15 mm, dan diameter rata-rata 3 mm akan mulai menjadi kepompong sekitar 7 sampai 10 hari lagi secara bergantian.
2.Pengambilan kepompong, harus dilakukan selama 3 (tiga) hari sekali, supaya kepompong yang sudah dipisah dan ditempatkan di dalam kotak tersendiri berubah menjadi kumbang secara serentak.
3.Pemilihan kepompong, dilakukan tiga hari sekali, serta kepompong yang dipilih haruslah yang sudah berwarna putih kecoklatan. Dan cara pengambilannya pun, harus hati-hati jangan sampai lecet/cacat. Apabila terjadi, maka kepompong akan mati busuk. Kepompong yang sudah dipilih, kita taruh di dalam kotak pemeliharan yang sudah diberi alas koran.Kemudian, disebar sedemikian rupa. Jangan sampai bertumpuk, lalu ditutup kembali memakai kertas koran hingga rapat.
4.Kepompong akan menjadi kumbang, dalam usia mulai 10 hari. Dan apabila sayap kumbang masih berwarna kecoklatan, jangan diambil dulu. Biarkan sampai berwarna hitam mengkilat, dan kumbang siap ditelurkan. Satu kotak/peti, kita tebari kumbang sekitar 250 gr, dan berikan kapas sebagai alas untuk bertelur yang sudah dibeberkan.
5.Pembibitan ini dibiarkan sampai 7 hari, dan diturunkan bila waktu tersebut tiba. Kumbang yang sudah terpisah dari kapas, diberi kapas baru lagi dan begitu seterusnya. Tingkat kematian pada kumbang ini, bisa mencapai 2 s/d 4 persen sekali turun.
6.Kapas yang ada telurnya, kita simpan dalam peti terpisah, telur akan mulai menetas setelah 10 hari. Setelah usia ulat mencapai 30 hari baru kita pisahkan dari kapasnya.
Pemberian Pakan
1. Pemberian Pakan untuk ulat bibit.
A.Untuk satu kotak beri makanan sekitar 500 gr, dengan interval waktu 4 hari sekali. Atau apabila makanan sudah benar-benar bersih, dengan cara dikepal-kepal menjadi 3 bagian. Gunanya supaya kepompong yang ada, tidak tertimbun makanan karena apabila hal ini terjadi kepompong akan busuk.
B.Selain ampas tahu dan dedak, makanan sebaiknya dicampur dengan tepung tulang atau pur, tujuannya agar kepompong besar-besar.
C.Pemberian pakan untuk kumbang, jangan terlalu banyak dan caranya disebar merata sekitar 100 gr sekali makan per 3 hari sekali.
2 Pemberian makan untuk ulat kecil.
a.Apabila ulat masih ada dalam kapas, sebaiknya pemberian pakan dengan sayuran sosin, capcay atau selada, cabut maksimal 4 lembar sampai habis, dan sayuran tersebut dijemur dulu sampai setengah kering.
b.Apabila makanan biasa, ukurannya 100 gr dan disebar tunggu sampai makanan itu habis, baru diberi lagi.
c. Apabila ulat sudah terpisah dari kapas, pemberian pakan sekitar 1 kg, dengan cara dikepal dan sebagian disebar merata. Sedangkan untuk ulat kecil, satu kotak sekitar 2 kg dengan ukuran ulat panjang 6 mm dan diameternya 1,5 mm (umur 30 - 60 hari).
d. Untuk ulat dewasa (umur 60 - 90 hari), pemberian pakan 1,5 kg sampai dengan 2 kg per kotak, dengan cara dikepal dan disebar sedikit.
Tempat Peternakan
Usahakan untuk tempat/bangunan peternakan ini, terbuat secara permanen atau terbuat dari tembok sekelilingnya. Tujuannya, agar terhindar dari tikus atau hama semut. Atap terbuat dari enternit, dan 95% bangunan tertutup. Lantai terbuat dari tembok atau ubin.
Suhu sangat mempengaruhi pertumbuhan ulat. Usahakan suhu dalam ruangan, tetap antara 29 - 30 derajat celcius dan selalu lembab. Artinya tidak terlalu dingin, dan tidak terlalu panas. Suhu tersebut, merupakan suhu terbaik untuk ternak ini.
Penyakit
Ciri-ciri ulat yang terkena penyakit dan penanggulangannya:
1. Kulit ulat kuning kehitam-hitaman.
Jangan terlalu banyak diberi makan dari daun-daunan, dan jangan terlalu banyak diberi dedak.
2. Ulat mati berwarna merah.
Apabila hal ini terjadi, maka pencegahannya adalah pemberian pakan tidak terlalu basah. Hal ini harus segera diatasi karena penyakit ini selain menular menyerang dengan cepat.
3. Ulat mati berwarna hitam
Hal ini terjadi apabila pemberian makanan disebar, biasanya terjadi pada ulat dewasa usia 1 sampai 3 bulan, maka alangkah baik pemberian makanannya dilakukan secara dikepal-kepal.
Kapasitas Produksi
Kapasitas produksi dengan induk (ulat dewasa 1 kg)
1. Dari pembibitan 1000 gr ulat dewasa usia 90 hari, maka keseluruhan kepompong yang akan dihasilkan adalah 900 gr secara bertahap dalam 10 kali pengambilan kepompong.
2. Dari 900 gr kepompong, maka akan dihasilkan 700 gr kumbang sehat dan siap bertelur, dengan tingkat kematian dari kepompong menjadi kumbang sekitar 2% setiap pengambilan kumbang.
Dari 1 kg ulat bibit, maka akan dihasilkan 33,1 kg ulat siap jual dengan rincian sebagai berikut: Target hasil tersebut, dapat dicapai apabila tingkat kematian kumbang hanya 1 % dan makanan terjamin, serta perkembangannya bagus.
3. Makanan untuk 1 kg induk sampai habis terjual: a. Ampas tahu 50 kg kering, b. Dedak 5 kg
4. Penyusutan
Ampas tahu yang basah setelah diperas akan menyusut; dari 25 kg basah menjadi 15 kg kering, dengan kadar air l5%.-
C. Kisah Sukses
CITA-CITANYA memang jadi pengusaha sukses. Usaha jualan batik Solo pun ia tekuni, namun ternyata usaha ini tidak mengubah hidupnya. Karena tidak berbakat dagang, apa boleh buat, nasib menggariskan Hengky Riadi (34) menjadi peternak ulat hongkong.
Tak disangka, usaha yang dulunya banyak dicibir orang ini, ternyata ditangan Hengky bisa meningkatkan taraf hidupnya. Buah kerja kerasnya, ia bisa membeli kendaraan roda empat. Tidak cuma itu, sebidang tanah seluas 160 m2 yang kini tengah dibangun rumah. Alahmdullilah, semua ini hasil keuntungan dari usaha ulat Hongkong, yang saya sisihkan, ungkapnya saat ditemui MB di Kp. Rancaherang Kec. Sarijadi Bandung.
Menurut pria dua anak ini, keinginan menjadi peternak dimulai sejak ia lulus SLTA tahun 87. Waktu itu, ia melihat prospek usaha ternak ini sangat cerah, pasalnya setiap peternak yang sedang panen, berapa pun kapasitas produksinya selalu habis terserap pasar.
Selain itu, setiap orang yang ingin beternak relatif tidak perlu modal besar, maupun lahan yang luas seperti halnya beternak hewan peliharaan lainnya. “Ketika saya mulai beternak, modal yang dikeluarkan untuk beli bibit ulat satu kg plus pakan, tidak kurang hanya Rp 100.000,-.
Modal sebesar itu, bahkan bisa kembali saat panen perdana, kata Hengky. Dari situ, usaha ulat Hongkongnya terus berkembang. Dari yang hanya beberapa kilogram tiap minggu, terus bertambah hingga puluhan kilogram. Bahkan kini dari yang semula kandangnya yang hanya seluas 6x4 m2, sudah bisa dipanen hingga 500 kg tiap bulannya.
Dari total panen per bulan, berapa keuntungan yang diperoleh? tanya MB. Ya, kalau harga lagi bagus saya bisa meraih untung bersih sebesar Rp 2 juta lebih, ungkapnya polos. Namun adakalanya, usaha ternaknya mengalami pasang surut.
Misalnya panen ulat ini sedang banjir, otomatis bandar hanya menerima ulat antara Rp 3.000 hingga Rp 4.000/kg-nya. Harga segitu paling-paling hanya kembali modal. Tapi itu jarang terjadi, apalagi sampai ulatnya dikembalikan ke peternak. Biasanya kalau harga lagi bagus, antara bulan ke- 3 sampai bulan 8. Pasalnya bulan-bulan itu, pasokan jangkrik dan kroto ke peternak burung sedikit.
Hengky juga menyayangkan banyaknya peternak yang saat ini terpuruk karena ulatnya terserang penyakit. Ia menilai, sebetulnya gejala penyakit itu disebabkan kesalahan peternak memberi pakan.
Karena banyak peternak yang kekurangan modal untuk membeli pakan, akhirnya mereka mengoplos dedak dengan sekam (gabah yang kasar). Itu sebetulnya tidak boleh, tegasnya. Ia juga menilai untuk meningkatkan usaha peternak sudah saatnya peternak ini diberi kredit lunak dari pemerintah.-
Pengantar
Ulat yang satu ini, kendati memang menjijikan tapi mudah jadi uang. Selama orang-orang maniac burung, masih tetap menekuni kegemarannya, maka selama itu pula ulat ini banyak dibutuhkan. Namanya ulat Hongkong, karena memang didatangkan dari Hongkong. Kini bisnis ulat yang satu ini, banyak dibutuhkan oleh para maniac burung. Dan tentu saja, usaha ini bisa dikembangkan menjadi bisnis sampingan maupun utama. Nah untuk mengetahui budidaya ini, kami menurunkan beberapa tulisan yang berkaitan dengan prospek bisnis, cara budidaya, dan kisah sukses dalam bisnis ulat hongkong yang kami ambil dari majalah mingguan Mitra. Semoga bermanfaat.
A. Prospek Bisnis Ulat Hongkong
Pendahuluan
ULAT memang binatang menjijikan. Bagi kaum hawa apalagi, umumnya mereka akan lari terbirit-birit bila melihat hewan larva ini. Tapi tunggu dulu, ini bukan sembarang ulat. Namanya ulat hongkong. Konon kabarnya diberi nama itu karena H. Koko orang yang pertama membudidayakannya, secara tidak sengaja membawa langsung dari Hongkong. Itu pun tidak banyak, hanya satu bungkus korek api.
Singkat cerita, setelah 10 hari dipelihara, ulat-ulatnya telah berubah menjadi kumbang. Dan selang satu minggu, di dalam kotoran kumbang muncul ulat-ulat kecil. Koko pun berinisiatif membudidayakannya, dan ternyata meski dengan peralatan seadanya perkembangannya cukup baik.
Berbagai ternak peliharaan, seperti burung, ayam dan ikan setelah diberi ulat hongkong sebagai makanan tambahan ternyata pertumbuhannya cukup baik. Bahkan untuk burung, setelah diberi tambahan ulat ini suaranya menjadi lebih merdu dan nyaring.
Tidak heran, seiring dengan besarnya kebutuhan pakan ternak yang bersifat alami, permintaan ulat hongkong ini demikian besar. Karena selain dapat dikonsumsi hewan peliharaan, juga dipandang sebagai alternatif pakan tambahan yang cukup murah untuk budidaya udang, swike, dll.
Besarnya pakan ternak yang bersifat alami ini, disebabkan harga berbagai pakan buatan pabrik saat ini harganya cukup mahal. Kadang-kadang, mutunya kurang sesuai dengan yang diharapkan konsumen, kata seorang peternak ulat hongkong, Asep Ependi didampingi Kepala Divisi Layanan Konsultasi UKM LSM LEIMA, Dra. Neneng Nurbaeti Amin, SE yang kini tengah membina para peternak ulat hongkong di Jabar.
Meski demikian, besarnya permintaan pakan alternatif ini tampaknya belum dapat terpenuhi, mengingat masih sedikitnya kapasitas pasokan ulat hongkong yang dibudidayakan peternak.
Meskipun beberapa daerah di Cianjur, Lembang Kab, Bandung dan daerah lainnya telah mulai mengembangkannya.
Rasanya jarang, ada ulat yang dikirim dikembalikan lagi. Bahkan setiap waktu, permintaan terus meningkat. Umumnya permintaan datang dari Lampung, Bogor, Jakarta, Jateng, Medan hingga Aceh. Rata-rata setiap bulannya, tidak kurang dari 5 ton saya mengirim ulat ke berbagai daerah itu, ungkap seorang penampung (bandar) ulat hongkong, Tatang Koswara (43) saat ditemui MB di rumahnya.
Ajakan Bermitra
Menurut Tatang, ulat yang ia tampung dari peternak harganya tidak dipatok. Biasanya kalau tingkat panen lagi sepi, ia beli antara Rp 7.000 hingga 7.500 per kg. Tapi kalau lagi banyak (booming), harga bisa turun antara Rp 3.000 hingga Rp 4.000/kg. Kini ia menjual ke pasaran dengan harga Rp 8.000/kg.
Enaknya meski pasokan dari peternak sedang banjir, ulat yang saya lempar ke langganan saya di daerah selalu habis. Pembayarannya juga tunai. Bahkan untuk pengiriman ke luar Jawa, saya minta uang ditransfer duluan, ungkap mantan peternak yang beralih profesi jadi penampung sejak tahun 80-an. Bahkan sering terjadi, ia sendiri kekurangan modal untuk membeli hasil panen peternak, yang saatnya berlangsung secara bersamaan.
Penggemar domba tangkas ini, juga mengakui kalau akhir-akhir ini banyak peternak ulat hongkong yang bangkrut akibat kekurangan modal. Menurutnya kondisi ini tidak perlu terjadi, kalau peternak tersebut menguasai proses pemeliharaan sampai saat panen.
Memang saat ini harga pakan, seperti ampas tahu harga mencapai Rp 5.000 per karung, dedak Rp 700/kg dan pur Rp 100.000/karung. Sehingga dengan melambungnya harga pakan tersebut, banyak peternak bermodal pas-pasan yang kelimpungan. Untuk itu, Tatang mengajak peternak pemula maupun yang sudah berjalan, untuk bermitra dengannya.
Artinya ia siap memberikan bimbingan, menyediakan pakan sampai menampung hasil panen peternak. Saya harapkan kalau pola kemitraan ini bisa terwujud, diharapkan kehidupan ekonominya bisa terangkat. Mudah-mudahan, kita tidak mendengar lagi adanya peternak ulat hongkong yang bangkrut, tegasnya.
Namun ia kini menyayangkan, banyaknya bandar lain yang mencatut namanya agar bisa dijual ke langganannya. Padahal sama sekali saya tidak bermitra dengan dia (bandar lain ). Memang konsumen saya mulai dari Jakarta, Medan hingga Aceh rata-rata dalam memilih bandar sangat selektif. Mereka hanya mau menerima, pasokan ulat hanya dari saya, ungkap Atang, yang banyak membina peternak hingga mencapai keberhasilan.-
B. Budidaya Ulat Hongkong
Pemilihan Induk
1.Untuk pemilihan induk, usahakan tidak lebih dari 2 kg, agar ulat yang jadi kepompong ukurannya bisa besar-besar (rata-rata panjang 15 mm dan lebar 4 mm . Sedangkan ulat dewasa dengan ukuran panjang rata-rata 15 mm, dan diameter rata-rata 3 mm akan mulai menjadi kepompong sekitar 7 sampai 10 hari lagi secara bergantian.
2.Pengambilan kepompong, harus dilakukan selama 3 (tiga) hari sekali, supaya kepompong yang sudah dipisah dan ditempatkan di dalam kotak tersendiri berubah menjadi kumbang secara serentak.
3.Pemilihan kepompong, dilakukan tiga hari sekali, serta kepompong yang dipilih haruslah yang sudah berwarna putih kecoklatan. Dan cara pengambilannya pun, harus hati-hati jangan sampai lecet/cacat. Apabila terjadi, maka kepompong akan mati busuk. Kepompong yang sudah dipilih, kita taruh di dalam kotak pemeliharan yang sudah diberi alas koran.Kemudian, disebar sedemikian rupa. Jangan sampai bertumpuk, lalu ditutup kembali memakai kertas koran hingga rapat.
4.Kepompong akan menjadi kumbang, dalam usia mulai 10 hari. Dan apabila sayap kumbang masih berwarna kecoklatan, jangan diambil dulu. Biarkan sampai berwarna hitam mengkilat, dan kumbang siap ditelurkan. Satu kotak/peti, kita tebari kumbang sekitar 250 gr, dan berikan kapas sebagai alas untuk bertelur yang sudah dibeberkan.
5.Pembibitan ini dibiarkan sampai 7 hari, dan diturunkan bila waktu tersebut tiba. Kumbang yang sudah terpisah dari kapas, diberi kapas baru lagi dan begitu seterusnya. Tingkat kematian pada kumbang ini, bisa mencapai 2 s/d 4 persen sekali turun.
6.Kapas yang ada telurnya, kita simpan dalam peti terpisah, telur akan mulai menetas setelah 10 hari. Setelah usia ulat mencapai 30 hari baru kita pisahkan dari kapasnya.
Pemberian Pakan
1. Pemberian Pakan untuk ulat bibit.
A.Untuk satu kotak beri makanan sekitar 500 gr, dengan interval waktu 4 hari sekali. Atau apabila makanan sudah benar-benar bersih, dengan cara dikepal-kepal menjadi 3 bagian. Gunanya supaya kepompong yang ada, tidak tertimbun makanan karena apabila hal ini terjadi kepompong akan busuk.
B.Selain ampas tahu dan dedak, makanan sebaiknya dicampur dengan tepung tulang atau pur, tujuannya agar kepompong besar-besar.
C.Pemberian pakan untuk kumbang, jangan terlalu banyak dan caranya disebar merata sekitar 100 gr sekali makan per 3 hari sekali.
2 Pemberian makan untuk ulat kecil.
a.Apabila ulat masih ada dalam kapas, sebaiknya pemberian pakan dengan sayuran sosin, capcay atau selada, cabut maksimal 4 lembar sampai habis, dan sayuran tersebut dijemur dulu sampai setengah kering.
b.Apabila makanan biasa, ukurannya 100 gr dan disebar tunggu sampai makanan itu habis, baru diberi lagi.
c. Apabila ulat sudah terpisah dari kapas, pemberian pakan sekitar 1 kg, dengan cara dikepal dan sebagian disebar merata. Sedangkan untuk ulat kecil, satu kotak sekitar 2 kg dengan ukuran ulat panjang 6 mm dan diameternya 1,5 mm (umur 30 - 60 hari).
d. Untuk ulat dewasa (umur 60 - 90 hari), pemberian pakan 1,5 kg sampai dengan 2 kg per kotak, dengan cara dikepal dan disebar sedikit.
Tempat Peternakan
Usahakan untuk tempat/bangunan peternakan ini, terbuat secara permanen atau terbuat dari tembok sekelilingnya. Tujuannya, agar terhindar dari tikus atau hama semut. Atap terbuat dari enternit, dan 95% bangunan tertutup. Lantai terbuat dari tembok atau ubin.
Suhu sangat mempengaruhi pertumbuhan ulat. Usahakan suhu dalam ruangan, tetap antara 29 - 30 derajat celcius dan selalu lembab. Artinya tidak terlalu dingin, dan tidak terlalu panas. Suhu tersebut, merupakan suhu terbaik untuk ternak ini.
Penyakit
Ciri-ciri ulat yang terkena penyakit dan penanggulangannya:
1. Kulit ulat kuning kehitam-hitaman.
Jangan terlalu banyak diberi makan dari daun-daunan, dan jangan terlalu banyak diberi dedak.
2. Ulat mati berwarna merah.
Apabila hal ini terjadi, maka pencegahannya adalah pemberian pakan tidak terlalu basah. Hal ini harus segera diatasi karena penyakit ini selain menular menyerang dengan cepat.
3. Ulat mati berwarna hitam
Hal ini terjadi apabila pemberian makanan disebar, biasanya terjadi pada ulat dewasa usia 1 sampai 3 bulan, maka alangkah baik pemberian makanannya dilakukan secara dikepal-kepal.
Kapasitas Produksi
Kapasitas produksi dengan induk (ulat dewasa 1 kg)
1. Dari pembibitan 1000 gr ulat dewasa usia 90 hari, maka keseluruhan kepompong yang akan dihasilkan adalah 900 gr secara bertahap dalam 10 kali pengambilan kepompong.
2. Dari 900 gr kepompong, maka akan dihasilkan 700 gr kumbang sehat dan siap bertelur, dengan tingkat kematian dari kepompong menjadi kumbang sekitar 2% setiap pengambilan kumbang.
Dari 1 kg ulat bibit, maka akan dihasilkan 33,1 kg ulat siap jual dengan rincian sebagai berikut: Target hasil tersebut, dapat dicapai apabila tingkat kematian kumbang hanya 1 % dan makanan terjamin, serta perkembangannya bagus.
3. Makanan untuk 1 kg induk sampai habis terjual: a. Ampas tahu 50 kg kering, b. Dedak 5 kg
4. Penyusutan
Ampas tahu yang basah setelah diperas akan menyusut; dari 25 kg basah menjadi 15 kg kering, dengan kadar air l5%.-
C. Kisah Sukses
CITA-CITANYA memang jadi pengusaha sukses. Usaha jualan batik Solo pun ia tekuni, namun ternyata usaha ini tidak mengubah hidupnya. Karena tidak berbakat dagang, apa boleh buat, nasib menggariskan Hengky Riadi (34) menjadi peternak ulat hongkong.
Tak disangka, usaha yang dulunya banyak dicibir orang ini, ternyata ditangan Hengky bisa meningkatkan taraf hidupnya. Buah kerja kerasnya, ia bisa membeli kendaraan roda empat. Tidak cuma itu, sebidang tanah seluas 160 m2 yang kini tengah dibangun rumah. Alahmdullilah, semua ini hasil keuntungan dari usaha ulat Hongkong, yang saya sisihkan, ungkapnya saat ditemui MB di Kp. Rancaherang Kec. Sarijadi Bandung.
Menurut pria dua anak ini, keinginan menjadi peternak dimulai sejak ia lulus SLTA tahun 87. Waktu itu, ia melihat prospek usaha ternak ini sangat cerah, pasalnya setiap peternak yang sedang panen, berapa pun kapasitas produksinya selalu habis terserap pasar.
Selain itu, setiap orang yang ingin beternak relatif tidak perlu modal besar, maupun lahan yang luas seperti halnya beternak hewan peliharaan lainnya. “Ketika saya mulai beternak, modal yang dikeluarkan untuk beli bibit ulat satu kg plus pakan, tidak kurang hanya Rp 100.000,-.
Modal sebesar itu, bahkan bisa kembali saat panen perdana, kata Hengky. Dari situ, usaha ulat Hongkongnya terus berkembang. Dari yang hanya beberapa kilogram tiap minggu, terus bertambah hingga puluhan kilogram. Bahkan kini dari yang semula kandangnya yang hanya seluas 6x4 m2, sudah bisa dipanen hingga 500 kg tiap bulannya.
Dari total panen per bulan, berapa keuntungan yang diperoleh? tanya MB. Ya, kalau harga lagi bagus saya bisa meraih untung bersih sebesar Rp 2 juta lebih, ungkapnya polos. Namun adakalanya, usaha ternaknya mengalami pasang surut.
Misalnya panen ulat ini sedang banjir, otomatis bandar hanya menerima ulat antara Rp 3.000 hingga Rp 4.000/kg-nya. Harga segitu paling-paling hanya kembali modal. Tapi itu jarang terjadi, apalagi sampai ulatnya dikembalikan ke peternak. Biasanya kalau harga lagi bagus, antara bulan ke- 3 sampai bulan 8. Pasalnya bulan-bulan itu, pasokan jangkrik dan kroto ke peternak burung sedikit.
Hengky juga menyayangkan banyaknya peternak yang saat ini terpuruk karena ulatnya terserang penyakit. Ia menilai, sebetulnya gejala penyakit itu disebabkan kesalahan peternak memberi pakan.
Karena banyak peternak yang kekurangan modal untuk membeli pakan, akhirnya mereka mengoplos dedak dengan sekam (gabah yang kasar). Itu sebetulnya tidak boleh, tegasnya. Ia juga menilai untuk meningkatkan usaha peternak sudah saatnya peternak ini diberi kredit lunak dari pemerintah.-