DIMUSIM serba sulit seperti sekarang ini, banyak orang yang ingin berusaha, namun kemampuan modal sangat terbatas. Usaha di sektor perikanan, memang termasuk modalnya tidak terlalu besar. Salah satu di antaranya, yaitu memelihara ikan sepat. Ikan rawa ini, memang termasuk usaha " paket hemat" (Pahe). Pemeliharaannya mudah, pasarnya juga mudah. Nah untuk mengetahui budidaya ini, , kami menurunkan beberapa tulisan yang berkaitan dengan prospek bisnis, cara budidaya, dan kisah sukses dalam bisnis Ikan Sepat Siam, yang kami ambil dari majalah mingguan Mitra. Semoga bermanfaat. Selamat berkarya
Budidaya Ikan Sepat Siam

Pengantar
DIMUSIM serba sulit seperti sekarang ini, banyak orang yang ingin berusaha, namun kemampuan modal sangat terbatas. Usaha di sektor perikanan, memang termasuk modalnya tidak terlalu besar. Salah satu di antaranya, yaitu memelihara ikan sepat. Ikan rawa ini, memang termasuk usaha " paket hemat" (Pahe). Pemeliharaannya mudah, pasarnya juga mudah. Nah untuk mengetahui budidaya ini, , kami menurunkan beberapa tulisan yang berkaitan dengan prospek bisnis, cara budidaya, dan kisah sukses dalam bisnis Ikan Sepat Siam, yang kami ambil dari majalah mingguan Mitra. Semoga bermanfaat. Selamat berkarya

A. Prospek Bisnis Ikan Sepat

Pendahuluan


Ikan sepat Siam,yang dalam istilah latinnya bernama Trichogaster pectoralis rigan, daerah asalnya adalah negeri Siam,atau Thailand. Ikan Jenis ini sampai di Indonesia, sekitar tahun 1934 melalui Semenanjung Malaka. Kemudian karena habitat asalnya merupakan rawa-rawa, ditebarkan pula di sekitar daerah rawa-rawa di perairan Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan pulau Jawa hingga akhirnya menyebar luas di negeri ini.

Sepat Siam berkembang biak dengan cepat, dan kini merupakan ikan penting yang mendominasi daerah perairan rawa. Hasil penangkapan di perairan umum yang biasa dilakukan para petani ikan di sejumlah daerah, ternyata sepat siam mampu mendominasi hingga 60% dari ikan rawa jenis lainnya.

Berdasarkan habitat asalnya, sepat siam merupakan ikan sungai dan rawa yang cocok sekali dipelihara di kolam-kolam dan sawah pada perairan yang pH-nya antara 4 - 9. Biasanya para petani menangkap ikan rawa jenis ini, dengan cara menggunakan "pangiler" (sejenis perangkap) yang terbuat dari kawat atau rotan, pukat (gill net), dan "empang luluh" yang terbuat dari bambu dan rotan sebagai pengikatnya.

Sesuai dengan perkembangan zaman, dan tuntutan ekonomi yang semakin ketat, para petani ikan yang samula kurang tertarik terhadap ikan sepat siam, kini mulai membudidayakannya walau belum cukup populer. Namun kiranya, patut dijadikan catatan dan perlu digarisbawahi, bahwa ikan jenis ini sangat mudah dibudidayakan dan tidak perlu lahan luas.
Sementara nilai ekonomisnya, juga tidak kalah bersaing dengan ikan jenis lainnya seperti, nilem, kancra, dan ikan mas. Kini sepat siam, harganya mencapai Rp 7.000,00 hingga Rp 8.000,00/kg dalam bentuk ikan segar. Bahkan harganya, bisa mencapai Rp 12.000,00/kg setelah dibuat ikan asin.

Menurut Ace Sutisno, Kasubsi Pengembangan Produksi Dinas Perikanan Kabupaten Ciamis, pemeliharaan/budidaya ikan sepat siam tergolong sangat mudah. Di perairan yang pH-nya sedikit asam, atau kolam yang tergenang tanpa ada aliran air sedikitpun, sepat siam dapat hidup dan berkembangbiak dengan baik.

Sepat siam merupakan ikan yang mempunyai pernafasan cadangan (labirinth), sehingga kekurangan zat asam tidak merupakan masalah besar baginya. "Di kolam-kolam air limbah, seperti pembuangan limbah pabrik tempe dan tahu, ikan jenis ini bisa hidup dan berkembangbiak dengan baik (produktif) karena kaya akan makanan (plankton). Dan biasanya, ikan jenis ini dipelihara petani dengan cara polykultur," kata Ace menjelaskan kepada "MB".
Di sejumlah daerah, ikan sepat siam biasa dipelihara petani dalam "beje-beje" yang dibuat di sawah atau rawa berupa saluran-saluran berukuran lebar 2 meter, kedalaman 1 - 1,5 meter, dan panjangnya tidak ditentukan. Saluran ini pada musim hujan, akan tergenangi air dan ikan sepat siam hidup dan berkembangbiak di sana. Di musim kemarau, ikan akan berkumpul di sana dan dapat dilakukan penangkapan dengan mudah.

Di wilayah Kabupaten Ciamis misalnya, ikan sepat siam umumnya tumbuh subur terutama di daerah Kecamatan Lakbok dan sekitarnya, yakni di rawa-rawa yang luasnya mencapai 377,5 hektar. Sementara para petani yang membudidayakan secara khusus, masih relatif sedikit meski nilai ekonomisnya telah dapat dirasakan oleh mereka.
Sementara sejumlah petani, yang biasa memelihara ikan sepat siam di sawah biasanya dikombinasikan dengan pemeliharaan ikan jenis lainnya seperti, ikan mas, dan tawes. Pada pemeliharaan di sawah, para petani biasanya membuat salurannya di pinggir atau di tengah agar plankton yang dihasilkan cukup. Jenis ikan ini, dapat pula memakan periphyton yang menempel di tanaman padi.

Jika ikan utama adalah sepat siam, maka air yang dibutuhkan cukup untuk menekan penguapan saja agar plankton subur. Di sawah ikan ini mampu berkembangbiak dengn baik, yang dapat diketahui dari buih yang dibuatnya terutama di daerah saluran (kanal) yang dalam. Pertumbuhannya pun cukup normal. Umur 15 hari sejak menetas, bisa mencapai ukuran panjang 1,5 cm, bahkan usia 1 - 1,5 tahun bisa mencapai panjang 25 cm sebagai ikan konsumsi.

Permintaan Tinggi
Hingga saat ini, permintaan/peluang pasar ikan sepat siam semakin terbuka lebar karena permintaan pasokan ke tiap daerah cukup tinggi dan cenderung terus meningkat. Untuk pasar Ciamis dan Banjar saja, permintaannya mencapai 10 ton lebih setiap bulannya, baik dalam bentuk ikan segar maupun ikan asin.
Sementara umumnya pasar di Jawa Barat (Pulau Jawa), masih mengandalkan pasokan ikan sepat siam dari daerah Kalimantan, Sulawesi, dan Sumatera yang jumlahnnya mencapai puluhan ribu ton setiap bulannya. Peluang pasar yang cukup menjanjikan ini, ternyata belum bisa dimanfaatkan secara optimal oleh para petani ikan, khususnya di Jawa Barat.
Menurut Ace Sutisna, umumnya para petani ikan di Jawa Barat masih mengandalkan pembiakan secara alamiah seperti yang biasa terjadi di perairan umum, rawa-rawa milik masyarakat. Padahal jika mereka mau melakukan biakan secara besar-besaran, dengan teknik budidayanya yang teratur, bukan tidak mungkin permintaan pasar yang cenderung terus meningkat akan terlayani tanpa harus mendatangkan daging ikan sepat dari daerah lain.

Kebal Penyakit
Ikan sepat siam, dinilai kebal terhadap berbagai serangan penyakit dibandingkan dengan ikan sejenis lainnya. Namun para petani harus tetap waspada, terhadap kemungkinan serangan penyakit tersebut. Sampai kini beberapa macam parasit yang biasa menyerang ikan sepat siam telah diketemukan seperti Cyclochaeta, tergolong protozoa yang biasa menyerang insang.
Cacing Trematoda, menyerang pula sepat siam. Terutama benih-benih Dactylogyrus, Gyrodactylus. Parasit Argulus sering menyerang tubuh ikan, seperti halnya ikan-ikan golongan Labyrinthici lainnya. Namun semua jenis parasit tersebut, tidak menyebabkan kematian masal di kolam atau perairan umum.

Untuk pencegahan terhadap kemungkinan serangan parasit, para petani ikan harus mampu memberi cukup makanan sehingga daya tahan tubuh akan semakin tinggi serta kebal terhadap serangan penyakit.

Jika penyakit-penyakit itu terlanjur menyerang, para petani ikan tidak usah panik. Hadapilah dengan tenang, karena semua itu dapat diatasi dengan sempurna. Artinya ikan tersebut dapat tertolong, dan sembuh seperti biasanya. Meskipun ikan-ikan yang telah terserang penyakit tidak dapat disembuhkan, petani tidak usah khawatir karena parasit-parasit itu tidak akan menyerang ikan sepat siam dalam jumlah besar (massal).

Cara menyembuhkan terhadap ikan yang terserang parasit Cyclochaeta, cukup merendam ikan tersebut dalam larutan NaCl 2,5% selama setengah jam berturut-turut selama 3 hari, setelah itu ikan bisa dilepas kembali. Sedangkan untuk mengatasi serangan parasit Dactylogyrus dan Gyrodactylus, yang biasa menyerang pada bagian insang ikan, dapat dilakukan dengan cara merendam dalam larutan KMNO4 O,1% atau pada larutan NaCl 2% selama setengah jam.-


B. Budidaya Ikan Sepat Siam

UNTUK melakukan budidaya ikan sepat siam, tidak diperlukan perlakuan khusus seterti halnya pada ikan tawes, mas, dan nilam. Para petani cukup menyediakan kolam, atau petakan sawah. Bisa dilakukan secara mina padi,yang tidak perlu lahan terlalu luas jika belum cukup permodalan.
Dalam membuat kolam pemijahan, hendaknya dibuat agak sedikit dalam antara 70 hingga 100 cm. Dan pada waktu pemijahan berlangsung, kolam hendaknya berair diam sehingga pemasukan air cukup untuk mengganti air yang hilang, karena penguapan atau merembes. Tumbuh-tumbuhan air yang mengapung, baik sekali disediakan untuk menutup sebagian kecil permukaan. Pada waktu memijah, sebelumnya ikan jantan akan membuat sarang terlebih dahulu.
Pembuatan sarang, dilakukan ikan sepat siam selama 1 - 2 hari. Gelembung-gelembung udara (buih), yang membentuk sarang tersebut bergaris tengah 1,5 - 3 mm. Pada waktu pembuatan sarang ini, ikan-ikan lain tidak diperkenankan mendekat. Jika ada yang mendekat, maka akan dikejarnya hingga keluar dari daerah teritorial tempat sarang dibuat. Sarang biasa dibuat, dari bagian tepi atau di sudut-sudut. Setelah sarang siap, maka ikan jantan secara alamiah akan memikat ikan betina, dan pemijahan akan berlangsung di bawah sarang.
Telur ikan sepat siam yang telah dibuahi tadi, dengan sendirinya akan mengapung hingga mencapai sarang tersebut. Dan kemudian menetas setelah 2 - 3 hari pembuahan. Selanjutnya telur-telur itu akan dijaga oleh ikan jantan, terutama dari gangguan ikan lain yang mendekat.

Musim Kemarau

Teknik dan cara pemijahan ikan sepat siam, yang terbaik adalah pada musim kemarau. Pada musim penghujan, telur atau benih banyak yang mati karena terganggu akibat jatuhnya butiran-butiran air hujan, yang yang langsung mengenai telur dan sekaligus merusak sarang.
Namun melakukan pemijahan di musim hujan, bukan berarti tidak bisa dilakukan. Para petani dapat melakukannya, dengan cara membuat peneduh di sekitar tempat sarang agar air hujan yang jatuh tidak langsung merusak sarang. Peneduh dapat dibuat di sekitar pinggiran kolam,
atau sudut dengan lebar antara 1 - 1,5 meter, tinggi 1 meter, dan panjangnya bisa disesuaikan dengan kebutuhan.

Peneduh dapat dibuat dengan cara sangat sederhana, sehingga dapat mengurangi biaya operasional selama pemeliharaan ikan tersebut. Cukup dengan menyediakan potongan-potongan bambu, dibentuk sebuah saung dan sebagai pelindung hujannya bisa dibuat dengan plastik atau daun kiray (welit = Sunda).
Untuk membiakan ikan sepat siam ini, sebaiknya kolam dipersiapkan dengan pengeringan, pemupukan dan sebagainya agar hama benih dapat hilang, dan benih cukup mendapat makanan terutama makanan alami yakni zooplankton.
Biasanya seekor induk ikan sepat siam, sekali memijah akan menghasilkan butiran telur antara 7.000 - 8.000 butir. Sedangkan larva yang hidup, biasanya mencapai 4.000 hingga 5.000 ekor. Telur berwarna putih kekuning-kuningan, mengandung globulin lemak sehingga mempunyai sifat mengapung. Embrio menetas, antara 36 - 48 jam setelah pembuahan.
Pemijahan di kolam,dapat terjadi sepanjang tahun. Sehingga petani, harus selalu menyediakan makanan-makanan alamiah bagi ikan dalam jumlah yang cukup, baik untuk ikan yang masih berupa larva atau ikan dewasa. Larva dan benih akan memakan plankton, sementara ikan dewasa memakan phytoplankton seperti zooplankton, Rotifera, Cladocera, Copepoda, dan tumbuh-tumbuhan tinggi yang membusuk.

Pertumbuhan ikan sepat siam, di kolam dan di sawah mencapai 7 - 9 cm dalam waktu 3 bulan, 10 - 12 cm dalam waktu 6 bulan, dan setelah dewasa akan mencapai 18 - 25 cm kurun waktu 1 - 1,5 tahun dan telah siap sebagai ikan konsumsi. Berat ikan konsumsi berkisar antara 130 - 150 gram/ekor. Untuk mempercepat pertumbuhan ikan dapat dilakukan dengan cara melakukan pemupukan di kolam antara 250 - 350 kg/ha/tahun.-


C. Kisah Sukses

Sanromi, Menekuni Sepat Siam Selama 45 Tahun

DI ANTARA bakul ikan air tawar yang ada di kawasan Ciamis, rupanya hanya Sanromi (67) dari Desa Cisadap, Kec./Kab. Ciamis yang biasa menampung dan menjual ikan sepat siam baik untuk bibit maupun sebagai ikan konsumsi. Untuk menjaga jangan sampai kekurangan stok, bapak 7 orang anak ini juga membudidayakan ikan sepat siam di kolam-kolam sekitar rumahnya walau tidak dalam partai besar.

Sanromi menekuni jual beli ikan, khususnya sepat siam sejak tahun 1955, saat itu usianya baru 22 tahun. Banyak suka-duka yang dialaminya selama 45 tahun menekuni usaha tersebut. "Yang jelas hasil jerih payah selama ini, kami telah berhasil membesarkan dan menyekolahkan anak-ahak walau tidak sampai ke perguruan tinggi," tutur Sanromi merendah.

Usia lanjut bukan masalah. Sanromi tetap eksis, menekuni usahanya. Setiap bulannya ia mampu menjual rata-rata 500 - 1.000 kg ikan dari berbagai jenis dan ukuran, termasuk ikan sepat siam. Khusus sepat siam, menurutnya biasa menjual antara 100 - 500 kg/bulan yang harganya kini mencapai Rp 6.500,00/kg.

Jika musim hajatan, seperti acara pernikahan dan khitanan, ceritanya lain lagi. Sanromi biasa di-"booking" sohibul hajat, untuk selalu menyediakan ikan jenis ini untuk dihidangkan sebagai jamuan makan bagi tamu undangan. Seperti halnya di bulan haji (dzulhijah) tahun yl, dalam sebulan omzet penjualan ikan sepat siamnya bisa mencapai 500 kg, yang bila diuangkan senilai Rp 3.250.000,00. Belum lagi ikan jenis lainnya seperti gurame, mas, nilem dll.

Bulan Tertentu

Situasi marema penjualan ikan sepat siam, menurut Sanromi, hanya berlangsung pada bulan-bulan tertentu. Sementara jika ada kelebihan stok karena sepi pembeli, biasanya dijual ke pasar "Manis" Ciamis dan Tasikmalaya, baik dalam bentuk ikan segar maupun ikan asin. Ikan sepat siam, setelah dibuat asinan harganya mencapai Rp 12.000,00/kg.

Untuk mengatasi jangan sampai terjadi kekurangan stok ikan ini, Sanromi biasa membelinya dari petani ikan lain yang ada di sekitar tempat tinggalnya. Ada sekitar 50 petani ikan sepat siam, di kawasan Desa Cisadap yang biasa membudidayakan cara polikultur dengan pakan utama mengandalkan limbah pabrik tahu-tempe dan "rarapen" (kotoran ternak) sehingga jika ada pesanan ikan sepat siam berapa kuintal saja dapat terlayani.

Usaha yang dirintisnya selama bertahun-tahun, aku Sanromi, bukan berarti tidak menemui kendala terutama tersendatnya permodalan untuk lebih mengembangkan usaha. Hingga saat ini, Sanromi belum pernah mendapatkan bantuan modal usaha dari pemerintah. Usaha yang dirintisnya, hanya mengandalkan modal "dengkul". Namun berkat keuletan dan ketabahannya menghadapi berbagai cobaan, kini usahanya telah membuahkan hasil, dan Sanromi dikenal masyarakat luas sebagai bakul ikan tertua yang masih eksis.-


"BUDIDAYA IKAN SEPAT SIEM"   |   Dibaca 5344 kali   |   0 Komentar    |   Login untuk berkomentar   

Komentar