Dear Kawan-kawan,
Tanggal 24-4-2002 yang lalu kami menerima cerita ini dari Pak Yasmenia. Cerita yang menarik dan sangat menyentuh untuk kita renungkan. Membaca kembali cerita ini, mengingatkan saya untuk berbagi kepada kawan-kawan semua.

Inilah sebuah puisi. Kalau saja semua manusia dimuka bumi ini memiliki
apresiasi yang sama seperti bangsa kulit merah ini,
yang memperlakukan bumi sebagai ibunya, semua mahluk
hidup sebagai anggota keluarganya, air yang mengalir,
angin yang berhembus sebagai saudaranya, alangkah
indahnya bumi ini. Tidak ada lagi pencemaran udara,
pencemaran air (bagaimana mungkin orang mencemari
abangnya sendiri? ibunya sendiri?), apalagi sampai
membunuh saudaranya sendiri. Sekarang kita pasti
merasakan karena kebodohan kita sendiri, mencemari
udara yang kemudian kita hirup kembali, kita cemari
air yang kemudian kita minum kembali. Udara segar, air
bersih sudah menjadi barang mewah yang susah dicari. Semoga bermanfaat.

------------------
Tahun 1954, "Yang Mulia Kepala Suku Kulit Putih" di
Washington menawar sebidang tanah orang Indian yang
luas dan menjanjikan "pencagaran" bagi mereka.
"Gagasan ini aneh bagi kami. Jika kita tidak punya hak
milik terhadap kesegaran udara dan kejernihan air
serta kehangatan lahan, bagaimana anda dapat
membelinya?" tanya Ketua Suku Seattle.
SEMUANYA SUCI
Setiap jengkal bumi ini suci bagi rakyat kami. Setiap
helai daun pinus yang mengkilap, setiap pantai
berpasir, setiap tetes embun di hutan gelap dan setiap
serangga yang mendengung merupakan hal suci dalam
pengalaman batin rakyat kami. Getah yang mengalir
dalam pepohonan membawa nostalgia bagi orang merah

Kematian orang putih melupakan negara kelahirannya
ketika mereka berjalan diantara bintang-bintang.
Kematian kami tak pernah melupakan bumi yang indah
ini, karena bumi merupakan ibu bagi orang merah. Kami
adalah bagian dari bumi ini, dan bumi adalah bagian
dari kami.

Bunga-bunga yang wangi adalah saudara perempuan kami.
Dan rusa, kuda, burung elang adalah abang kami.
Puncak-puncak berbatu, tetesan embun di padang rumput,
kehangatan tubuh kuda dan manusia, semuanya adalah
anggota dari keluarga yang sama.


TIDAK MUDAH
Ketika orang putih ingin membeli lahan kami, ia minta
sangat banyak dari kami. Orang putih berpesan bahwa ia
akan mencagar kami di suatu tempat sehingga kami bisa
hidup dengan nyaman. Ia akan menjadi Bapak kami dan
kami menjadi anak-anaknya. Karena itu, kami akan
pertimbangkan tawaran itu. Namun tidak mudah, karena
lahan ini suci bagi kami. Air jernih yang mengaliri
sungai bukan sekedar air, tapi darah nenek moyang
kami.

Jika kami menjual lahan pada anda, anda harus ingat
dan mengajari anak-anak anda bahwa lahan ini suci.
Tiap bayangan dalam air jernih di danau bercerita
tentang kejadian dan nostalgia dalam kehidupan rakyat
kami. Bisikan gemericik air adalah suara nenek moyang
kami.


KEBAIKAN HATI
Sungai adalah abang kami. Ia membawa perahu kami. Ia
menghilangkan haus kami dan juga memberi makan kepada
anak kami. Jika kami menjual lahan pada anda, anda
harus ingat dan mendidik anak-anak anda bahwa sungai
adalah abang kami dan juga abang anda. Dan sejak saat
ini, anda harus berbaik hati kepada sungai seperti
kepada abang sendiri.

Kami tahu, orang kulit putih tidak mengerti kebiasaan
kami. Sebidang tanah yang satu sama saja dengan yang
lain bagi orang putih. Ia adalah orang asing yang
datang malam hari dan mengambil apa yang ia butuhkan
dari lahan itu.

Bumi bukanlah abangnya, tetapi musuhnya. Bila ia telah
menguasainya, ia pergi ke tempat lain. Ia tinggalkan
kuburan ayahnya, dan ia tidak perduli. Ia culik bumi
dari anaknya, dan ia tidak perduli. Kuburan ayahnya
dan warisan anaknya telah ia lupakan.

Ia memperlakukan ibu, bumi, ayah dan langitnya sebagai
benda yang dapat dibeli dan dieksploitasi, dijual
seperti domba dan manik-manik. Nafsunya akan memakan
bumi dan menyisakan sebagai gurun.

Saya tidak tahu. Kebiasaan kami berbeda dengan anda.
Pemandangan kota anda merupakan penderitaan bagi mata
orang merah. Namun mungkin karena orang merah liar dan
tidak mengerti. Tak ada tempat untuk mendengar
bertunasnya daun pada musim semi, atau gemerisik sayap
serangga.

Tetapi mungkin karena saya orang liar dan tidak
mengerti. Gemerincing tampaknya hanya merupakan
penghinaan bagi telinga. Apakah artinya hidup, jika
manusia tidak dapat mendengar jeritan kelok air atau
perdebatan katak-katak dalam kolam pada malam hari?

Saya orang kulit merah dan tidak mengerti. Orang
Indian lebih suka suara lembut embusan angin diatas
wajah kolam, dan bau angin yang dibersihkan oleh hujan
tengah hari, atau diwangikan oleh pohon pinus.


TAK TERNILAI
Udara sangat berharga bagi orang merah. Semua makhluk
menghirup udara yang sama. Hewan, manusia dan pohon
berbagi udara yang sama. Jika kami menjual lahan kami,
anda harus ingat bahwa udara sangat bernilai bagi
kami. Udara berbagi jiwa dengan semua kehidupan yang
didukungnya.

Angin yang memberi kakek kami nafas pertamanya, juga
menerima nafas terakhirnya. Jika kami menjual lahan
kami, anda harus menjaganya dan membuatnya tetap suci,
sebagai suatu tempat dimana bahkan orang kulit putih
dapat merasakan angin yang dimaniskan oleh bunga-bunga
padang rumput.


ADA SATU SYARAT
Kami akan mempertimbangkan tawaran anda untuk membeli
lahan kami. Jika kami memutuskan untuk menerimanya,
saya akan mengajukan suatu syarat : orang putih harus
memperlakukan hewan-hewan di lahan ini sebagai
abangnya.

Saya adalah orang liar dan saya tak mengerti cara
lain. Saya telah melihat seribu kerbau membusuk di
padang prairi, yang ditinggalkan orang putih setelah
menembaknya dari kereta api yang lewat.

Saya orang liar dan saya tidak mengerti, bagaimana
kuda besi berasap dapat menjadi lebih penting daripada
kerbau yang kami butuhkan hanya sekedar untuk dapat
hidup.

Apa artinya manusia tanpa hewan? Jika semua hewan
punah, manusia akan mati akibat kesepian jiwa yang
dasyat. Apa yang terjadi pada hewan segera akan
terjadi pada manusia. Semuanya saling berhubungan.


TEBARAN ABU
Ajari anak-anak bahwa tanah dibawah telapak mereka
adalah abu dari kakek-kakek anda. Agar mereka
menghargai lahan, ceritakan pada mereka bahwa bumi ini
sangat kaya akan kehidupan saudara kita.

Ajari anak anda apa yang telah kami ajarkan kepada
anak kami, bahwa bumi adalah ibu kita. Apa yang
menimpa bumi, akan menimpa putera-putera bumi. Jika
manusia meludahi tanah, mereka sebenarnya meludahi
dirinya sendiri.

Bumi bukan milik manusia, manusialah milik bumi. Itu
yang kami tahu.

Semua makhluk saling berhubungan, seperti darah yang
mengikat suatu keluarga. Semua makhluk saling
berkaitan. Manusia tak menganyam rantai kehidupan. Ia
hanya salah satu benang di dalamnya. Apa yang ia
lakukan terhadap rantai, ia lakukan terhadap diri
sendiri

Bahkan orang putih, yang Tuhannya berbicara dan
berjalan dengannya sebagai sahabat, tak dapat
dikecualikan dari takdir bersama. Boleh jadi, kita
ternyata bersaudara. Kita akan lihat nanti.

Kami tahu, suatu hari orang putih akan menemukan bahwa
Tuhan kita adalah sama. Sekarang anda dapat berpikir
bahwa anda memiliki Nya, seperti anda memiliki lahan
kami.

Namun anda tak bisa. Ia merupakan Tuhan dari manusia,
dan simpati Nya berimbang bagi orang merah dan putih.
Bumi ini sangat berharga bagi Nya dan membencanai bumi
berarti menumpuk dosa terhadap penciptanya.

Orang putihpun akan pergi, mungkin lebih cepat dari
semua suku lain. Cemarilah ranjang anda, dan suatu
malam anda akan sesak nafas akibat kotoran sendiri.
Namun diambang kepunahan, anda akan bersinar terang,
didorong oleh kekuatan Tuhan yang membawa anda ke
tanah ini dan untuk tujuan khusus memberi anda
kekuasaan atas tanah ini dan atas orang merah.

Takdir itu merupakan misteri bagi kami, karena kami
tidak mengerti bila semua kerbau sudah dibunuh, kuda
liar dijinakkan, sudut-sudut hutan penuh dengan bau
manusia, dan pemandangan bukit terhalang kabel
berbicara. Dimanakah belukar? Punah. Dimanakah elang?
Punah.

Akhir dari kehidupan dan permulaan dari perjuangan
untuk kelangsungan hidup.

Dari :
THIS EARTH IS PRECIOUS
Selebaran yang dicetak oleh Action Universal &
Personal Responsibility di Australia


"Harga Bumi Ini"   |   Dibaca 194 kali   |   0 Komentar    |   Login untuk berkomentar   

Komentar