"Sst, tidakkah kau mendengar suara yang indah ini?" jawab si Seniman.
"Aku hanya mendengar suara riuh rendah kerumunan orang-orang di pasar malam ini. Suara apa yang kau dengar?" tanya si Konglomerat.
"Nyanyian merdu seekor jangkrik." jawab si Seniman. Si Konglomerat itu semakin keheranan. Ia sama sekali tak mendengar suara jangkrik, apalagi di tempat yang ramai seperti itu. Kemudian, si Seniman berjongkok ke arah selokan. Perlahan tangannya mengais sebuah lubang yang agak tersembunyi. Dan, hup, dari lubang itu meloncatlah seekor jangkrik jantan hitam legam gagah dengan garis kuning cantik di lehernya..
Si Konglomerat membelalakkan matanya penuh takjub. "Kau benar-benar seorang seniman sejati yang mampu mendengarkan suara alam meski sangat lirih. Indera pendengaranmu sangat tajam dan luar biasa." puji si Konglomerat terkagum-kagum.
Si Seniman itu tersenyum. "Ah, sebenarnya pendengaranku ini tidak seberapa dibanding dengan pendengaran dan penglihatan orang-orang kebanyakan." Lantas, seniman itu merogoh saku celananya, mengambil segenggam uang logam dan melemparkannya ke trotoar. Suara uang logam itu bergemerincing. Segera saja semua orang di sekitar mereka berhenti dan terdiam. Mata-mata mereka mengamati kemana uang-uang logam itu menggelinding. Bahkan, ada beberapa orang yang mencoba memungutnya.
Kata si seniman tua, "Benar khan? Mereka mungkin tidak bisa mendengar nyanyian jangkrik tadi, tetapi mereka takkan menyia-nyiakan suara uang!"
Smiley...! Jangan sampai kesibukan anda mengusahakan kekayaan, membuat anda kehilangan keakraban anda dnegan alam. Rekan-Kantor