Dikirim pada 2002-07-12 10:15:10 Oleh Admin
Secara sederhana, konflik kita artikan sebagai perselisihan atau
pertentangan akibat adanya dua atau beberapa keinginan, gagasan, pandangan
atau pilihan yang berbeda. Konflik dapat terjadi antara seseorang dengan
orang lain, atau kelompok dengan kelompok lain. Konflik semacam ini kita
sebut konflik eksternal. Selain itu, konflik dapat terjadi di dalam diri
sendiri, yang kita sebut saja sebagai konflik internal. Konflik internal
dapat pula terjadi karena seseorang menghadapi konflik eksternal namun ia
memilih untuk tidak menyelesaikannya secara terbuka dengan berbagai alasan.
Konflik internal atau konflik batin lebih banyak disebabkan oleh sikap dan
pilihannya sendiri untuk memendam perasaannya ketimbang berusaha
menyelesaikannya. Dengan kata lain, menghindari konflik eksternal dan
membiarkannya bergejolak di dalam diri sendiri.
Mengapa seseorang memilih bersikap demikian? Bukankah itu merupakan sikap
yang menghambat kemajuan dirinya sendiri? Memang benar, namun alasan untuk
membenarkan sikapnya seringkali tidak rasional. Yang banyak terjadi adalah
mereka yang memendam konflik batin biasanya tidak mempunyai cukup keberanian
untuk menghadapi konflik eksternal. Mereka takut bila konflik eksternal
berakhir pada pertengkaran. Mereka berpikiran bahwa penyelesaian konflik
eksternal selalu dimenangkan oleh mereka yang pandai bersilat lidah,
menonjolkan kekuatan fisik, merendahkan lawan bicara, dan tindakan-tindakan
tak terpuji lain guna keberhasilan gagasannya sendiri. Kondisi ini membuat
mereka menjadi tertekan dan putus asa.
Bisa jadi pikiran semacam ini dikarenakan pengalaman masa lalu yang buruk.
Pengalaman menghadapi konflik eksternal yang negatif dan menyakitkan. Selain
itu, bisa juga dikarenakan kurangnya wawasan atau kekeliruan dalam memandang
konflik itu sendiri. Yang pasti adalah kesalahan dalam memandang dirinya
sendiri. Sikap demikian berarti telah mengacungkan bendera kekalahan dan
menyerah sebelum pertandingan dimulai. Mereka tidak mempunyai cukup harga
diri untuk berhadapan secara sejajar dengan orang lain.
Oleh karena itu, mereka yang memilih menghindari konflik eksternal dan
membiarkan dirinya menderita batin, memilih untuk bersikap pasif sambil
menunggu keadaan berubah atau lawannya berganti pikiran. Mereka berharap
waktu dapat menyelesaikan konfliknya. Sayangnya sikap demikian tidaklah
efektif, merugikan diri sendiri, bahkan membuat konflik batin semakin
berkepanjangan. Guna menghibur diri sendiri, ada pula orang yang bersembunyi
di balik peraturan perusahaan dan berharap orang lain menyelesaikan untuk
dirinya.
Apa yang dapat kita sarankan pada mereka? Pertama, pompalah keberanian
mereka untuk keluar dari persembunyiannya dengan menunjukkan bahwa mereka
layak memiliki harga diri. Pada saat yang bersamaan, kemauan tersebut harus
dibarengi dengan niat untuk menghargai orang lain pula. Dengan demikian
tidak perlu ada perasaan untuk menjadi pecundang dan mencundangi orang lain.
Selanjutnya, tunjukkan bahwa penderitaan batinnya sangat tidak bermanfaat
bagi ketentraman hidupnya. Ada banyak pilihan untuk menyelesaikan konflik
eksternalnya, salah satunya dengan bernegosiasi. Hal ini tentu membutuhkan
wawasan dan pengertian yang mendalam mengenai persoalan yang akan
dituntaskan.. Dan tentu saja tujuan penyelesaian konflik bukanlah
memenangkan diri sendiri, namun sekaligus memenangkan apa yang patut
dimenangkan pada orang lain. Tunjukkan pula bahwa keadaan tanpa konflik
adalah keadaan yang statis dan kehilangan dinamika yang bisa mendorongnya
untuk maju. Konflik itu positif sepanjang konflik itu realistis dan
diselesaikan oleh mereka yang bersikap positif. (Rekan-Kantor)
pertentangan akibat adanya dua atau beberapa keinginan, gagasan, pandangan
atau pilihan yang berbeda. Konflik dapat terjadi antara seseorang dengan
orang lain, atau kelompok dengan kelompok lain. Konflik semacam ini kita
sebut konflik eksternal. Selain itu, konflik dapat terjadi di dalam diri
sendiri, yang kita sebut saja sebagai konflik internal. Konflik internal
dapat pula terjadi karena seseorang menghadapi konflik eksternal namun ia
memilih untuk tidak menyelesaikannya secara terbuka dengan berbagai alasan.
Konflik internal atau konflik batin lebih banyak disebabkan oleh sikap dan
pilihannya sendiri untuk memendam perasaannya ketimbang berusaha
menyelesaikannya. Dengan kata lain, menghindari konflik eksternal dan
membiarkannya bergejolak di dalam diri sendiri.
Mengapa seseorang memilih bersikap demikian? Bukankah itu merupakan sikap
yang menghambat kemajuan dirinya sendiri? Memang benar, namun alasan untuk
membenarkan sikapnya seringkali tidak rasional. Yang banyak terjadi adalah
mereka yang memendam konflik batin biasanya tidak mempunyai cukup keberanian
untuk menghadapi konflik eksternal. Mereka takut bila konflik eksternal
berakhir pada pertengkaran. Mereka berpikiran bahwa penyelesaian konflik
eksternal selalu dimenangkan oleh mereka yang pandai bersilat lidah,
menonjolkan kekuatan fisik, merendahkan lawan bicara, dan tindakan-tindakan
tak terpuji lain guna keberhasilan gagasannya sendiri. Kondisi ini membuat
mereka menjadi tertekan dan putus asa.
Bisa jadi pikiran semacam ini dikarenakan pengalaman masa lalu yang buruk.
Pengalaman menghadapi konflik eksternal yang negatif dan menyakitkan. Selain
itu, bisa juga dikarenakan kurangnya wawasan atau kekeliruan dalam memandang
konflik itu sendiri. Yang pasti adalah kesalahan dalam memandang dirinya
sendiri. Sikap demikian berarti telah mengacungkan bendera kekalahan dan
menyerah sebelum pertandingan dimulai. Mereka tidak mempunyai cukup harga
diri untuk berhadapan secara sejajar dengan orang lain.
Oleh karena itu, mereka yang memilih menghindari konflik eksternal dan
membiarkan dirinya menderita batin, memilih untuk bersikap pasif sambil
menunggu keadaan berubah atau lawannya berganti pikiran. Mereka berharap
waktu dapat menyelesaikan konfliknya. Sayangnya sikap demikian tidaklah
efektif, merugikan diri sendiri, bahkan membuat konflik batin semakin
berkepanjangan. Guna menghibur diri sendiri, ada pula orang yang bersembunyi
di balik peraturan perusahaan dan berharap orang lain menyelesaikan untuk
dirinya.
Apa yang dapat kita sarankan pada mereka? Pertama, pompalah keberanian
mereka untuk keluar dari persembunyiannya dengan menunjukkan bahwa mereka
layak memiliki harga diri. Pada saat yang bersamaan, kemauan tersebut harus
dibarengi dengan niat untuk menghargai orang lain pula. Dengan demikian
tidak perlu ada perasaan untuk menjadi pecundang dan mencundangi orang lain.
Selanjutnya, tunjukkan bahwa penderitaan batinnya sangat tidak bermanfaat
bagi ketentraman hidupnya. Ada banyak pilihan untuk menyelesaikan konflik
eksternalnya, salah satunya dengan bernegosiasi. Hal ini tentu membutuhkan
wawasan dan pengertian yang mendalam mengenai persoalan yang akan
dituntaskan.. Dan tentu saja tujuan penyelesaian konflik bukanlah
memenangkan diri sendiri, namun sekaligus memenangkan apa yang patut
dimenangkan pada orang lain. Tunjukkan pula bahwa keadaan tanpa konflik
adalah keadaan yang statis dan kehilangan dinamika yang bisa mendorongnya
untuk maju. Konflik itu positif sepanjang konflik itu realistis dan
diselesaikan oleh mereka yang bersikap positif. (Rekan-Kantor)