Dikirim pada 2002-06-05 12:22:11 Oleh Admin
Mengambil keputusan merupakan bagian dari proses berfikir, yaitu suatu
peristiwa yang berlangsung di dalam otak ketika orang mempertimbangkan,
memahami, mengingat dan menalar tentang segala sesuatu. Sesuatu yang
diputuskan akan dilakukan setelah menilai suatu keadaan, kenyataan atau
peristiwa yang sedang dihadapi. Pengalaman, ingatan, standar moral dan
tingkat kecerdasan seseorang menentukan mutu keputusan yang diambil. Semakin
cerdas dan sarat unsur-unsur muatan di otak seseorang, semakin matang
keputusan yang diambil. Mutu suatu keputusan ditentukan oleh siapa pengambil
keputusannya. Kemampuan orang mengambil keputusan yang matang ditentukan
oleh segenap latar belakang pendidikan dan faktor ipoleksosbud yang
dimilikinya.Namun dari waktu ke waktu mutu pengambilan keputusan dipengaruhi oleh
kondisi fisik dan mental pada suatu saat. Kondisi fisik dan mental
dipengaruhi oleh suasana emosi, sosial maupun obat-obatan pada suatu saat
tertentu. Fluktuasi mutu keputusan orang yang sama dari waktu ke waktu
inilah yang perlu diwaspadai, jika suatu keputusan berdampak luas terhadap
kepentingan orang banyak.
Jangan ambil keputusan saat sedang emosi.
Yang percaya bioritmik akan memilih hari baik kapan sebuah keputusan penting
harus diambil. Yaitu saat kemampuan intelegensia melebihi unsur emosi. Atau
pada jam-jam ketika kemampuan menalar kurang dipengaruhi unsur emosi.
Pengambilan keputusan ditempuh melalui sebuah proses berpikir. Proses
berpikir sendiri dapat mengalami gangguan sehingga mutu pikirannya subnormal
atau mungkin malah menyimpang. Sedang gangguan proses berpikir sendiri dapat
berasal dari luar, seperti obat-obatan, zat adiktif, serta kondisi fisik dan
sosial, selain berasal dari dalam diri sendiri. Dalam takaran kecil kafein,
nikotin, teh, dan cola bersifat merangsang kerja otak, sehingga orang merasa
jernih dalam berpikir. Mereka yang terbiasa minum zat yang tergolong
stimulansia otak semacam ini, akan merasa sukar berpikir jika tidak dipacu
dengan zat itu terlebih dulu. Namun dalam takaran yang tinggi zat tersebut
justru berefek sebaliknya.
Kondisi fisik yang letih dan faktor sosial tertentu, pemakaian obat dan zat
adiktif, dapat mengganggu satu atau lebih unsur dalam proses berpikir
sehingga mutu berpikirnya di bawah normal. Demikian pula jika seseorang
emosinya sedang memuncak dan pikirannya kalut, buah pikirannya sering tidak
nalar dan irasional. Jenis-jenis obat tertentu yang diresepkan dokter dapat
membangkitkan halusinasi, ilusi atau mengganggu persepsi serta penalaran.
Pemakaian narkotika, zat-zat sejenis dari jamur tahi kerbau, misalnya, dapat
mengganggu bentuk, arus atau isi pikiran orang yang menggunakannya. Sehingga
keputusan yang diambilnya pun dapat rancu, tak rasional dan tidak realistik.
Keputusan yang bermutu itu mempertimbangkan pula unsur moral, unsur
kemanusiaan, unsur matangnya pengalaman hidup yang membawanya ke dalam
dimensi kebijakan. Semua ini merupakan bagian dari kemampuan
mempertimbangkan. Kemampuan yang ini pun dipengaruhi oleh keadaan mental,
kondisi fisik dan faktor sosial pada suatu saat. (diadaptasi dari: Tiara On
Line September 1999 - Dr. Handrawan Nadesul) - Rekan Kantor
peristiwa yang berlangsung di dalam otak ketika orang mempertimbangkan,
memahami, mengingat dan menalar tentang segala sesuatu. Sesuatu yang
diputuskan akan dilakukan setelah menilai suatu keadaan, kenyataan atau
peristiwa yang sedang dihadapi. Pengalaman, ingatan, standar moral dan
tingkat kecerdasan seseorang menentukan mutu keputusan yang diambil. Semakin
cerdas dan sarat unsur-unsur muatan di otak seseorang, semakin matang
keputusan yang diambil. Mutu suatu keputusan ditentukan oleh siapa pengambil
keputusannya. Kemampuan orang mengambil keputusan yang matang ditentukan
oleh segenap latar belakang pendidikan dan faktor ipoleksosbud yang
dimilikinya.Namun dari waktu ke waktu mutu pengambilan keputusan dipengaruhi oleh
kondisi fisik dan mental pada suatu saat. Kondisi fisik dan mental
dipengaruhi oleh suasana emosi, sosial maupun obat-obatan pada suatu saat
tertentu. Fluktuasi mutu keputusan orang yang sama dari waktu ke waktu
inilah yang perlu diwaspadai, jika suatu keputusan berdampak luas terhadap
kepentingan orang banyak.
Jangan ambil keputusan saat sedang emosi.
Yang percaya bioritmik akan memilih hari baik kapan sebuah keputusan penting
harus diambil. Yaitu saat kemampuan intelegensia melebihi unsur emosi. Atau
pada jam-jam ketika kemampuan menalar kurang dipengaruhi unsur emosi.
Pengambilan keputusan ditempuh melalui sebuah proses berpikir. Proses
berpikir sendiri dapat mengalami gangguan sehingga mutu pikirannya subnormal
atau mungkin malah menyimpang. Sedang gangguan proses berpikir sendiri dapat
berasal dari luar, seperti obat-obatan, zat adiktif, serta kondisi fisik dan
sosial, selain berasal dari dalam diri sendiri. Dalam takaran kecil kafein,
nikotin, teh, dan cola bersifat merangsang kerja otak, sehingga orang merasa
jernih dalam berpikir. Mereka yang terbiasa minum zat yang tergolong
stimulansia otak semacam ini, akan merasa sukar berpikir jika tidak dipacu
dengan zat itu terlebih dulu. Namun dalam takaran yang tinggi zat tersebut
justru berefek sebaliknya.
Kondisi fisik yang letih dan faktor sosial tertentu, pemakaian obat dan zat
adiktif, dapat mengganggu satu atau lebih unsur dalam proses berpikir
sehingga mutu berpikirnya di bawah normal. Demikian pula jika seseorang
emosinya sedang memuncak dan pikirannya kalut, buah pikirannya sering tidak
nalar dan irasional. Jenis-jenis obat tertentu yang diresepkan dokter dapat
membangkitkan halusinasi, ilusi atau mengganggu persepsi serta penalaran.
Pemakaian narkotika, zat-zat sejenis dari jamur tahi kerbau, misalnya, dapat
mengganggu bentuk, arus atau isi pikiran orang yang menggunakannya. Sehingga
keputusan yang diambilnya pun dapat rancu, tak rasional dan tidak realistik.
Keputusan yang bermutu itu mempertimbangkan pula unsur moral, unsur
kemanusiaan, unsur matangnya pengalaman hidup yang membawanya ke dalam
dimensi kebijakan. Semua ini merupakan bagian dari kemampuan
mempertimbangkan. Kemampuan yang ini pun dipengaruhi oleh keadaan mental,
kondisi fisik dan faktor sosial pada suatu saat. (diadaptasi dari: Tiara On
Line September 1999 - Dr. Handrawan Nadesul) - Rekan Kantor