TRUST TO BE TRUSTED
(A M A N A H)

Semua orang bisa saja berkoar untuk mengagung-agungkan soal TRUST dalam setiap jejak kehidupan. Entah pekerjaan, hubungan, atau lainnya. Namun, pahamkah kita soal TRUST? Dalam agama, kita coba cuplik al-Quran, setidaknya masalah kepercayaan atau ‘orang yang dapat dipercaya’ itu disebut sebanyak lima kali pada Surat Asy-Syu’ara dan satu kali pada Surat Ad-Dukhan. Kata inipun tersebar secara tersurat dalam banyak surat lainnya. Ini mungkin salah satu bukti bahwa TRUST adalah hal fundamental yang harus dipegang teguh dalam hidup. Termasuk oleh para pemimpin.


Jangan kira kita bisa menjadi pemimpin hanya dengan bekal latar belakang pendidikan luar biasa, kemampuan presentasi yang memukau, atau penampilan rupawan saja. Siapapun yang menjadi calon pemimpin musti mempertanyakan dirinya sendiri, “Apakah saya layak menjadi seorang pemimpin? Apakah saya dipercaya atau tidak oleh orang yang saya pimpin?” Jika masih ada keraguan dalam hubungan leadership-followership, maka bisa dibilang seseorang itu tidak efektif dalam memimpin.


Nah, bagaimana cara kita untuk meyakinkan orang lain agar percaya pada kita sebagai pemimpin? Susah-susah gampang ternyata loh. Andrew Stein, Senior Strategy, Marketing & Sales Executive Pervasive Strategy Group, sebuah lembaga konsultasi manajemen perusahaan, menyebut bahwa kepercayaan baru akan muncul ketika kita telah berhasil mempercayai orang lain. Trust must be earned. Ya betul, kepercayaan adalah sesuatu yang akan kita dapatkan saat kita dengan tulus mempercayai orang lain.


Dan, kalau kita kaitkan dengan ajaran agama, hal ini benar adanya. Seorang pemimpin itu harus bisa menjadi kuburan aib orang lain. Artinya, saat anak buahnya memiliki kekurangan ini itu, pemimpin amanah yang trust to be trusted ini tidak akan pernah membeberkan kekurangan rekan atau anak buahnya. Logikanya, saat seseorang dengan mudahnya mengumbar aib orang lain, maka tidak sulit baginya untuk menceritakan aib kita pada orang lain. Selanjutnya, pemimpin amanah tidak akan sembarang melempar janji dan mampu bertanggung jawab terhadap semua perkara, meskipun sekecil apapun. Nah, bagaimana dengan kita di perusahaan ini?


Apakah personil INTI sangat percaya satu sama lain ataukah justru krisis kepercayaan yang kian berkarat? Bahayalah kita bila sudah pada taraf krisis kepercayaan, artinya kita sudah kehilangan kepercayaan terhadap suatu hal. Semua hal baik dicurigai. Bahkan, orang yang berniat baik pun terkena prasangka buruk akan melakukan kecurangan. Ini berarti banyak hal yang sudah berjalan di luar sistem. Kalaupun sistem berjalan, hanya berlangsung satu arah saja. Maksudnya begini, mungkin kita tahu soal warung kejujuran. Sistemnya, setiap orang yang hendak berbelanja akan membayar sesuai harga yang tercantum lalu mengambil kembalian sesuai seharusnya. Dan hal ini berlangsung atas dasar kepercayaan dari pihak sang penjual kepada semua orang siapapun pembelinya. Perkara akan muncul ketika semua pembeli melanggar sistem. Mereka tidak membayar, mengambil barang lebih dari seharusnya, kalaupun membayar hanya sepersekiannya dari harga jual. Akibatnya, warung kejujuran pun bangkrut perlahan. Ini efek dari pelanggaran kepercayaan.


Contoh tadi adalah gambaran yang sangat sederhana soal kepercayaan yang berjalan di perusahaan ini. Semua orang yang kompeten di bidangnya telah membuat sistem untuk perusahaan ini agar tata kelolanya minimal sesuai standar yang ditargetkan. Nah, saat mulai satu-dua orang membuka toleransi atas pelanggaran sistem maka orang lain akan mengikuti. Lama-kelamaan, pelanggaran sistem menjadi sesuatu yang lumrah. Lumrah karena apa? Karena semua orang memakluminya, melakukannya.


Yaa, sistem berjalan tanpa adanya unsur kepercayaan secara dua arah. Sistem percaya pada semua karyawan agar melakukan semua hal dengan dasar kejujuran dan kepercayaan, tapi timbal balik malah sebaliknya. Apakah kita tidak ingin perusahaan ini kaya raya untuk mensejahterakan kita semua? Mari mulai menambal keropos dalam perusahaan ini, bangun kepercayaan, dan menjadi pemimpin yang amanah, setidaknya pemimpin bagi diri sendiri. Trust to be trusted. ***








"ARTIKEL BEBAS : TRUST TO BE TRUSTED (A M A N A H)"   |   Dibaca 152 kali   |   0 Komentar    |   Login untuk berkomentar   

Komentar