OUR PROBLEM IS NOT MOTIVATION, BUT COMMITMENT


Motivasi sering dijadikan kambing hitam saat kita mengalami kemunduran performansi. Saat kita telat bangun, lalu terlambat masuk kerja, suasana hati jadi berubah “gak mood”, energi yang berputar dalam seharian itu seolah negatif, akhirnya jadi tidak semangat melakukan apapun. Dan, jika hal itu terjadi berulang pada hari-hari berikutnya, maka hidup kitapun akan lepas dari motivasi melakukan apapun. Alhasil, pekerjaan terbengkalai, target tidak tercapai.


Sebenarnya, apakah bagus kalau kita sekedar mengandalkan motivasi dalam setiap pencapaian hidup? Tidak. Kita butuh lebih dari itu. Kita membutuhkan KOMITMEN.


Komitmen itu pada praktiknya melebihi motivasi. Tidak tergantung pada mood, tidak berasal dari efek film inspiratif, perkataan motivator di televisi, serta perasaan suka atau tidak suka. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, komitmen merupakan perjanjian (keterikatan) untuk melakukan sesuatu. Dan, secara filosofi, komitmen berasal dari dalam diri kita, serta konsistensi dalam melakukan semua hal yang sudah direncanakan. Artinya, komitmen tidak dilakukan berdasarkan perasaan suka atau tidak suka, semangat atau tidak semangat. Apapun situasi hati kita kala itu, tugas dan kewajiban harus tetap kita lakukan.


Hal inilah yang membuat level komitmen lebih penting ketimbang motivasi. Unsur disiplin yang melekat pada komitmen akan membuat kita, meskipun sedang tidak termotivasi, menyelesaikan pekerjaan hingga selesai. Nah, Michael Armstrong, penulis Handbook of Human Resource Management Practice, pun menyebut bahwa komitmen itu terkait kepercayaan, keinginan untuk bekerja dianggap sebagai kontrak hidupnya, dan keinginan untuk bertahan menjadi bagian organisasi. Pernyataan serupa diungkapkan oleh penulis Humas Resources Planning, James W. Walker. Dia menilai bahwa komitmen itu terkait dengan keinginan seseorang untuk berada dalam suatu organisasi dan berkontribusi secara energik untuk bersama-sama mencapai keberhasilan.


Komitmen yang dipegang secara teguh akan menghasilkan sebuah konsistensi dalam bertindak. Kita akan dengan mudah melakukan segala sesuatunya secara berulang-ulang, tanpa berat hati, karena komitmen yang sudah dibiasakan atau terpola. Dengan kata lain, komitmen dan konsisten adalah Work Your Talk! Sebaliknya, seseorang yang tidak punya komitmen, akan menjalankan pola acak dan cenderung beralasan sehingga tidak dapat dipercaya. Berat ternyata yah konsekuensi yang timbul dari sebuah tindakan..


Bagaimana dengan kita di perusahaan ini? Apakah kita sudah cukup berkomitmen dalam menjalankan apa yang kita janjikan dulu saat melamar ke PT INTI?


Pada awal perjalanan, biasanya komitmen itu bisa dipegang teguh, bahkan cenderung idealis ya, tapi karena satu dan lain hal, tidak jarang yang akhirnya menyerah dan memilih untuk berpangku tangan. Biasanya masalah yang menjadi faktor pemicu adalah soal hak.


Masalah hak ini bisa dibilang selalu menjadi kambing hitam untuk mulai enggan bertanggung jawab terhadap pekerjaan. Alasannya karena hak adalah motivasi, tapi tunggu dulu, bukankah komitmen yang harus kita pegang teguh?


ENYAHKAN PROBLEM KOMITMEN
Memang sulit untuk membangun sebuah komitmen. Kadang kita membuat janji pada diri sendiri untuk melakukan sesuatu, tapi saat terjadi kendala di tengah perjalanan, nyali pun ciut untuk terus berkomitmen. Apa yang harus kita lakukan agar iklim komitmen terus terpelihara?

• Kita perlu menciptakan lingkungan yang menunjang komitmen, artinya kondisikan agar lingkungan memaksa kita terus teguh pada komitmen. Misalnya, tetapkan target ketat, berikan hukuman pada diri sendiri jika target meleset dari jadwal.

• Bergaul dengan orang-orang yang tepat, artinya teman yang akan ‘mencambuk’ kita saat salah atau melenceng dari komitmen yang telah kita buat.

• Membuat rencana yang spesifik. Misalnya, soal waktu pelaksanaan, target, dan periode penyelesaian.

• Mulai berkomitmen dengan hal kecil. Hal itu akan memicu kita teratur untuk berkomitmen untuk skala hal yang lebih besar.

Saran untuk mengenyahkan problem komitmen ini memang gampang-gampang susah. Memang tidak segampang saat membacanya, tapi bukan berarti tidak bisa dilakukan. Kita coba sama-sama yuk demi kemajuan kita semua di perusahaan ini. Kita pasti bisa!!






"ARTIKEL BEBAS : OUR PROBLEM IS NOT MOTIVATION, BUT COMMITMENT"   |   Dibaca 140 kali   |   0 Komentar    |   Login untuk berkomentar   

Komentar