Dikirim pada 2021-01-25 13:16:00 Oleh Admin
Swarm Leadership: Dari Perilaku Natural Lebah untuk Kepemimpinan Modern
Menurut Asbari (2019), iklim budaya organisasi yang baik tidak terlepas dari peran penting seorang pemimpin, iklim organisasi memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku kerja inovatif artinya bahwa semakin positif iklim organisasi, maka akan semakin baik perilaku kerja inovatif pengikutnya. Demikian hal tersebut tidak terlepas dari peran seorang pemimpin bagaimana membangun iklim dalam organisasinya sehingga praktik kepemimpinan idealnya secara strategis dapat memberikan dampak yang positif pada perilaku pengikutnya. Kelly (2019) mengelompokan empat fase perspektif kepemimpinan dengan istilah leadership 1.0 hingga leadership 4.0 dengan karakteristik praktik kepemimpinan yaitu: (a) Leadership 1.0 (charismatic); (b) Leadership 2.0 (directive); (c) Leadership 3.0 (relational); (d) Leadership 4.0 (responsive). Leadership 4.0 merupakan teori kepemimpinan modern yang didasarkan pada sifat dan perilaku natural lebah, bagaimana sistem alami tersebut dapat diaplikasikan pada desain dan kepemimpinan organisasi secara lebih modern. Dapat diamati bagaimana sifat dan perilaku natural seekor ratu lebah sebagai representasi dari seorang pemimpin pada organisasinya bahwasanya seekor ratu lebah tidak secara langsung mengontrol koloninya, ratu lebah mereproduksi dan memelihara sarang, sedangkan koloninya memberikan dukungan, lebah pekerja memelihara ratu baru hingga dapat menyingkirkan ratu lebah ketika masanya berakhir. Perilaku natural dari ratu lebah dan koloninya membuat pola yang sinergis dan memunculkan perspektif bahwa ratu lebah sebagai model kepemimpinan masa depan. Dalam literatur yang ada kepemimpinan tersebut dapat dikatakan sebagai swarm leadership atau secara luas termasuk dalam kepemimpinan kelompok dengan karakteristik adaptive, emergent, connected, responsive dan collaborative. Sehingga menarik untuk dijabarkan analogi sifat dan perilaku lebah yang kolaboratif untuk diimplementasikan pada praktik sebenarnya dalam model kepemimpinan di organisasi.
Belajar dari Lebah, prinsip dan karakteristik membangun jaringan kolaboratif dapat dianalogikan seperti ratu lebah sebagai pemimpin tertinggi tetapi dia bukan sebagai penentu tunggal dalam sarangnya atau komunitasnya, ia tumbuh dalam koloninya atau organisasinya sebagai pemberi arti dan penghubung dimana sebagai pemimpin dia tidak hanya sekedar memberikan perintah namun dia memberikan inovasi, inspirasi kepada koloninya untuk menuju kemana, mencari jalan untuk mencapainya dengan sistem yang mendukung kolaborasi antar satu lebah dengan yang lainnya. Menurut Koot (2016a), aspek penting dari Swarm Intelligent (SI) adalah self organisation, indirect cooperation, diversity of knowledge dan a clear collective purpose or longing. Selanjutnya Koot (2016b) juga mengatakan bagaimana lebah mengatur diri sendiri praktik yang terjadi adalah tidak ada kontrol, tidak ada target, tidak ada manajemen, yang diutamakan bagaimana mereka dapat memberikan kontribusi terbaik, semua upaya untuk menjadi bagian dari sarang dan koloninya. Dalam membangun sebuah jaringan kolaborasi ada beberapa hal yang menjadi penting dan perlu dipertimbangkan, bukan hanya sekedar mengubah struktur organisasi tetapi juga bagaimana merancangnya. Prinsip swarm leadership adalah model kolaboratif dalam cara kerja, begitupun dengan inovasi yaitu inovasi yang kolaboratif, relevan dengan konsep dalam teori inovasi yaitu co-creation, dimana proses inovasi bukan hanya single creation tetapi merupakan hasil creation secara bersama-sama bisa diartikan antara pemimpin dan pengikutnya atau organisasi sebagai satu kesatuan.
Menjadi Swarm Leaders yang Efektif
Kemunculan revolusi industri 4.0 mendisrupsi seluruh perilaku dan definisi kepemimpinan. Pemimpin masa depan harus mulai menyadari bahwa hal yang paling penting dalam ekosistem organisasi adalah terdapat pola saling terhubung dengan ekosistem internal maupun ekosistem eksternal/di luar organisasi. Pemimpin masa depan juga membentuk dan memimpin melalui jaringan kolaboratif, sumber gagasan dan keputusan didasarkan pada sistem dan diinformasikan secara jelas melalui jaringan kolaboratif. Menurut Kelly (2019) menjabarkan 5 (lima) peran dari swarm leaders diantaranya: (1) Swarm leaders sebagai pembangun sistem; (2) Swarm leaders sebagai koreografer; (3) Swarm leaders sebagai pemanen; (4) Swarm leaders sebagai komunikator digital; (5) Swarm leaders sebagai penghubung.
Kemunculan era baru yaitu era digital telah membangun model bisnis baru yang sangat berpengaruh pada tipikal kepemimpinan yang harus dipraktikan, berikut tipe pemimpin yang dibutuhkan di zaman sekarang (Insight on Innovation, 2020) :
1. Smart learner, mampu belajar dengan cepat serta mengambil keputusan dengan tepat.
2. Empower, mampu memberdayakan pengikut secara efektif.
3. Enabler, mampu memungkinkan sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin.
4. Influencer, mampu mempengaruhi dan menjadi cntoh bagi pengikutnya.
5. Communicator, mampu berkomunikasi dan mengkomunikasikan segala hal dengan baik.
6. Coach, bagi pengikutnya.
7. Adaptif, mampu dengan cepat menyesuaikan diri.
Praktik dan pola perilaku pemimpin dipengaruhi oleh perkembangan zaman, pandangan Swarm Intelligent (SI) membawa pengaruh pada praktik kepemimpinan modern. SI seperti halnya self organisation, indirect cooperation, diversity of knowledge sehingga membawa perpektif perilaku natural lebah untuk diteladani. Sifat dan perilaku natural lebah tersebut secara naluriah muncul pada tragedi Boston Maraton Bombing, praktik perilaku pemimpin secara kolektif dan kolaboratif dapat membawa keberhasilan dalam merespon tragedi tersebut.
*Artikel ini disadur dari Paper tulisan Niko Aditya
Swarm Leadership: Dari Perilaku Natural Lebah untuk Kepemimpinan Modern
Artikel asli dapat diunduh di sini