Katanya, korupsi itu termasuk golongan bahaya laten. Tidak terlihat, tapi menggerogoti dari dalam. Dan, akhirnya, tanpa sadar semua habis membusuk akibat korupsi. Kita sangat familiar dengan istilah ini, terutama karena dalam beberapa bulan terakhir, media massa kompak memberitakan pelemahan wewenang Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Kita pun sudah tidak aneh dengan istilah ini. Selain karena hal ini sudah mendarah daging menjadi sebuah ‘budaya’, tanpa bisa membeberkan definisinya pun, kita semua tahu efek multi dari hal ini. Hingga akhirnya, kita pun menoleransi korupsi.
Banyak fakta menarik tentang korupsi ternyata. Menurut Indonesia Corruption Watch (ICW), jumlah kasus korupsi di Indonesia pada 2014 dilaporkan meningkat 12% dari tahun-tahun sebelumnya. Tidak aneh ya? Sebab, kita sudah terbiasa melihat fakta ini.
Coba tengok juga fakta yang satu ini. Pada periode 2001-2012, Indonesia setidaknya kehilangan Rp 168,19 triliun. Artinya, secara tercatat, negara ini kehilangan Rp 13 triliun. Padahal, menurut Penelitian dan Pelatihan Ekonomika dan Bisnis (P2EB) Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada, uang yang kembali hanya 8,9%. Ada Rp 11 triliun yang hilang setiap tahunnya. Coba saja semua koruptor sadar atas tindakannya yah, uang yang hilang ini mungkin bisa dipakai untuk mencicil utang Indonesia yang sekitar Rp1900 triliun. Ada hak kita pada setiap uang yang hilang kan?
Kenapa ya ada orang yang mau korupsi? Mungkinkah kita, di antara kita, bisa korupsi? Bisa saja loh. Sebab, korupsi tidak hanya terkait dengan materi. Bahkan, saat kita datang terlambat, pergi entah kemana saat seharusnya bekerja, enggan berkontribusi saat orang lain sibuk memperjuangkan perusahaan, ternyata itu korupsi juga. Ya, korupsi waktu. Meskipun tergolong berskala kecil, jika dibiarkan terus-menerus, pada akhirnya bisa menular menjadi bentuk korupsi lain dengan skala yang lebih besar. Ya, mungkin saja.
Awalnya, korupsi waktu ini mungkin hanya ‘kadang-kadang’. Lama-kelamaan menjadi ‘kebiasaan’. Tak jarang pun di antara kita yang kemudian hobi menggunakan waktu kerja untuk kepentingan pribadi. Sekali-dua kali mungkin bisa ditoleransi, tapi jika setiap saat korupsi waktu, kira-kira apa akibatnya? Kita menjadi kebal, terbiasa. Kita menganggap hal itu sebagai hal lumrah, wajar, bukan sesuatu yang layak diperdebatkan. Betulkah? Jika saya dan semua orang yang ada di perusahaan ini, kompak korupsi waktu, kira-kira apa ya akibatnya untuk INTI? Perusahaan yang setiap bulannya memberi kita rejeki untuk menafkahi anak istri, menyekolahkan, memberikan sandang papan, hingga modal untuk menikahkan anak-anak. Apakah pernah terbayang dalam pikiran kita soal hal itu?
Kenapa jadi luar biasa begitu ya efeknya? Sebab, korupsi apapun bentuknya pasti merusak. Lalu, apakah kita mau ikut-ikutan rusak? Mari menjadi lebih baik. Kita awali perubahan dengan menepati hal yang sudah disepakati. Jika kita belum bisa melakukan semua hal tanpa ‘cambukan’, lakukan saja dengan motivasi tertentu. Lakukan demi perusahaan ini, supaya tidak kian merugi. Lakukan demi keluarga, supaya tidak ikut merugi. Lakukan demi pendapatan supaya tidak terpangkas. Lakukan demi diri sendiri supaya tetap ada penghasilan yang kita nantikan setiap bulannya. Dan, ingatlah harta pada dasarnya adalah milik Allah. Harta itu dititipkan dan diamanahkan pada manusia. Oleh karena itu, kita harus mendapatkannya dengan cara yang halal karena masing-masing kita akan dimintai pertanggungjawaban, kelak di hari akhir.



"KORUPSI"   |   Dibaca 120 kali   |   0 Komentar    |   Login untuk berkomentar   

Komentar