Gambaran saat ini di Mekaplas adalah gambaran yang "ngenes", kendati beberapa mesin tetap berproduksi, namun suasananya sangat berbeda. Mesin canggih yang dulu dipakai untuk membuat housing telepon, atau produksi lain yang mendukung aktivitas perusahaan, sekarang telah berubah fungsi menjadi mesin pembuat berbagai keperluan yang digunakan untuk industri kecil, misalnya canopy topi, Cover CD (Compact Disk), bahkan juga membuat Sempoa. Menurut Is Budiman salah seorang karyawan di Mekaplas, pesanan untuk CD Cover tersebut berjumlah sampai 5 juta buah dengan kapasitas produksi sebanyak 2000 buah perhari/shift. Bahkan kata Agung yang juga karyawan Mekaplas, Mekaplas juga pernah ditawari membuat sol sepatu pesanan pengusaha Cibaduyut.
Membuat produk yang "non core" nampaknya bukan barang baru bagi PT. INTI. Menurut Tatang Sontani salah seorang karyawan PT. INTI yang masuk ke PT. INTI sejak tahun 1973, hal in pernah terjadi sebelumnya ketika PT. INTI dihadapkan pada kondisi yang hampir sama, yaitu ketiadaan order beberapa puluh tahun yang lalu. Ketika itu, kata Tatang, PT. INTI juga pernah membuat lampu motor, chasing granat tangan serta produk lain yang non core dalam rangka tetap menghidupkan semangat kerja karyawan.
Dari sisi mental kelihatannya karyawan PT. INTI terbiasa dengan goncangan seperti yang pernah dialami oleh senior-seniornya. Bahkan mental kerja keras karyawan PT. INTI yang tinggi merupakan modal dasar yang patut dibanggakan. Hal ini juga dikatakan oleh Sutardi S Banu, mantan orang Mekaplas yang saat ini menjadi pengurus KBSI. "Semangat kerja mereka tidak kenal waktu, bahkan ketika karyawan lain sedang piknik ke Jayagiri, karyawan Mekaplas sedang sibuk menaikkan besi galvanis ke atas truk sampai jam 12 malam".
"Soal kerja keras karyawan PT. INTI pasti oke", kata Moch Ridwan karyawan PT. INTI yang telah lulus jadi sarjana atas biaya sendiri namun belum diakui perusahaan. Hal ini juga ditimpali oleh Budi Suprianto karyawan SBU Sentral. Di PT. INTI katanya banyak sarjananya, oleh sebab itu mengapa kita tidak melakukan kreativitas misalnya membuat remote televisi yang dapat dipakai oleh beberapa merek. Saat ini kata Budi, remote yang ada hanya bisa dipakai oleh merek tertentu sehingga bila remote tersebut rusak hanya merek tersebut yang bisa dipakai, padahal katanya lagi sangat banyak jumlah pemilik televisi di Indonesia.
Namanya juga ide, kendati konyol tapi siapa tahu bisa direnungkan. Soalnya ide kreatif dari karyawan INTI beberapa diantaranya cukup canggih, misalnya dulu salah seorang karyawan PT. INTI mampu membuat produk yang bernama INTI-Sakti (Sistem Anti Kebocoran Telepon Induk) kemudian terakhir salah seorang karyawan INTI mampu keluar sebagai juara dalam perlombaan di NOKIA. Tak kalah pentingnya karyawan PT. INTI di SBU Sentral pernah mengeluarkan ide bernada konyol namun cemerlang, dan mampu menekan biaya. Yaitu memindahkan mesin SMT dari atas truk ke ruangan yang sudah disediakan hanya dengan menggunakan pepaya mentah. Kalau dipindahkan dengan alat khusus tentunya sangat mahal dibanding dengan menggunakan pepaya mentah yang dibeli di pasar induk.
Hasilnya tidak mengecewakan dan tidak membuat lantai rusak dengan biaya yang sangat murah. Pada dasarnya karyawan PT. INTI itu kreatif dan pekerja keras, tinggal bagaimana memanfaatkannya. (Wahyu Gumilar - Sejati)
Harus diingat manajemen di gaji besar untuk mewujudkan visi dan misi perusahaan. Kalau cumanya bisa dapat order yang kelasnya cuma home industri dan dengan alasan untuk mencari kesibukan kayaknya tidak tepat untuk perusahaan sekelas PT INTI. Kenapa dunia bisnis cepat berubah sehingga sumber daya harus dicurahkan untuk mewujudkan visi dan misi perusahaan, jangan sampai kelihatan sibuk tapi tak ada artinya buat perusahaan. Disamping itu karyawan harus digaji tidak sesuai dengan hasil kerjanya. Serta bisa merubah pandangan tentang PT.INTI sendiri, dan ini harus dibayar mahal untuk mengembalikan citra perusahaan. Untuk itu SDM yang memiliki kemampuan bisnis yang berhubungan bisnis utama PT INTI harus ditempatkan pada tempat yang sesuai dengan kemampuan dan bidangnya. Karena saya yakin seperti pak Wahyu bilang banyak karyawan/atau rekan kita yang memiliki kemampuan dan belum punya kesempatan. Kita tinggal menunggu kebijakan CEO kita apa beliau akan terus membiarkan hal ini menyimpang dari visi dan misi beliau? Demikian terima kasih.