Berita Foto : Jum'at, 04 Oktober 2013 bertempat di Ruang Auditorium Lantai 1 GKP INTI, Seluruh Direksi dan Karyawan PT INTI (Persero) mengikuti Kuliah Umum "Hijrah Sebagai Momentum Pembharuan" bersama Novian Triwidia Jaya dilanjutkan dengan Acara Pelepasan Dirut INTI Tikno Sutisna menunaikan Ibadah Haji Tahun 2013 (Purel)

Lanjutan berita dapat di klik Baca Lebih Lanjut dibawah ini



Jum’at , 04 Oktober 2013. Seluruh karyawan INTI mengikuti kuliah umum yang diadakan setiap awal bulan oleh Divisi Human Capital Management (HCM). Meski agenda ini rutin diadakan, ada yang berbeda dengan kuliah umum sebelumnya. Sebab, kali ini, Direksi INTI hadir bersama pasangannya masing-masing. Ada apa gerangan ? Jadi, selain kuliah umum yang bertema Hijrah Sebagai ‘Momentum Pembaharuan’, acara hari itu sekaligus menjadi momentum pelepasan Direktur Utama INTI Tikno Sutisna beserta istri tercinta, Fitriyah yang akan melaksanakan rukun islam ke-5, ibadah haji.
Berkat kepiawaian Direkur Corporate Services, Dayu Padmara Rengganis dalam mengemas acara-acara perusahaan, tema materi kuliah umum kali ini pun disejalankan dengan acara pelepasan haji, “Hijrah Sebagai Momentum Pembaharuan”, dan materinyapun tidak melulu terkait soal keagamaan.
Mengawali sambutannya Direktur Utama, Tikno Sutisna menyampaikan bahwa, hijrah itu berkaitan dengan setiap hal yang seharusnya lebih baik daripada sebelumnya. Ambil saja contoh dalam hal pencapaian target perusahaan. Tahun ini, dengan berbagai rintangan, INTI berusaha menyelesaikan setiap hal yang telah direncanakan dalam sisa waktu tiga bulan jelang akhir tahun. “Nah, memang tumpuan kita terbesar di tahun ini ada di biaya, bagi direksi tidak ada masalah bayar berapapun, selama kontribusinya lebih besar daripada bayarannya. Masalahnya, bagi temen-temen yang kontribusi ke perusahaannya jauh lebih kecil daripada apa yang diberikan perusahaan kepada yang bersangkutan, itu perlu segera hijrah,” ungkapnya, di Auditorium Lantai 1 Gedung Kantor Pusat (GKP) INTI.



Menyambung pernyataan Tikno, Senior Consultant Indonesian Learning Center Novian Triwidia Jaya memaparkan sebuah filosofi tentang hijrah. Bahwa hal itu bisa terjadi saat ada sebuah perubahan. Artinya, ada sesuatu yang dituju dan ditinggalkan. Hijrah tidak mungkin terjadi saat kita meninggalkan sesuatu tanpa memiliki titik yang dituju. Konteks hijrah ini mengisyaratkan kita bahwa kita perlu meninggalkan sesuatu menuju ke sesuatu yang bisa lebih baik atau bisa lebih buruk. “Jadi konteks hijrah itu bisa menjadi positif, bisa menjadi negatif. Dan Itu pilihan,” ujar Novian.
Nah, sejalan dengan konteks hijrah tentang kontribusi karyawan terhadap perusahaan yang sempat disinggung Tikno sebelumnya, Novia menyebut, hal itu secara perlahan akan membuat posisi kita tergusur. Pertama, anak buah mulai hilang satu per satu. Kedua, kita sudah mulai tidak punya anak buah. Ketiga, kita sudah mulai kehilangan pekerjaan. Keempat, kita sudah tidak dianggap. Kelima, kita mulai sendirian di dalam ruangan. Inilah momen ketika seseorang itu mulai mati. Sebab, penelitian menyebutkan bahwa jika manusia diam selama enam jam, maka dia mati. Sebab, inti dari hijrah adalah bergerak.
Mari ibaratkan hakekat hijrah dengan penelitian tentang relevansi antara otak dengan usia manusia. Katanya, otak manusia mencapai kesempurnaan di atas 90% pada usia 8 tahun. Memasuki 10 tahun, otak pun terbentuk sempurna 100%. Pasca-usia itu, kemampuan otak pun menurun sejalan dengan ukuran yang mengecil hingga level 40% pada rentang usia 64 tahun hingga 70 tahun. Inilah faktanya, ukuran otak mengecil sejalan dengan pertambahan usia. Sebab, setiap hari sekitar 500 sel neuron terlepas, bahkan ketika kita hanya melamun. Bayangkan! Setiap anda tidak bergerak, sel-sel anda akan luluh bersama kotoran anda. Itulah yang terjadi.
Namun, tidak semua manusia yang lanjut usia akan kemudian layu tidak semangat. Dia yang tetap aktif bergerak dan berpikir akan tetap senantiasa muda dan sehat. Inilah analogi sebuah hijrah. Ketika kita bergerak menuju titik positif maka hal positiflah yang didapat, tidak sekedar rejeki materi, tapi segala hal baik lainnya. Hal ini tentu saja mengingatkan kita, para pencari rejeki, bahwa berkah tidak melulu soal uang. Konsep rejeki jauh lebih besar daripada daftar kekayaan atau sekian digit angka yang tercantum dalam tabungan. Mematok uang sebagai fokus utama, terkadang, hanya membuat kita berusaha dengan cara apapun sehingga kehilangan berkah yang sesungguhnya dan sedikit demi sedikit mengikis kejujuran yang seharusnya ada di diri kita.
Padahal, rejeki itu seharusnya mendatangkan kebaikan. Dan, hal itu hanya akan terjadi jika manusia mau berubah, mau jujur, dan memiliki sebuah visi. Hal ini yang menjadi bekal bagi setiap manusia untuk mencapai tujuan kebaikannya. “Dan karena kebaikan itu butuh pengorbanan, setiap kita musti melakukan lebih besar daripada yang kita dapat. Jadi, teman-teman, kita perlu berhijrah karena PT INTI membutuhkan kita untuk itu,” tuturnya.
Menutup acara itu, Novian pun menerima suvenir korporasi langsung dari Direktur Utama INTI. Seusainya, agenda berlanjut dengan pelepasan pucuk pimpinan perusahaan beserta istri yang telah siap menjalankan ibadah haji, berupa pemberian kenang-kenangan dari direksi. Lalu, semua karyawan yang hadir pun memberikan ucapan selamat dan permohonan maaf. Semoga, mulai saat ini, berbekal niat baik dan tujuan baik, INTI mencapai hijrahnya (PUREL)


"NEWS: SEKILAS KULIAH UMUM dan PELEPASAN DIRUT INTI MENUNAIKAN IBADAH HAJI "   |   Dibaca 107 kali   |   0 Komentar    |   Login untuk berkomentar   

Komentar