Berita Foto : Senin, 27 Mei 2013 bertempat di Auditorium Lt. 1 GKP INTI, Seluruh Direksi dan Karyawan INTI mengikuti Kuliah Umum dengan tema "Nilai-nilai Indonesia dalam korporasi dari mata pendatang" dengan narasumber Mr. Christophe D. Thomson, Kuliah Umum ini adalah merupakan salah satu bagian dari Pengembangan Human Capital di perusahaan ini (PUREL)


INTI (27/05/13), Seberapa kali dalam seumur hidup Anda merasa sangat cinta pada Indonesia? Seberapa kuat rasa memiliki terhadap tanah kelahiran Anda? Sekali atau dua kali? Tidak terhitung atau tidak sama sekali? Katanya, banyak yang menilai bahwa nasionalisme masyarakat Indonesia hanya timbul ketika hak negara ini dirampas, ketika negara ini berhadapan dengan musuh bebuyutan. Setelah itu, hilanglah semua istilah nasionalisme. Benarkah?

Secara definisi, nasionalisme dijelaskan sebagai satu paham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan negara. Dalam Bahasa Inggris, negara disebut nation. Inilah alasan mengapa akhirnya paham ini begitu populer dengan nama nasionalisme. Paham kenegaraan.

Lanjutan artikel dapat di klik Baca Lebih Lanjut di bawah ini


Para penganut paham kenegaraan alias nasionalis, berpendapat bahwa negara berlandaskan sejumlah kebenaran politik (political legitimacy) dan atau bersumber dari teori romantisme yaitu identitas budaya. Ikatan nasionalisme itu sebenarnya tumbuh di tengah masyarakat. Ikatan ini terjadi saat kumpulan individu mulai hidup bersama dalam suatu wilayah tertentu dan tak beranjak dari situ.
Pada sejumlah artikel, terpapar bahwa, saat itu, naluri dan rasa memiliki mendorong mereka untuk mempertahankan negerinya, tempatnya hidup, dan tempatnya bergantung. Dari sinilah cikal bakal tubuhnya ikatan nasionalisme. Ikatan nasionalisme yang fluktuatif inipun muncul saat ada sesuatu yang mengancam negaranya. Namun, begitu suasana aman, sirnalah kekuatan ini. Begitukah kondisi masyarakat Indonesia?



Padahal, menurut Christophe D. Thompson, sang penulis novel Jakarta!, Indonesia memiliki sebuah hal yang disebut keberuntungan. Keberuntungan sumber daya alam yang luar biasa besar, letak geografis yang luar biasa strategis, bonus demografi dengan komposisi 70% berusia di bawah 40 tahun, diversifikasi etnis, kondisi ekonomi yang terbilang mapan, dan lahir sebagai pemimpin alami kawasan ASEAN. “Perubahan akan memberikan Asia peluang besar menjadi pemimpin dunia. Dan, Indonesia punya posisi bagus untuk mencapai posisi itu. Kuncinya ada di dalam Indonesia,” tuturnya, saat menggelar kuliah umum bertema Nilai-nilai Indonesia dalam Korporasi dari Mata Pendatang, Senin 27 Mei 2013 di Ruang Auditorium Lt. GKP INTI.

Melihat fakta ini, Christophe kembali bertutur, Indonesia perlu membenahi pola pikirnya. Untuk tidak selalu berorientasi dunia barat. Untuk tidak memperbesar dominasi barat lewat duplikasi tingkah laku dan budaya barat. Untuk memperkuat dominasi nasionalisme di negeri sendiri. Sebab, satu dekade mendatang, mungkin bukan negara belahan Eropa atau Amerika Serikat yang memimpin pertumbuhan ekonomi dunia. Mungkin China, mungkin Afrika Selatan, atau bahkan mungkin Indonesia.
Apalagi, tren investasi dunia mulai beralih ke kawasan Asia dan Afrika. Kawasan ini pula yang mulai menggantikan negara barat sebagai investor utama. “Kesadaran itu sudah timbul sejak krisis keuangan global menimpa Eropa dan Amerika. Investor beramai-ramai bergeser ke Asia dan Afrika. Makanya saya juga datang ke Indonesia,” ucapnya.

Pada akhirnya, pria blasteran Perancis-Inggis itupun berpendapat bahwa Indonesia hanya perlu meningkatkan modal nasionalismenya agar bisa berdiri sendiri. Fokus pada pembenahan pendidikannya. Serius dalam penataan sumber daya. “Dan tetap berpikiran sesuai visi. Seterusnya, Indonesia bisa muncul bersamaan dengan lahirnya Asia dan Afrika baru,” ungkapnya.



Menutup acara yang dihadiri mayoritas karyawan dan Direksi PT Industri Telekomunikasi Indonesia (Persero) alias INTI itu, Direktur Utama Tikno Sutisna mengulas paparan Christophe dan berujar tentang pentingnya sebuah visi. Dia mencontohkan soal Gerakan Direksi Mengajar yang serentak diadakan pada 20 Mei 2013. Sebenarnya, semua gimmick yang tertempel di dalam kegiatan itu bukanlah hal utama. Justru visi untuk membangkitkan sebuah inspirasi di benak para pelajarlah yang utama.
Sama halnya menggantungkan sebuah visi perusahaan. Angka dan data statistik memang penting untuk mendukung eksekusi sebuah keputusan. Namun, lebih besar dari itu, sebuah visi yang besar, sumber daya manusia, dan budaya perusahaan menjadi bagian besar untuk mewujudkan kebaikan besar nan sederhana. Indonesia yang dicintai masyarakatnya. (PUREL)



"NEWS : KULIAH UMUM "NILAI-NILAI INDONESIA DALAM KORPORASI DARI MATA PENDATANG""   |   Dibaca 153 kali   |   0 Komentar    |   Login untuk berkomentar   

Komentar