How we make a smart thing..

Semua perusahaan pasti tahu perjuangan mengangkat nama produknya agar bisa populer. Bahkan, perusahaan mapan kelas dunia pun membutuhkan usaha luar biasa keras selama bertahun-tahun untuk bisa menjual karyanya. Tak terkecuali, termasuk PT Industri Telekomunikasi Indonesia (Persero) alias INTI.



Sejak bekerja sama serta mendanai pengembangan sistem i-Perisalah yang kini populer dengannama Smart Meeting System dari Badan Pengkajian Penerapan Teknologi (BPPT) pada 2010,perusahaan berbasis telekomunikasi dan teknologi informasi ini mengalami cobaan besar. Sebab, bukan perkara mudah untuk dapat memasarkan produk yang sanggup mentranskripsi suara menjadi teks berbahasa Indonesia (voice to text) ini ke pasaran. Apalagi, mayoritas orang, khususnya korporasi, belum melihat efek komersial produk ini. Alhasil, i-Perisalah pun masih dipandang sebelah mata.
Pada kenyataanya, perangkat ini bisa memberikan penghematan waktu kompilasi percakapan rapat maupun sidang. Umumnya, risalah pada suatu rapat maupun sidang baru bisa dibaca oleh seluruh anggota pertemuan sekitar tujuh jam setelah kegiatan tersebut selesai. ini bisa menghemat sekitar 78% dari penyusunan risalah waktu normal. Bagaimana bisa?


lanjutan berita dapat di klik Baca Lebih Lanjut



Sebab, produk ini menggunakan sebuah sistem pengenal wicara secara otomatis yang akan mentranskrip semua ucapan peserta pertemuan. Jadi, setiap hal penting dalam suatu rapat atau sidang akan langsung terdokumentasi secara berurutan.

Meski kesulitan, perusahaan ini tidak patah arang. Sambil terus berupaya menawarkan pada berbagai institusi, Divisi Pengembangan Produk pun terus mengulik, berupaya menciptakan inovasi agar produk ini layak dilempar ke pasaran. Mulai dari membenahi akurasi perekaman diskusi, memperkaya kosa kata, menciptakan i-Perisalah versi portable yang
memiliki kapasitas transkripsi percakapan hingga 80 mikrofon, hingga merilis i-Perisalah versi mini-portable yang dilengkapiempat mikrofon.



Tidak hanya itu. INTI pun berupaya meyakinkan kehandalan i-Perisalah melalui uji coba di Mahkamah Konstitusi pada 6 Oktober 2011.
Penggunaan perangkat inipun membuat lembaga tersebut hanya perlu mengalokasikan
empat korektor dan satu editor untuk menyelesaikan transkripsi sidang dalam
tempo 2 jam 45 menit.

Apabila dibandingkan, perangkat ini memperpendek periode pembuatan risalah rapat sekaligus mengurangi personil yang dialokasikan untuk menangani urusan itu. Pada metode konvensional, pembuatan risalah tersebut membutuhkan 12 transkriptor, empat korektor, dan satu editor dalam waktu sekitar empat jam. Secara persentase, perangkat ini memberikan efisiensi sebesar 35%. Bahkan, personil yang selama ini digunakan untuk satu rapat, dapat dialokasikan untuk menangani tiga rapat sekaligus. Uji coba pun membuahkan
hasil, Mahkamah Konstitusi pun menjadi konsumen pertama produk ini.

Kerja keras pun membuahkan hasil. Pengguna i-Perisalah pun bertambah. Yaitu, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK-RI), Dewan Perwakilan Daerah (DPD-RI), Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Jawa Barat, dan Pusat Sistem Informasi dan Teknologi (Pusintek) Kementerian Keuangan RI. Belakangan, Sekretariat Jenderal Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) pun akhirnya memutuskan untuk menggunakan Smart Meeting. Sebanyak 17 sistem i-Perisalah pun berhasil ditempatkan di Ruang Rapat Komisi plus Badan Anggaran. Pemasangan perangkat ini sudah pasti akan memberikan kemudahan pada proses penyusunan risalah rapat.

Sekjen DPR RI Winantuningtyastiti bahkan menyebut bahwa otomasi sistem pembuatan risalah rapat akan memudahkan setiap aktivitas penyusunan kebijakan negara. “Perangkat ini akan memudahkan sekaligus memberikan jaminan keamanan (karena terdapat digital security signature untuk menjamin unsur otentik dokumen). Apalagi risalah rapat ini adalah dokumen penting negara, hasil pembahasan untuk perumusan undang-undang,” tuturnya, pada Pembukaan Pelatihan i-Perisalah untuk Transkriptor DPR, di Auditorium Gedung Kantor Pusat (GKP) Lantai 1, Jumat 10 Mei 2013.


Hal ini tentu membanggakan. Sebab, produk INTI berbasis teknologi ini akan terus terlibat dalam lahirnya rentetan kebijakan negara. Direktur Pemasaran INTI Adiaris menuturkan, setiap kecanggihan produk yang dihasilkan perusahaan ini merupakan upaya mengawal lahirnya teknologi baru. Singkat kata, this is our way to make a smart thing..

Dan, tidak hanya itu saja, INTI pun berpeluang untuk menawarkan Smart Exchange ISE 3000. Sebab, Setjen DPR tertarik dengan efisiensi sekitar 33% yang bisa didapatkan dari penggunaan produk buatan INTI berbasis android yang diaplikasikan dengan menggunakan jaringan wilayah lokal (local area network/LAN) itu. Pada sebuah pemaparan, Divisi Pengembangan Produk memberikan simulasi biaya telepon saat uji coba telepon di PT Antam (Persero) Tbk pada periode 23 Maret - 23 Juni 2009. Again, this is our way to make a smart thing.. (PUREL)


"NEWS: PEMBUKAAN PELATIHAN I-PERISALAH DPR RI"   |   Dibaca 191 kali   |   0 Komentar    |   Login untuk berkomentar   

Komentar