Dikirim pada 2013-05-06 17:12:52 Oleh purel
Dialah Smart Beauty..
Sosoknya sangat sederhana. Jauh dari kesan terpelajar, maklum saja, wanita ini hanya sempat mengenyam pendidikan dasar sampai taraf kelas 3. Mungkin inilah yang membuatnya terkadang diremehkan oleh orang sekitarnya. Tak ada yang sepakat dengan idenya. Dia malah menuai cemooh hebat dari lingkungan sekitar. Alhasil, kala itu, dia terpaksa merintis seorang diri.
Kisah lebih lanjut dapat di klik Baca Lebih Lanjut di bawah ini
Berbekal 20 pahat, 20 martil, 20 linggis, 20 belincong, plus cangkul yang didapatnya setelah menjual perhiasan, wanita inipun memulai ide gilanya memapras bukit terjal. Sekitar 45 hari kemudian, masyarakat yang mencemoohnya pun kaget luar biasa. Di sela bukit terjal itu, ternyata telah mengalir air bersih sepanjang 50 meter. Usai itu, aksi gila kian hebat. Dibantu warga kampungnya, wanita itu kemudian meneruskan saluran air penghubung Sungai Cilutung dengan Desa Pasirkadu sepanjang kurang lebih 4,5 kilometer mengitari delapan bukit berkemiringan 60-90 derajat yang selesai dalam kurun waktu 2,5 tahun. Aliran air bersih itupun bahkan ikut mengucuri Desa Indrajaya dan Desa Sukaratu.
Dialah sang wanita hebat. Tanpa embel-embel gelar dari sekolah manapun, wanita asal Kampung Pasirkadu Desa Santana Mekar Kecamatan Cisayong Tasikmalaya, itu malah mendapat pengakuan dari dunia internasional. Semua itu berkat sebuah ide sederhana. Dialah Mak Eroh, sang peraih Kalpataru 1988 dan penghargaan lingkungan dari organisasi dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Bila boleh berlebihan, dia layak disebut pahlawan. Sebab, Fitria Tikno Sutisna pun menyebut dalam sambutannya pada Peringatan Hari Kartini ke-134, bahwa arti pahlawan kini, bukanlah orang yang berjibaku dalam perang. Arti pahlawan kini, bukanlah gelar yang didapat saat bertempur menghadapi penjajah berbekal bambu runcing di tangan. Arti pahlawan kini, adalah orang yang bisa memberikan sebuah pengabdian, membuat sebuah karya, sanggup bersaing, beradu kecerdasan dalam jalur positif, dan tidak sekedar berperan dalam ranah domestik. Wanita kini memancarkan aura cantiknya lewat karya dalam hal apapun, di manapun. “Karena cantik itu cerdas,†ujarnya, di Lobi Lantai 10 Gedung Kantor Pusat (GKP), Selasa (23/4).
Inilah penekanan pentingnya keberadaan wanita masa kini. Sebab, wanita tidak hanya cantik karena bersolek. Wanita cantik tidak hanya karena berbalut kain kebaya. Seperti Mak Eroh, wanita cantik adalah dia yang sanggup berdiri, berpikir, berkarya, dan memberikan perubahan. Wanita yang bisa membuat keputusan penting di perusahaan besar. Wanita tangguh yang mengarungi lautan untuk mengobati warga terpencil. Wanita yang mengasuh anak-anaknya sambil bekerja di sawah. Wanita yang mengendarai kendaraan besar di pertambangan. Wanita yang mampu membuat perbedaan untuk lingkungannya.
Dengan peran yang luar biasa besar inilah, kita sebagai wanita yang sudah menikmati buah perjuangan kesetaraan yang dirintis Kartini dalam mengenyam pendidikan, kesetaraan dalam bersuara, dan kesetaraan dalam berkarya nyata, sebaiknya tidak mencederai makna emansipasi. Sebab, menyetarakan hak tidak sama dengan menyamakan hak. Kita tetap harus berdiri, berpikir, bersuara, merdeka, dan berdaya sebagai seorang wanita. Kita tidak harus menjadi pria untuk bisa merasakan emansipasi.
Inilah mungkin esensi penting yang berusaha disampaikan lewat Workshop Kriya Limbah Rumah Tangga, agar setiap wanita menampilkan kapabilitasnya melalui cara apapun, meskipun terlihat remeh dan sederhana. Sebab, pada setiap karya yang terlahir, apapun itu, layaknya aksi Mak Eroh, pasti akan mendatangkan manfaat besar nantinya. So, be smart beauty..