Kenalkah Anda dengan istilah sistem manajemen terintegrasi alias SMT? Mungkin bagi sejumlah kalangan, hal itu bukan hal yang familiar di telinga. Namun, tahukah Anda, SMT sangat populer di lingkungan dunia bisnis, terutama perusahaan besar yang telah mengadopsi standar internasional. Bahkan, PT Industri Telekomunikasi Indonesia (Persero) alias INTI, perusahaan tempat kita bernaung ini, telah menjalankan sertifikasi yang mengacu pada SMT meliputi sistem manajemen mutu ISO 9001:2008, manajemen lingkungan ISO 14001:2004, sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja (SMK3), dan perancangan dokumen Cable Implementation Quality System (CIQS) 2000:2009. Ternyata INTI sudah memiliki sertifikasi standar internasional.

Sayangnya, perusahaan ini belum bisa menerapkan secara penuh segala hal yang dipersyaratkan standar internasional tersebut. Terbukti, pada inspeksi Contractor Safety Management System (CSMS) oleh auditor dari PT Pertamina (Persero), INTI mendapat sejumlah catatan yang nyaris membuat perusahaan pelat merah ini tidak bisa melenggang mulus menggarap proyek sistem monitoring dan pengendalian (SMP) bahan bakar minyak (BBM). Bagaimana tidak? SMT masih belum menjadi pusat perhatian pada setiap kegiatan korporasi ini.

Lanjutan berita dapat di klik Baca Lebih Lanjut di bawah ini

Kita masih sebatas melaksanakannya atas dasar kebiasaan, sesuatu yang terjadi berulang-ulang, tanpa ada standar prosedur untuk melaksanakannya (SOP). Padahal, standar internasional ini mempersyaratkan ‘catat hal yang dilakukan dan lakukan hal yang dicatat’. Tidak mengherankan apabila masalah dokumen sebagai bukti kegiatan dan SOP menjadi titik berat penilaian audit oleh tim Pengadaan Barang dan Jasa serta Health, Safety, dan Environment (HSE) Pertamina yang beranggotakan Sayid Basori, Oka Aditya, dan H.M. Purwanto tersebut.

Berbekal lembar penilaian, ketiga auditor mempertanyakan hal-hal detil yang terjadi di perusahaan ini. Mulai soal catatan prosedur penyelamatan saat terjadi bencana, dokumentasi kunjungan manajemen ke lokasi proyek, jadwal pelaksanaan pembersihan lingkungan kantor, perbandingan rencana dan realisasi pelatihan, hingga soal pendalaman seluruh karyawan terhadap SMK3.

Ternyata, masih sangat banyak pekerjaan rumah yang musti korporasi ini lakukan. Sebab, diakui atau tidak, masih terbilang banyak individu INTI yang belum paham pentingnya mengadopsi SMK3 pada setiap aktivitas kerja. “Harus ada sosialisasi atau safety briefing untuk membuat karyawan aware soal SMK3. Tidak semua karyawan bisa begitu saja memahami petunjuk SMK3 yang tertempel di setiap lantai,” ucap Purwanto, saat tengah menggelar verifikasi kelengkapan dokumen SMK3, Rabu (3/4).

Logikanya, masukan dari para auditor itu memang benar. Secara rekam jejak aktivitas memang tidak ada hal signifikan yang membahayakan terjadi di perusahaan ini. Namun, sekali kita mengadopsi sebuah standar, konsekuensinya, setiap individu perusahaan musti mematuhi hal itu. Sebab, standar internasional itu kini menjadi salah satu standar penentuan kapabilitas perusahaan dalam menangani resiko. Sekali kita gagal melakukan sebuah antisipasi, proyek berskala besar bisa melayang begitu saja lewat di depan mata.
Makanya, momen verifikasi CSMS kemarin itu merupakan salah satu hal penting untuk keberlangsungan citra kinerja perusahaan ini.

Sebagai korporasi beresiko tinggi dengan salah satu indikator ketinggian dan cakupan luas kantor, INTI diwajibkan memiliki kemampuan tinggi untuk melakukan banyak hal antisipatif. Untunglah, kita lolos dengan nilai evaluasi sebesar 60. Angka ini digambarkan sebagai kemampuan INTI dalam menangani aktivitas beresiko tinggi. Nilai ini memang mengalami penurunan dari angka sebelumnya pada penilaian dokumen sebesar 63, tapi berdasarkan informasi auditor, penilaian itu secara resmi dapat digunakan sebagai prasyarat untuk melakukan pekerjaan sistem monitoring dan pengendalian (SMP) bahan bakar minyak (BBM) milik Pertamina.

Rentang Penilaian
Resiko Tinggi TS ≥ 55
Resiko Menengah 40 ≤ TS < 55
Resiko Rendah 25 ≤ TS < 40
Di bawah Standar TS < 25

Setelah sertifikat CSMS High Risk itu kita kantongi dalam kurun waktu seminggu setelah pelaksanaan verifikasi, INTI akan mendapat evaluasi lagi dalam periode 2 tahun mendatang. Rumit? Begitulah upaya agar perusahaan kita bisa maju masuk ranah bisnis internasional. Sebegitu pentingkah sertifikat ini bagi INTI? Percaya atau tidak, SMK3 menjadi salah satu penentu keberlangsungan perusahaan dalam masa mendatang. Sebab, mayoritas perusahaan di dunia kini cenderung menginginkan kerja sama dengan korporasi yang telah mengintegrasikan sistem manajemennya. Jadi, ayo mulai saat ini catat apa yang Anda lakukan dan lakukan apa yang Anda catat! Ini saatnya SMK3 jadi spotlight!!





"NEWS: Saatnya SMT Jadi Spotlight..."   |   Dibaca 236 kali   |   0 Komentar    |   Login untuk berkomentar   

Komentar