Dikirim pada 2013-03-28 10:52:39 Oleh purel
Setelah menggelar proyek modernisasi jaringan telekomunikasi kabel tembaga menjadi fiber optik alias trade in trade off (TITO) di sejumlah wilayah di DKI Jakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur, akhirnya PT Industri Telekomunikasi Indonesia (Persero) alias INTI siap memberi sentuhan teknologi di wilayah baru. Kini, perusahaan pelat merah ini siap menggelar alur proses TITO mulai dari validasi hingga migrasi secara paralel dengan aktivitas pelolosan kabel tembaga mulai Rabu malam, 27 Maret 2013, di PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk alias Telkom Wilayah Jabar Tengah.
Sebagai tahap awal, INTI akan mulai menggarap Sentra Telepon Otomat (STO) Rajawali yang mencakup 58 rumah kabel (RK) dengan 43.710 satuan sambungan telepon (SST) dan 25.472 SST berbasis jaringan akses optik (optical access network/OAN). Setelah rampung, kegiatan pun akan berlanjut ke STO Gegerkalong, STO Bandung Centrum, dan STO Ahmad Yani.
Seremonial bahkan digelar pada hari Rabu pagi, 27 Maret 2013 di STO Rajawali sebagai tanda dimulainya kegiatan Pelolosan Pertama kabel TITO di Area Jabar Tengah tersebut. Bagaimana tidak? Bandung merupakan lokasi pertama di wilayah Jawa Barat dengan cakupan 155.440 SST yang siap mendapat sentuhan modernisasi teknologi. Meski wilayah ini sering disebut sebagai salah satu pusat perkembangan teknologi informasi.
Sekilas dalam sambutannya Executive General Manager Divisi Telkom Barat Tri Djatmiko menyampaikan bahwa infrastruktur jaringan telekomunikasi Bandung sangat minim sentuhan modernisasi. Hal itu ditandai dengan tren pertumbuhan jumlah gangguan, komplain, dan pencabutan komitmen langganan yang terbilang tinggi. Alhasil, pendapatan badan usaha milik negara (BUMN) tahunannya pun hanya bisa stagnan. Bahkan, ujarnya, Telkom Jabar Tengah mencatatkan pendapatan negatif pada tahun lalu. Makanya, Tri Djatmiko begitu menaruh harapan pada kesuksesan proyek TITO di Bandung. Apalagi, modernisasi jaringan telekomunikasi ini sanggup meningkatkan akses layanan dari sebelumnya hanya sekitar 1 Mbps menjadi 10-100 Mbps. Peningkatan layanan yang cukup signifikan.
Lanjutan berita dapat di klik Baca Lebih Lanjut di bawah ini
“Kualitas (yang bisa didapat dari modernisasi kabel tembaga menjadi fiber optik) ini tentu sangat baik untuk layanan triple play, yaitu layanan suara, data, dan gambar secara bersamaan pada satu line yang sama,†tuturnya.
Hal ini mengindakasikan bahwa kesuksesan proyek TITO ini akan menjadi pendongkrak signifikan, tidak hanya sang pemilik proyek, tapi juga seluruh penikmat internet di seluruh Indonesia. Bagaimana tidak? Lewat ‘tangan’ INTI, keterbatasan akses internet bakal diperlebar dengan sentuhan teknologi baru. Bahkan, Telkom akan mendapat sokongan untuk mewujudkan target 15 juta pemasangan speedy di seluruh Indonesia dengan 450 ribu di antaranya dikontribusi oleh wilayah Jabar pada 2013, target pertumbuhan penetrasi akses pita lebar (broadband) mencapai 20%, dan 4.000 titik akses internet tanpa kabel (WiFi) pada 2013. Proyek TITO memang luar biasa, bukan?
“Ya, mudah-mudahan TITO dan FTTH (fiber to the home greenfield di 392 lokasi) jadi awal perbaikan kinerja (Telkom Bandung) yang menurun dengan harapan Speedy dan internet punya kinerja positif lagi,†ungkapnya.
Harapan besar Telkom itu tentu saja bakal terlaksana lewat kerja keras INTI. Apalagi, Kepala Divisi Perencanaan dan Pengendalian TITO, Dadang Edi Prasojo menyampaikan bahwa, aktivitas pelolosan kali ini terbilang sangat unik. Sebab, berbeda dengan lokasi proyek yang lain, pelolosan kali ini digelar tanpa harus menunggu seluruh pekerjaan rampung. Wilayah Bandung menjadi momen awal dimulainya pekerjaan fisik proyek TITO sekaligus pelolosan kabel. Kira-kira, kabel yang akan diloloskan sepanjang 4 kilometer dari STO Rajawali hingga rumah kabel terakhir yang melewati 20-22 lubang utama (mainhole). “Kami akan sangat berhati-hati dalam melakukan pelolosan ini. Sebab, hanya ada satu yang bisa diambil dari sekian banyak kabel aktif. Sekali salah potong, ratusan nomor pelanggan akan mati,†katanya.
Usai seremonial, rombongan Telkom dan INTI pun mengunjungi fiber termination management (FTM) yang berlokasi di Lantai 2 STO Rajawali. FTM ini berfungsi sebagai perangkat untuk terminasi, interkoneksi, dan koneksi silang secara fisik kabel optik baik dari outside plant (OSP) maupun perangkat aktif, sekaligus menjadi tempat melakukan fungsi pengawasan dan pengukuran serat optik. Safari TITO pun berlanjut ke main distribution frame (MDF) yang berlokasi satu lantai di bawahnya. Di sinilah seremonial pemotongan kabel tembaga yang menandai pelolosan perdana di Bandung.
Mengakhiri acara hari itu, rombongan kedua belah pihak pun bergeser meninjau optical distribution cabinet (ODC) yang berlokasi di Jalan Dadali Kecamatan Andir. ODC ketiga dari total 79 kabinet ODC untuk wilayah STO Rajawali itu berkapasitas 288 perangkat pasif yang diinstalasi di luar STO (optical distribution point/ODP). Rombongan Telkom pun terkagum. Bayangan awal pertumbuhan bisnis pun sudah tergambar di depan mata. Jadi, TITO memang mengagumkan, bukan? (PUREL /DP-DDS)