Dikirim pada 2013-03-27 17:36:36 Oleh purel
Sepertinya tahun ini akan menjadi momen cemerlang untuk PT Industri Telekomunikasi Indonesia (Persero) alias INTI. Perusahaan pelat merah ini tidak hanya mampu bangkit lewat proyek modernisasi jaringan telekomunikasi kabel tembaga menjadi fiber optik alias trade in trade off (TITO) saja, tapi produk andalan dan sejumlah proyek berskala besar. Ini jelas memberikan kebanggaan bagi insan INTI. Bahkan, Nuning Sri Rejeki Wulandari yang kini dipercaya menjadi Komisaris INTI meng gantikan Nur Ichsan pun menaruh kebanggaan saat pertama kali hadir di komplek Kantor Pusat INTI, Senin, 25 Maret 2013.
Wanita kelahiran Bogor, 6 Juli 1963 yang sebelumnya menjabat sebagai anggota Dewan Pengawas Perum Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) Antara itu bahkan terkagum- kagum dengan berbagai ide segar nan inovatif yang muncul dari para karyawan INTI. Hal tersebut terlihat dari antusiasme sang jebolan Institut Pertanian Bogor saat menyimak paparan para senior leaders soal agenda besar divisi dan perusahaan secara global. Para direksi yang juga hadir dalam pertemuan yang digelar di Ruang Rapat Direksi Lantai 9 Gedung Kantor Pusat (GKP) juga itupun ikut antusias menjelaskan visi besar INTI dalam sekian tahun mendatang.
Berita lebih lanjut dapat di klik Baca Lebih Lanjut di bawah ini
Puas menyimak paparan, peraih gelar Master of Business (MBA) dari University of Detroit, Michigan, pada 1994 itu kemudian diajak berkeliling komplek INTI. Dipandu Kepala Divisi Sekretaris Perusahaan Endang Yuliawaty, Nuning mengawali kunjungan itu dengan menyambangi Ruang Drafter. Area yang berlokasi di Lantai 1 GKP bagian selatan itu tengah disibukkan kegiatan desain untuk proyek Pengadaan dan Pemasangan Out Side Plant (OSP) Fiber To The Home (FTTH) milik PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk alias Telkom untuk kawasan pelanggan dan perumahan baru (greenfield). Proyek ini khusus digelar di wilayah yang rata-rata belum memiliki jaringan Telkom eksisting.
Asal tahu saja, proyek OSP FTTH ini merupakan salah satu proyek strategis yang dimenangkan INTI pada 2012 melalui proses tender profesional. Uniknya, INTI berhasil unggul di tengah kompetisi dengan 10 perusahaan pakar FTTH kelas dunia. Proyek yang digarap dengan menggandeng Huawei ini telah menyelesaikan desain lokasi 50 ribu unit rumah yang tersebar di 48 sentra telepon otomat (STO) surat pesanan (SP) #1. Dalam sekejap helaan napas pun INTI akan kembali dipadati kesibukan tiga kali lebih tinggi ketimbang sebelumnya karena pengerjaan maraton SP#2 yang rencananya diterbitkan pada akhir Februari 2013 dengan jumlah cakupan area yang tersebar di 233 STO. Jika proses lancar, potensi mengalirnya pesanan selanjutnya, entah itu SP#3, SP#4, dan seterusnya bakal terus berdatangan. Nuning pun takjub.
Tak lama kemudian, Tenaga Pengkaji Restrukturisasi, Privatisasi, dan Efektivitas Kekayaan Negara Dipisahkan Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Kementerian Keuangan periode 2011-2012 itu lalu bergeser ke Lantai 1 Gedung Pusat Teknologi (GPT). Di ruang fasilitas produksi sedang berlangsung kesibukan perakitan KwH Meter, Nuning pun mendapat penjelasan tentang produk meter listrik prabayar (MLPB) fase tunggal berbasis token INTI Prima-1110 Smart Energy. Pada kunjungan itulah Nuning mendapat paparan soal produk genuine INTI yang memiliki sensor dengan kemampuan deteksi besaran energi terpakai pada sebuah rumah tangga. Sensor itu nantinya langsung mengonversi kuantitas listrik terpakai dengan nominal tertentu.
Puas berkeliling di Lantai 1 GKP, Nuning melanjutkan safari pabrik ke beberapa level di atasnya. Di Lantai 5 GPT, ternyata wanita yang sempat menjabat sebagai Kepala Bagian Kepegawaian Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) itu, mendapat pemandangan para karyawan produksi yang tengah mengetes kalibrasi dan akurasi kWh Meter. Nuning mengetahui bahwa salah satu produk andalan INTI itu bakal menjadi alat vital dalam industri energi. Dia pun kembali takjub.
Kekagumannya ternyata bertambah saat mengunjungi Divisi Pengembangan Produk
yang berlokasi di Lantai 4 GPT. Dia mendapat banyak paparan soal proyek sistem monitoring dan pengendalian (SMP) bahan bakar minyak (BBM) bersubdisi milik PT Pertamina (Persero). Sambil mendapat demonstrasi cara kerja perangkat radio frequency identification (RFId) pada sebuah dispenser BBM berlogo Pertamina, Nuning pun sempat berharap agar INTI dapat menjadi bagian penting dalam kegiatan Pertamina tersebut.
Puas melihat-lihat area produksi, Nuning kemudian diajak berkeliling wilayah INTI. Mulai dari area kantin, masjid, dan poliklinik Widya Bumi Inti (WBI). Akhir kunjungan, Nuning hanya mengutarakan kebanggaannya. “Saya terkesan dan bangga dengan yang INTI bisa lakukan, khususnya untuk membantu program pemerintah,†ujarnya.
Harapan ? Tentu saja dengan hadirnya Nuning sebagai komisaris baru di perusahaan ini dapat membawa angin segar untuk INTI. (PUREL/DP-TM)