Dikirim pada 2013-03-26 18:04:57 Oleh purel
Jumat pagi, 22 Maret 2013, PT Industri Telekomunikasi Indonesia (Persero) dikunjungi sekitar 90 mahasiswa dari Universitas Mathlaul Anwar. Lumayan jauh juga perjalanan mereka untuk bisa sampai ke perusahaan ini. Setelah melalui kemacetan yang luar biasa di jalan tol Jakarta-Cikampek, akhirnya mahasiswa dan dosen Fakultas Ilmu Komputer yang berdomisili di Banten itu tiba juga di INTI.
Hari itu INTI mendapat kunjungan studi yang pertama kali digelar tahun ini. Rupanya, para mahasiswa itu penasaran tentang alur sebuah sistem informasi teraplikasi dalam dunia industri. Apalagi, nantinya, mahasiswa semester II itu akan terjun langsung dalam dunia kerja yang berkaitan dengan ilmu sistem informasi yang tengah mereka pelajari, demikian sekilas sambutan yang disampaikan oleh TB Ai Munandar selaku Pimpinan rombongan sekaligus dosen pembimbing kegiatan kunjungan industri tersebut.
Untuk lanjutan berita dapat di klik Baca Lebih Lanjut di bawah ini
Acara yang sudah dipersiapkan sedemikian rupa namun dikarenakan kesibukan dari para petinggi perusahaan pada hari itu akhirnya hanya disambut oleh Tim Purel dengan Tim BangProd dan acara pun berlangsung lancar sesuai rencana.
Momen berbagi ilmu itu memang tidak lama, kurang lebih hanya berlangsung sekitar satu setengah jam. Namun, mepetnya waktu kunjungan jelang Jum’atan itu tidak menghentikan antusiasme mereka untuk menelusuri celah ilmu sistem informasi. Tiga management trainee, Rizky Ayunda Pratama, Manoto Manalu, dan Yudistira Eka Putra mewakili unit kerjanya yaitu Divisi Pengembangan Produk, menjelaskan berbagai produk genuine INTI yang berkaitan dengan sistem informasi pada aplikasinya.
Mulai dari i-Perisalah yang kini diberi nama populer Smart Meeting, 'pencatat' risalah pertemuan yang bisa menghemat waktu kompilasi percakapan rapat. Dimana umumnya, risalah rapat baru bisa dibaca oleh seluruh anggota pertemuan sekitar tujuh jam setelah rapat selesai. Namun, produk hasil penelitian dan pengembangan Badan Pengkajian Penerapan Teknologi (BPPT) ini bisa menghemat sekitar 78% dari penyusunan risalah waktu normal.
Hal tersebut dikarenakan, produk yang lisensinya telah dibeli oleh INTI ini menggunakan sebuah sistem pengenal wicara secara otomatis. Teknologi solusi risalah pertemuan ini akan mentranskrip semua ucapan peserta pertemuan. Jadi, setiap hal penting dalam rapat akan langsung terdokumentasi secara berurutan.
Puas dengan penjelasan Smart Meeting, paparan pun berlanjut pada alur perakitan produk meter listrik prabayar (MLPB) fase tunggal berbasis token yang diberi nama INTI Prima-1110 Smart Energy. Produk ini memiliki sensor yang mampu mendeteksi besaran energi yang terpakai pada sebuah rumah tangga sehingga nantinya langsung mengonversi kuantitas listrik terpakai dengan nominal tertentu. Sistem informasi yang teraplikasi pada produk ini terdapat pada sistem 'top-up' untuk menambahkan 'pulsa' listrik prabayar tersebut.
Lanjut berikutnya, para mahasiswa itu mendapat penjelasan soal Flood Forecasting and Warning System (FFWS). Produk yang dipasang setiap 1 kilometer sepanjang aliran sungai dari hulu ke hilir itu akan menjadi 'peringatan pertama' terjadinya banjir pada suatu wilayah. Setiap perubahan ketinggian permukaan air akan dikirimkan dalam bentuk data via perangkat berbasis global system for mobile (GSM) ke pusat informasi. Alat ini memungkinkan kegiatan evakuasi penduduk yang berdomisili di sepanjang sungai bisa dilakukan sekian jam sebelum banjir melanda. Saat ini, sistem ini telah terpasang di Bengawan Solo, Pusat Penelitian dan Pengembangan Air, Gorontalo, dan Rangkasbitung.
Selanjutnya, INTI pun memamerkan sistem produk bertajuk INTI Surveillance Radar (ISRA) yang berfungsi sebagai pemantau area lepas pantai dengan radius pengawasan sejauh 30 kilometer dan Smart Clinic. Sistem yang teraplikasi pada Smart Clinic itu memungkinkan sebuah klinik memiliki basis data pasien, profil kesehatan, rekam jejak pengobatan, jenis alergi, dan pemegang jaminan pasien. Sehingga, nantinya pasien bisa langsung mendapat penanganan.
Peluang bisnis Smart Clinic bisa dibilang sangat potensial karena tercatat terdapat sekitar 17 ribu klinik yang tersebar di seluruh Indonesia. INTI pun nantinya memiliki kemungkinan besar menggandeng rekanan bisnis dari lintas bidang, misalnya produsen obat yang berperan menyuplai daftar nama obat.
Cukup terkagum-kagum dengan produk INTI, mahasiswa itu kembali dibuat takjub dengan pengembangan Smart Cash. Sistem yang khusus dibuat persis setelah INTI dan Telkomsel menyepakati nota kesepahaman alias memorandum of understanding (MoU) pada akhir 2012 lalu itu disebut bakal menjadi salah satu andalan perusahaan pula. Sebab, peluang bisnis yang terjaring dari operator telekomunikasi ternyata jauh lebih besar ketimbang perbankan. Para mahasiswa pun bertanya-tanya, mengapa? Coba saja bandingkan jumlah pelanggan Telkomsel sebanyak 120 juta nomor dengan nasabah sebuah perbankan.
Sebagai gambaran, menurut data Biro Riset Infobank pada 2011, jumlah nasabah BCA mencapai 9,4 juta, Bank Mandiri 9,7 juta, dan BNI 11,77 juta. Jumlah nasabah terbesar dipegang oleh customer based BRI yang mencapai 33 juta. Apabila jumlah nasabah keempat bank terbesar itu dijumlahkan pun hanya mencapai 63,87 juta nasabah. Artinya, telekomunikasi memberikan ceruk bisnis yang sangat besar. Mulai dari transaksi jual beli (e-commerce) hingga sistem pembayaran (e-payment) yang menggunakan telepon genggam sebagai sarana transaksi. Dalam hal ini, sistem informasi kembali mengambil peranan terbesar. Yaitu, pada sisi data pelanggan, rekening, dan transaksi.
Mahasiswa tampak heran, apakah INTI akan berperan sebagai pengelola seluruh sistem perbankan dan telekomunikasi? Penjelasan pun bergulir. Jadi, INTI berperan sebagai penyedia perangkat, layanan sistem, dan solusi kebutuhan Telkomsel sebagai pemilik infrastruktur. Nah, perbankan masuk pada lingkaran sistem ini sebagai pengelola dana milik para pelanggan Telkomsel. Cukup mengerti? Para mahasiswa pun manggut-manggut puas.
Adalagi? Ya, INTI pun memaparkan INTI Smart Pole. Produk ini memungkinkan setiap sentimeter tiang termanfaatkan untuk berbagai fungsi yang berbeda. Ada apa saja? Lampu merah, penerangan berbasis LED berdaya 7 Watt, solar panel, IP-Speaker untuk pengumuman, akses internet tanpa kabel, kamera lalu lintas, baterai lithium, dan papan periklanan organic light emitting diode (OLED). Luar biasa?
Adalagi yang luar biasa. Yaitu, INTI Smart Fuel. Produk berbasis teknologi informasi yang sengaja dibuat untuk mendapatkan proyek skala nasional Sistem Monitoring dan Pengendalian (SMP) itu memungkinkan Pertamina melakukan sebuah pengelolaan konsumsi bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi secara lebih teratur. Sebab, setiap stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) nantinya akan dilengkapi rekaman data 85 juta pengendara kendaraan roda dua dan 15 juta kendaraan roda empat. Selain itu, INTI pun akan menyediakan perangkat radio frequency identification (RFId) yang bakal terpasang di lubang saluran pengisian BBM pada setiap kendaraan plus nozzle dispenser.
Mengakhiri sesi presentasi dan diskusi hari itu, para mahasiswa pun mendapat penjelasan soal konsep Smart City yang terintegrasi dengan Smart Home dan Smart Transportation yang menjadi agenda besar INTI. Meski para mahasiswa itu masih antusias, paparan soal implementasi sistem informasi di dunia industri hari itupun musti berakhir. Memang masih banyak yang belum puas untuk bertanya dan menggali ilmu di INTI. Hanya, mereka sudah mendapat bekal baru. Banyak 'Smart' di INTI.
Tepat pada pukul 11.45 menjelang Shalat Jum’at, Acara kunjungan diakhiri dengan pemberian Cindera mata dari pihak Universitas ke PT INTI. Semoga kunjungan tersebut dapat menginspirasi generasi muda untuk lebih semangat dalam menuntut ilmu di bangku kuliah sehingga dapat menciptakan ide-ide yang lebih bagus lagi seperti yang sudah ada di INTI saat ini. (PUREL/ DP-TM)