Dikirim pada 2013-02-11 15:34:27 Oleh purel
Pernahkah Anda terdiam sesaat, seperti melamun, hanya karena tiba-tiba terpikir tentang nasib di masa depan? Dalam sekian periode tertentu tampaknya hal itu pernah terjadi, setidaknya sekali.
Salahkah perbuatan itu? Sebenarnya tidak. Secara filosofi, kegiatan itu merupakan kontemplasi hidup alias merenung. Istilah itu berasal dari kata contemplore yang diadopsi dari Bahasa Latin.
Secara harfiah, istilah itu mengandung pengertian sebagai sebuah kegiatan merenung dan memandang. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), istilah itupun terjabar dengan penjelasan yang kurang lebih serupa. Yaitu, renungan dan sebagainya dengan kebulatan pikiran atau perhatian penuh.
Lalu, kontemplasi itu, apa manfaatnya untuk kita? Konon, kontemplasi memberikan waktu untuk kita berpikir dan merenungi hal yang terjadi sehingga mendapat pencerahan langkah solusi atas tantangan yang terjadi. Benarkah sedemikian hebat efek kontemplasi?
Untuk lanjutan artikel dapat di klik Baca Lebih Lanjut dibawah ini
Keberhasilan kontemplasi pernah dilakoni mendiang Steve Jobs pada 1974. Setelah gagal dengan pendidikan formal, dia yang merintis karir sebagai desainer permainan video itu, lalu memutuskan hengkang ke India. Dia berusaha mencari pencerahan spiritual. Entah bagaimana kaitan kontemplasi itu, yang jelas, saat kembali bekerja sama dengan Steve Wozniak alias Woz, naluri bisnis Jobs muncul.
Komputer kecil yang digarap keduanya lalu dikembangkan. Usai itu lahirlah Apple I dan Macintosh, bibit produk legendaris yang kini kita kenal sebagai salah satu hal paling berharga sepanjang sejarah teknologi. Jadi, percaya atau tidak, kontemplasi mengambil peranan dalam lahirnya Apple.
Lalu bagaimana dengan Anda sendiri? Kontemplasi seperti apa yang telah Anda lakukan untuk kemajuan perusahaan? Apalagi, korporasi ini membutuhkan sentuhan perubahan. Bukan hanya untuk kemajuan saat ini. Bukan sekedar untuk membiayai gaji karyawan dalam periode setahun atau dua tahun. There's a big picture down there.
Kontribusi sekecil apapun yang terlahir dari hasil kontemplasi masing-masing karyawan INTI bisa membuahkan rintisan keberhasilan. Kita hanya perlu berpikir jernih, berpendapat cerdas, dan melahirkan inovasi baru. Sebab, hal itulah yang nantinya menjadi penyokong kontinuitas bisnis perusahaan.
Saat ini, kesulitan memang belum terasa. Terutama dengan masih berlangsungnya modernisasi kabel tembaga menjadi fiber optik alias trade in trade off(TITO) dan proyek greenfield. Namun, saat kedua proyek andalan itu menyentuh titik nadirnya sekitar tahun 2017 maka kita bakal kesulitan, bahkan untuk bertahan hidup.
Makanya, sejak tahun ini, sebelum era kelangkaan menghampiri pada tahun 2020, setiap individu INTI, berkontemplasilah. Bukan sekedar melamun tanpa arti. Namun, merenung yang membuahkan sebuah inovasi. Apalagi, kelahiran gelombang keenam inovasi yang populer disebut 'sixth wave' tidak akan lagi menoleransi kelambanan bertindak. So, please do that kind of contemplation for the day after tomorrow (PUREL).