Dikirim pada 2013-01-09 08:54:38 Oleh purel
Apabila merunut perjalanan sejarah PT Industri Telekomunikasi Indonesia (Persero) atau INTI, perusahaan pelat merah ini tidak pernah diam stabil. Sejak pertama kali didirikan pada 1974, perusahaan yang tengah menggarap proyek modernisasi kabel tembaga menjadi fiber optik ini telah mengalami berbagai perubahan yang signifikan.
Mulai dari perubahan logo, portofolio, skup bisnis, hingga akhirnya sampai hari ini pada rencana transformasi visi misi. Mudahkah proses itu? Tidak. Apalagi, visi misi bisa dibilang norma dasar sebuah perusahaan dalam menjalankan portofolio bisnisnya.
Namun, arah perubahan itu sudah mulai dirilis. Jejak rencana tersebut telah dipetakan tepat saat INTI merayakan hari jadinya pada 4 Januari 2013. "Kick off visi misi baru tentang bagaimana arah perusahaan ke depan, kita mulai hari ini," ungkap Direktur Utama INTI Tikno Sutisna, pada Forum Komunikasi Manajemen dan Karyawan, Jumat (4/1) bertempat di Ruang Auditorium GKP INTI.
Forum komunikasi Manajemen dan Karyawan INTI yang merupakan FORKOM pertama dalam mengawali aktivitas perusahaan di awal tahun 2013 dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan Perayaan HUT INTI ke-38 ini secara padat memaparkan alasan perlunya perubahan visi misi. Menurut Tikno, korporasi ini membutuhkan sebuah penajaman visi misi agar lebih fokus. Hal itu dibutuhkan sebagai bentuk adaptasi eksternal dalam rangka penyelarasan dengan peradaban baru. Kita menyebutnya Smart Society.
Untuk lanjutan berita dapat di klik Baca Lebih Lanjut dibawah ini
Peradaban baru itu tidak mudah digapai. Kita butuh pola pikir baru. Smart-Innovative-Productive. Kita sebut ketiga hal itu 'SIP'. Inilah nyawa, hasrat, dan niat kita untuk perusahaan. Nantinya, transformasi tersebut dibutuhkan agar perusahaan secara bisnis bisa terus tumbuh. Bukan berarti portofolio saat ini tidak memberikan sumbangan kemajuan, namun industri secara nasional terus berubah. "Setelah dua tahun (2013-2014), pertumbuhan (bisnis perusahaan) akan menurun kalau kita masih kerja seperti ini," ujarnya.
Apalagi, proyek kita mendapat pesaing baru. Anak dari konsumen utama kita, PT Telkom Akses Indonesia (TAI). Dimana perusahaan ini sengaja dibentuk oleh TELKOM untuk menggarap proyek seperti trade in trade off (TITO) yang kita kerjakan saat ini.
Jadi? Kita butuh bisnis dan produk baru. Makanya, perusahaan ini musti berubah. Kita tidak bisa hanya mengandalkan suplai pendapatan dari proyek eksisting. Kita butuh pemasukan baru agar cita-cita perusahaan untuk mewujudkan 'smart Indonesia'. Modal darimana? Saat ini direksi telah mencanangkan enam proyek strategis yang diharapkan bisa memodali kita menciptakan bisnis baru untuk masa depan.
Mulai dari TITO yang akan mencapai titik nadirnya sekitar dua sampai tiga tahun lagi, home gateway, hingga fiber to the home (FTTH) di daerah baru (greenfield). Untuk proyek Greenfield itu sendiri , INTI telah mengantongi hak menggarap wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Kalimantan.
Kemudian, demi mengurangi ketergantungan bisnis INTI pada satu pasar saja, dalam hal ini PT Telkom (Persero) Tbk, maka kita juga berusaha mendapatkan proyek pengawasan dan pengendalian bahan bakar minyak bersubsidi dari PT Pertamina (Persero) dan kWhmeter milik PT PLN (Persero). Selain proyek tadi, kita juga mengupayakan bisa mendapatkan proyek pengawasan lalu lintas udara dari PT Angkasa Pura (Persero). Inilah modal kita di masa depan.
Lalu bagaimana dengan modal untuk mengerjakan proyek ini? Inilah yang tengah kita usahakan saat ini. Kita tidak bisa hanya mengandalkan kas internal. Sebab, asal tahu saja, modal kita hanya tersedia sekitar Rp 250 miliar. Modal inilah yang harus diputar sekian kali demi mendanai limpahan proyek (carry over) senilai Rp 2,5 triliun pada 2013. Ini angka fantastik. Belum lagi jika dalam beberapa bulan mendatang kita juga mendapatkan beberapa proyek dengan jumlah nilai yang sama. "Bisa dibayangkan nilai proyek yang akan kita raih pada 2013," papar Tikno.
Hanya, perlu diingat. Bisnis tidak hanya membutuhkan modal. Bisnis memerlukan sebuah strategi. Bagaimana? Kita membutuhkan operational excellence sebagai daya tawar perusahaan terhadap para pesaing. Lalu, hal itu dilanjut dengan implementasi inovasi rekayasa teknik yang berpedoman pada budaya perusahaan yang terangkum dalam kata INTI yang bermakna Integrity, Networking, Trust and Teamwork serta innovation. Hasilnya? Sebuah integrasi kemampuan internal yang terarah dan tidak sporadis.
Setelah mantap dengan tiga strategi tersebut, maka kita harus memposisikan diri sebagai perusahaan yang dwifungsi. Tidak hanya menyediakan jasa, tapi juga membangun kembali jiwa manufaktur korporasi.
Selanjutnya, perusahaan bisa mengembangkan produk yang nantinya dikomersialkan di pasar eksisting sekaligus diversifikasi lini bisnis. Maksudnya, kita tidak lagi hanya fokus pada pasar korporat, tapi mulai menggelar penetrasi di pasar konsumer. Seterusnya, inilah our new cashflow.. inilah visi kita di masa depan.
Kegiatan FORKOM diakhiri dengan mengucapkan yel- yel “INTI Pertamina OK !!†bersama-sama sebagai dukungan semangat kepada rekan-rekan INTI yang tengah menyiapkan tender Sistem Monitoring dan Pengendalian (SMP) Bahan Bakar Minyak bersubsidi. (PUREL)