"HomeNet merupakan perangkat Internet yang dapat di-sambungkan langsung ke televisi," ujarnya kepada pers di Ja-karta, pekan lalu.
Sedangkan VBI Net, lanjutnya, produk itu juga merupakan perangkat keras yang dapat digunakan untuk mengakses Internet dengan memanfaatkan fasilitas teletext.
Melalui peluncuran kedua produk itu, PT Inti bermaksud mensosialisasikan pemakaian Internet bagi kalangan menengah ke bawah.
"Dengan memanfaatkan ke-dua produk itu, masyarakat tidak perlu lagi membayar biaya pulsa pada saat mengakses Internet. Sebab, keseluruhan akses tersebut hanya menggunakan gelombang TV yang telah tersedia," ujarnya.
Faktor itulah yang menurut Arsyad menjadikan biaya pe-makaian Internet dapat ditekan seminimal mungkin.
Untuk menjalankan program Internet di TV itu, saat ini PT Inti tengah menjajaki kerja sama dengan operator TV dan pihak Internet Service Provider (ISP).
"Kami hanya menyiapkan hardware-nya. Sedangkan untuk content-nya, tentu akan dioperasikan oleh pihak lain [operator TV dan ISP]," ujarnya.
Menurut Arsyad, sebenarnya kedua produk itu [HomeNet dan VBI Net] saat ini telah siap diluncurkan oleh PT Inti.
Namun, karena content dan sistem pengoperasiannya masih dalam tahap persiapan, kemungkinan besar kedua produk itu baru akan diluncurkan pada Ju-ni tahun ini.
Arsyad menjelaskan bahwa baru-baru ini PT Inti telah berhasil memenangkan suatu kontes desain program berbasis wireless application protocol (WAP) yang diselenggarakan Nokia.
"Salah satu pegawai PT Inti, Beni Ohorella berhasil menduduki peringkat pertama di tingkat nasional dan Asia Pasifik," ujarnya.
Beni berhasil memenangkan kontes "Nokia-WAP-Hot Contest 2000" setelah melombakan desain aplikasi berjudul Moslem personal assistance, yaitu program yang dapat digunakan untuk mengetahui jadwal waktu shalat serta arah kiblat.
"Kami harapkan PT Inti juga dapat memenangkan kontes ini di tingkat internasional," ujarnya.
Dengan prestasi ini, Arsyad mengharapkan PT Inti akan dapat membangun kerja sama dengan perusahaan TI dunia, seperti Nokia, Siemens atau Ericcsson.
Sumber : Bisnis Indonesia
Perlu diingat bahwa paradigma & treatment dalam bisnis produk2 "consumer good" jelas berbeda. Pengalaman INTI dalam bisnis tradisionalnya adalah utamanya memperoleh kontrak terlebih dahulu baru kemudian membeli bahan baku dan mengolahnya, sementara untuk produk ini (dengan catatan prototype sudah dimiliki): membeli komponen, mengolah dan berusaha u/ menjualnya. Ini berarti adanya "high risk", jika produk2 tsb. tidak berhasil dijual, disamping "high risks" lainnya yang berkaitan dengan QCD (mengingat produk spt. ini cepat berkembang, dan saingan terberat dalam aspek harga adalah produk2 Cina).
Untuk masuk bisnis ini, INTI membutuhkan orang2 yang memiliki, selain keyakinan yang kuat spt. yg. sudah disinggung o/ Widoyo :
Tentunya masih banyak faktor-faktor lainnya baik teknis maupun non-teknis yang mendukung kearah suksesnya bisnis ini.
Hanya yang masih tetap menjadi tanda tanya besar :
, karena sampai saat ini kita belum pernah melakukan kajian serius dan signifikan untuk terjun dalam bisnis ini; yang kita lakukan saat ini terkesan hanya bersifat reaktif terhadap kebutuhan pasar. Sementara kalau bicara mulai proses tahap pengembangan sampai dengan tahap pemasaran produk siap jual, sifat reaktif mengandung "high risk".
Widoyo !, saya usulkan pertanyaan / topik diatas menjadi forum diskusi di "Jaring Inti", siapa tau dengan forum diskusi ini dapat menjaring "ide2 brilian"; khususnya rekan2 dari SBU Terminal bisa memberikan kontribusinya, karena berdasarkan pengalamannya menangani produk2 sejenis ini.
Memang berat untuk bisnis "consumer good", waktu saya masih sebagai anggota pengembang HomeNet saya lebih suka beli hardware kemudian kita isi dengan software. Waktu itu saya pikir dari sisi pengembangan software saja masih kurang baik, kok ditambah dengan hardware yang JELAS sangat banyak TERGANTUNG dan investasi yang mahal serta gampang KADALUWARSA.
Meskipun "HIGH RISK" kalau tak berpengaruh ke "Tunjangan Resiko" ndak masalah tho Pak Hotma, paling pindah tempat.
Kita (INTI) masih konsisten dengan produk perangkat (hardware). Kita juga tahu bahwa sekitar Cina(Cina, Taiwan, Korea) begitu majunya dengan produk perangkat (hardware), seperti kita lihat produk VCD player, handphone, TV, bahkan semacam HomeNet, maklum saya mantan Developer HomeNet yang telah beralih profesi.
Saingan kita cukup berat, namun jika kita punya keyakinan yang kuat tentu hasil yang kita harapkan akan dapat kita peroleh.
Saya juga yakin di PT. INTI masih banyak orang pinter, namun jika kurang bisa dimanage maka kepinteran itu masih kurang maksimal dan tidak memberikan hasil yang baik, atau justru malah berlawanan.
Perlu diingat bahwa paradigma & treatment dalam bisnis produk2 "consumer good" jelas berbeda. Pengalaman INTI dalam bisnis tradisionalnya adalah utamanya memperoleh kontrak terlebih dahulu baru kemudian membeli bahan baku dan mengolahnya, sementara untuk produk ini (dengan catatan prototype sudah dimiliki): membeli komponen, mengolah dan berusaha u/ menjualnya. Ini berarti adanya "high risk", jika produk2 tsb. tidak berhasil dijual, disamping "high risks" lainnya yang berkaitan dengan QCD (mengingat produk spt. ini cepat berkembang, dan saingan terberat dalam aspek harga adalah produk2 Cina).
Untuk masuk bisnis ini, INTI membutuhkan orang2 yang memiliki, selain keyakinan yang kuat spt. yg. sudah disinggung o/ Widoyo :
Tentunya masih banyak faktor-faktor lainnya baik teknis maupun non-teknis yang mendukung kearah suksesnya bisnis ini.
Hanya yang masih tetap menjadi tanda tanya besar : , karena sampai saat ini kita belum pernah melakukan kajian serius dan signifikan untuk terjun dalam bisnis ini; yang kita lakukan saat ini terkesan hanya bersifat reaktif terhadap kebutuhan pasar. Sementara kalau bicara mulai proses tahap pengembangan sampai dengan tahap pemasaran produk siap jual, sifat reaktif mengandung "high risk".
Widoyo !, saya usulkan pertanyaan / topik diatas menjadi forum diskusi di "Jaring Inti", siapa tau dengan forum diskusi ini dapat menjaring "ide2 brilian"; khususnya rekan2 dari SBU Terminal bisa memberikan kontribusinya, karena berdasarkan pengalamannya menangani produk2 sejenis ini.