Tanpa sadar, setiap hari, kita ini terbelenggu oleh banyak hal. Yang paling menjerat adalah perasaan. Perasaan, yang semula muncul bagai titik api dikejauhan, lalu membesar, merantak, hingga berkecamuk hebat dalam diri.
Entah dari mana datangnya rasa sedih, lalu kesedihan merubung
berkabung-kabung, sehingga tak lagi kita bisa terlepas dari kubangannya.
Entah dari mana pula munculnya rasa senang, lalu kegembiraan meruap sekujur tubuh, sehingga tak rela kita melepaskan kenikmatannya. Entah dari mana timbul tenggelamnya puluhan bahkan ratusan bala perasan itu. Ia merambat pelan, halus, namun tiba-tiba telah menguasai diri kita setelak-telaknya. Menjerat-jerat. Mencekik-cekik. Dan, kita pun membiarkan ia berlaku sewenang-wenang atas diri kita. Kita tukar kesadaran yang bening dengan kabut perasaan. Kita namai diri kita dengan nama perasaan. Padahal semestinya kitalah jiwa yang tenang itu; yang tak boleh terenyahkan atas nama kobaran perasaan. Rekan-Kantor


"Perasaan Yang Membelenggu"   |   Dibaca 177 kali   |   0 Komentar    |   Login untuk berkomentar   

Komentar