Sejak beberapa hari lalu, tepatnya 22 Februari 2010, INTI kedatangan orang baru di jajaran komisaris. Dengan bergabungnya Johnny Swandi Sjam sebagai komisaris, maka saat ini dewan komisaris INTI berjumlah lima orang.

Dia mengajak seluruh karyawan INTI untuk bersama-sama membangun basis Industri yang kuat dan berkesinambungan. INTI harus berjuang dan melakukan lobi-lobi melalui banyak jalur, antara lain KADIN. Lebih jauh ia menambahkan bahwa sebelum melakukan lobi tersebut, INTI harus mempunyai produk yang jelas untuk diperjuangkan.

Untuk lebih mengenal sosok Johnny Swandi Sjam, berikut kami paparkan petikan wawancara humas INTI dengan Johnny di sela-sela acara makan malam pada hari Jumat 5 Maret 2010 di sebuah Cafe di Bandung:



INTI:
"Selamat datang dan selamat bergabung di INTI. Semoga kehadiran anda akan membawa angin segar dan membawa harapan baru bagi INTI.

Sebagai orang yang sudah lama bergelut di bidang telekomunikasi, seperti apa tren teknologi atau road map pertelekomunikasian di tanah air?"


JSS:
"Tren teknologi telekomunikasi di tanah air akan didominasi oleh industri konten. Sekarang dan masa datang adalah dunia anak muda yang penuh kreativitas. Kita bisa lihat sendiri maraknya Facebook, Twitter dan sejenisnya. Telekomunikasi dan IT makin konvergen. Voice, data, gambar, dan movie sudah menjadi satu dan sangat dibutuhkan oleh konsumen. Voice bukan merupakan feature, tetapi sudah menjadi basic service bagi konsumen. Protokol komunikasi didominasi oleh IP(internet protocol).

Kondisi di atas akan berpengaruh terhadap kondisi SDM perusahaan. Seperti INTI, di mana sebagian besar usia karyawannya sudah melewati masa muda, maka perlu disadari bahwa masuknya anak-anak muda ke dalam perusahaan merupakan suatu kebutuhan. Jangan merasa tersaingi, malah perlu kita dorong mereka,sebab merekalah yang akan menjadi motor bagi perusahaan. Kita tinggal mengarahkan dan memfasilitasi mereka, agar optimal dari sisi kemampuan."

INTI:
"Bagaimana para provider seperti Indosat, Telkom, Telkomsel, bersikap atas tuntutan seperti di atas?"

JSS:
"Provider hanya menyiapkan kendaraan(hostingnya), sementara kontennya mengambil dari industri kreatif. Provider tinggal menggandeng para content provider. Nah, di sini peluang masih terbuka lebar. Dan kuenya masih besar, namun penuh dengan persaingan, karena industri ini dapat dibuat oleh perusahaan level ruko dan sejenisnya. Pemainnya pun anak-anak muda dengan gaya yang tidak formil dan penuh kebebasan,akan tetapi menghendaki suasana "full facility" untuk menciptakan ide-ide kreatif.

Banyak industri besar seperti TNThosting (penyedia Web hosting-red) kalah populer dan kalah berkembang dibanding Google yang memanfaatkan infrastruktur TNT dan hanya menyediakan konten dan servis sebagai mesin pencari."

INTI:
"INTI memiliki produk genuine seperti IP PBX sebagai perangkat Ip switching untuk mendukung layanan-layanan operator. Adakah peluang dan prospek bisnis yang menjanjikan?



JSS:
"Untuk hardware, kuenya terbatas, dan pesaingnya pun vendor-vendor besar dari luar negeri. Pemerintah belum bisa membatasi dengan tegas dan jelas mengenai kebijakan lokal konten. Karena hal ini masih "grey area", menjadi sulit untuk mengukurnya. Provider sangat dituntut untuk menyediakan layanan yang kompleks, sehingga percepatan infrastruktur tidak bisa ditawar lagi. Dan dia (provider) bebas memilih produk. Jika tidak, provider tidak mapu bersaing,dan akan ditinggalkan oleh konsumen.

Kebetulan saya duduk sebagai ketua komite bidang telekomunkasi di KADIN, jadi saya akan coba perjuangkan keberpihakan pemerintah terhadap BUMN. Sangat disayangkan, banyak BUMN tidak memanfaatkan fasilitas KADIN untuk berjuang menumbuhkan industrinya, hal itu justru dilakukan oleh banyak perusahaan swasta."

INTI:
"INTI baru saja mendapatkan kontrak pekerjaan "seat management" (jasa penyewaan dan pengelolaan perangkat komputer) dengan PT TELKOM. Bagaimana peluang bisnis ini untuk dilakukan juga bersama provider lain seperti Indosat?"

JSS:
"Saya memberikan apresiasi untuk (bisnis) yang satu ini. Model bisnis ini perlu ditumbuhkembangkan. Sebenarnya bisnis ini sudah banyak disediakan oleh perusahaan-perusahaan kecil pula. Namun barangkali INTI baru kali ini dapat meraihnya. Selain industri konten, bisnis managed service, seat management atau yang sejenisnya memiliki prospek dan margin yang cukup besar. Bagi para operator, mengubah CAPEX menjadi OPEX akan mengurangi beban biaya depresiasi, dan mereka bisa fokus pada konten dan layanan bagi konsumen.
Bagi INTI sendiri, seat management, adalah prospek yang bagus, apabila pilot project ini dapat dijadikan etalase untuk menjual kepada operator yang lain. Jadi project ini harus di-maintain dengan baik, agar mereka puas dan menjadi daya tarik bagi perusahaan-perusahaan lain.Kita harus dapat menciptakan kontinuitas bisnis yang menjadi longterm revenue untuk pertumbuhan dan eksistensi perusahaan."

INTI:
"Sebagai 'orang luar' INTI yang sudah banyak berhubungan dengan INTI, bagaimana anda memandang INTI dari segi kapabilitas secara keseluruhan? Dulu INTI pernah membuat handset (handphone), namun kalah bersaing dengan hadirnya NOKIA yang hampir setiap bulan ganti edisi. Pendapat anda?"

JSS:
"Sejak dulu saya mengira INTI itu kuat di hardware. Kalau memang kita akan masuk di bisnis ini, kita tidak bisa terpaku pada pikiran untuk menghidupkan manufaktur. Pada era saat ini, kemajuan industri tidak terkait lokasi dan fasilitas manufaktur yang dimiliki. Orang bisa bikin barang di mana saja, selama cost-nya rendah. Lihat saja, banyak industri yang pindah dari Indonesia ke China atau Vietnam untuk mencari cost yang lebih rendah dan keberpihakan dari pemerintah setempat. Kita harus kuasai desain dan brand, soal bikin bisa di mana saja, bukankah hampir semua pabrikan seperti itu? Ambil contoh, Toyota dipasarkan di Amerika, tetapi dibuat di China. Nah, kalau kita mau bermain di situ, kuasai desainnya. Mari kita perjuangkan bersama agar keberpihakan pemerintah terhadap industri nasional betul-betul terasa buat kita.



Pertanyaannya,apa yang kita punya dan bisa kita bikin? Itu dulu yang penting dan perlu ditunjukkan, sehingga jelas langkah pemerintah untuk membela industri kita. Jadi, upaya kita akan terfokus pada bisnis apa yang kita geluti dan bagaimana mencari jalan keluar untuk eksis dan berkembang."

INTI:
"Anda termasuk orang yang sukses di Indosat. Apa yang menjadi keunggulan Indosat sehingga bisa berkembang seperti sekarang?"

JSS:
"Indosat unggul di SDM-nya. Di Indosat, orang pindah, naik-turun pangkat dan jabatan, itu hal biasa. Ketika meeting, makan dan acara apa pun, mereka duduk bersama pada kursi dan meja yang sama, saling berdekatan, tidak ada batas-batas pemisah antara direktur,manager atau apa pun. Kita adalah satu keluarga ketika sedang membicarakan masalah perusahaan. Mudah-mudahan di INTI pun demikian."

INTI:
"Setelah berhenti dari Indosat, apa lagi kesibukan lain anda, selain duduk di Komite Telekomunikasi di KADIN?"

JSS:
"Selain di KADIN, saya mengurusi bisnis saya di bidang pertambangan mineral bersama teman-teman saya di Jakarta. Selain itu saya bergerak dalam bisnis properti"

INTI:
"Ada kiat-kiat tertentu yang bisa di-share?"

JSS:
"Dalam hidup, saya berprinsip, dalam berhubungan dengan siapa pun, saya selalu berpikir positif. Dalam diri seseorang selalu ada kelebihan dan kekurangan, dan saya selalu memandang pada kelebihannya, sehingga saya mampu berhubungan baik dengan orang lain tanpa merasa ada pembatas."

INTI:
"Terima kasih dan selamat bertugas."

(Tim Humas INTI)


"News: Wawancara dengan Johnny Swandi Sjam"   |   Dibaca 381 kali   |   0 Komentar    |   Login untuk berkomentar   

Komentar