Dikirim pada 2008-11-21 17:22:12 Oleh admin
BANDUNG: INTI menggagas pembentukan konsorsium lima perusahaan dalam negeri yang siap mengerjakan proyek telepon perdesaan dari siapa pun pemenang tender universal service obligation (USO).
Konsorsium berisikan tiga BUMN yaitu INTI, PT LEN Industri, dan PT Pos Indonesia, satu perusahaan swasta asal Bandung, yaitu PT Quasar, serta satu perusahaan swasta asal Jakarta, yakni PT Prosys.
Rudi Mulyadi, Manajer Humas INTI, mengungkapkan gagasan pembentukan berawal dari komitmen Menkominfo yang ingin proyek telepon perdesaan mengoptimalkan potensi dalam negeri.
Proyek yang dikerjakan di 31.824 desa itu diharapkan bisa menciptakan sinergi antar- BUMN, menciptakan efek rantai perekonomiaan, dan mengamankan devisa di dalam negeri.
"Jika dikerjakan perusahaan asing, devisa lari ke luar. Dengan potensi kami masing-masing, konsorsium bertekad agar proyek bisa memumbuhkan industri dalam negeri," katanya kepada Bisnis, baru-baru ini.
Konsorsium yang dipimpin INTI itu, lanjut Rudi, akan memiliki potensi kemampuan yang tinggi karena di dalamnya berisikan perusahaan lokal yang memiliki banyak pengalaman di bidang telekomunikasi.
Lingkup pekerjaaan proyek USO sendiri terdiri atas solusi teknis meliputi pengerjaan core network, transmisi, CPE, dan power supply, serta jasa.
"Nah, sesuai dengan kompetensinya, INTI dalam konsorsium ini selain berperan sebagai koordinator, juga akan menjadi penyedia dan instalatur core network, sistem VSAT, dan sistem power supply nonsolar."
PT Pos Indonesia menangani jasa distribusi, akuisisi lahan lokasi infrastruktur, dan dukungan pemeliharaan. PT LEN akan diberi tugas menyediakan dan memasang sistem pasokan tenaga surya. PT Quasar bertindak sebagai penyedia customer premise equipment tersebut, serta PT Prosys menjadi anggota konsorsium di bidang manajemen konstruksi dan perencana/pelaporan proyek.
"Jika nanti kami dipercaya operator pemenang tender membangun telepon desa ini, setiap anggota konsorsium harus membiayai beban pekerjaannya sendiri."
Proyek USO yang sebelumnya sempat tertunda kembali digelar Depkominfo di tujuh blok wilayah dengan nilai proyek Rp815 miliar.
Terancam gagal
Dalam perkembangan lain, Balai Telekomunikasi dan Informatika Perdesaan (BTIP) mengungkapkan posisi PT Telkomsel dalam tender USO terancam terganjal kepemilikan saham dan adanya konflik kepentingan. Sebab, komisaris utama Telkomsel juga menjabat sebagai Dirut Telkom yang menjadi peserta tender USO lainnya.
"Telkom dan Telkomsel tidak bisa mengajukan penawaran tender dalam blok yang sama, dan harus mengajukan salah satu saja," ujar Kepala BTIP Santoso Serad, kepada Bisnis kemarin.
Telkom dan Telkomsel berada di seluruh blok yang ditenderkan. Keberadaan kedua operator dalam satu blok akan memicu persaingan yang tidak sehat.
Namun, lanjutnya, aturan tersebut tidak berlaku kepada Grup Telkom lainnya, yaitu PT Indonusa System Integrator Prima, PT Citra Sari Makmur, PT Corbec Communications, atau PT Patrakom, karena sahamnya tidak mayoritas dan tidak terdapat konflik kepentingan.
Dirut Telkomsel Kiskenda Suriahardja mengungkapkan pihaknya memiliki pengalaman dalam melayani kecamatan dan desa di sebagian besar wilayah Indonesia, sehingga siap menjalankan program USO. (Sumber: Bisnis Indonesia/Dok: HH)
Konsorsium berisikan tiga BUMN yaitu INTI, PT LEN Industri, dan PT Pos Indonesia, satu perusahaan swasta asal Bandung, yaitu PT Quasar, serta satu perusahaan swasta asal Jakarta, yakni PT Prosys.
Rudi Mulyadi, Manajer Humas INTI, mengungkapkan gagasan pembentukan berawal dari komitmen Menkominfo yang ingin proyek telepon perdesaan mengoptimalkan potensi dalam negeri.
Proyek yang dikerjakan di 31.824 desa itu diharapkan bisa menciptakan sinergi antar- BUMN, menciptakan efek rantai perekonomiaan, dan mengamankan devisa di dalam negeri.
"Jika dikerjakan perusahaan asing, devisa lari ke luar. Dengan potensi kami masing-masing, konsorsium bertekad agar proyek bisa memumbuhkan industri dalam negeri," katanya kepada Bisnis, baru-baru ini.
Konsorsium yang dipimpin INTI itu, lanjut Rudi, akan memiliki potensi kemampuan yang tinggi karena di dalamnya berisikan perusahaan lokal yang memiliki banyak pengalaman di bidang telekomunikasi.
Lingkup pekerjaaan proyek USO sendiri terdiri atas solusi teknis meliputi pengerjaan core network, transmisi, CPE, dan power supply, serta jasa.
"Nah, sesuai dengan kompetensinya, INTI dalam konsorsium ini selain berperan sebagai koordinator, juga akan menjadi penyedia dan instalatur core network, sistem VSAT, dan sistem power supply nonsolar."
PT Pos Indonesia menangani jasa distribusi, akuisisi lahan lokasi infrastruktur, dan dukungan pemeliharaan. PT LEN akan diberi tugas menyediakan dan memasang sistem pasokan tenaga surya. PT Quasar bertindak sebagai penyedia customer premise equipment tersebut, serta PT Prosys menjadi anggota konsorsium di bidang manajemen konstruksi dan perencana/pelaporan proyek.
"Jika nanti kami dipercaya operator pemenang tender membangun telepon desa ini, setiap anggota konsorsium harus membiayai beban pekerjaannya sendiri."
Proyek USO yang sebelumnya sempat tertunda kembali digelar Depkominfo di tujuh blok wilayah dengan nilai proyek Rp815 miliar.
Terancam gagal
Dalam perkembangan lain, Balai Telekomunikasi dan Informatika Perdesaan (BTIP) mengungkapkan posisi PT Telkomsel dalam tender USO terancam terganjal kepemilikan saham dan adanya konflik kepentingan. Sebab, komisaris utama Telkomsel juga menjabat sebagai Dirut Telkom yang menjadi peserta tender USO lainnya.
"Telkom dan Telkomsel tidak bisa mengajukan penawaran tender dalam blok yang sama, dan harus mengajukan salah satu saja," ujar Kepala BTIP Santoso Serad, kepada Bisnis kemarin.
Telkom dan Telkomsel berada di seluruh blok yang ditenderkan. Keberadaan kedua operator dalam satu blok akan memicu persaingan yang tidak sehat.
Namun, lanjutnya, aturan tersebut tidak berlaku kepada Grup Telkom lainnya, yaitu PT Indonusa System Integrator Prima, PT Citra Sari Makmur, PT Corbec Communications, atau PT Patrakom, karena sahamnya tidak mayoritas dan tidak terdapat konflik kepentingan.
Dirut Telkomsel Kiskenda Suriahardja mengungkapkan pihaknya memiliki pengalaman dalam melayani kecamatan dan desa di sebagian besar wilayah Indonesia, sehingga siap menjalankan program USO. (Sumber: Bisnis Indonesia/Dok: HH)